perjalanan KKN ke desa

Perjalanan menuju desa lokasi KKN memakan waktu hampir lima jam. Sarah dan kelompoknya naik bus kampus yang disewa khusus. Sepanjang jalan, mereka bercakap-cakap, bernyanyi, bahkan ada yang tertidur karena lelah. Namun bagi Sarah, pemandangan di luar jendela jauh lebih menarik.

Semakin lama, jalanan kota berganti dengan hamparan sawah hijau, sungai yang berkelok, dan rumah-rumah sederhana khas pedesaan. Angin sepoi masuk lewat celah jendela bus, membawa aroma tanah basah dan rerumputan. Ada rasa tenang sekaligus penasaran yang mengisi dadanya.

“Eh, Sar,” bisik temannya, Rani, yang duduk di sebelah. “Kamu tahu nggak, desa kita ini katanya punya juragan terkenal. Namanya… apa ya? Andi Kerrang, kalau nggak salah.”

Sarah mengerutkan kening. “Juragan? Maksudnya?”

“Iya, juragan padi, juragan tanah, punya kos-kosan juga di kota kabupaten. Orangnya masih muda, tapi katanya disegani banget sama warga. Wah, kayak sultan lah pokoknya.”

Sarah tertawa kecil. “Masa sih? Kok kayak cerita sinetron.”

“Tapi beneran, lho. Katanya dia itu tegas tapi dermawan. Banyak anak muda di desa kerja di sawahnya. Kalau nggak salah, tanahnya sampai hektaran. Eh, siapa tahu kamu nanti ketemu langsung.”

Sarah hanya mengangguk tanpa menanggapi lebih jauh. Baginya, cerita itu sekadar bumbu perjalanan. Ia lebih fokus membayangkan bagaimana bisa menyesuaikan diri dengan masyarakat desa yang baru.

...----------------...

Sore hari, bus mereka akhirnya berhenti di balai desa. Warga sudah menunggu dengan ramah. Kepala desa menyambut dengan senyum lebar, diikuti beberapa perangkat desa. Suasana terasa hangat sekaligus formal.

“Selamat datang, anak-anak. Mulai hari ini, desa kami juga jadi rumah kalian. Semoga selama dua bulan ke depan, kita bisa saling belajar dan bekerja sama,” ucap Kepala Desa.

Mahasiswa membalas dengan tepuk tangan. Setelah itu, mereka dibagi ke rumah-rumah warga untuk tinggal selama KKN. Sarah dan dua temannya ditempatkan di rumah keluarga Pak Haji Malik, seorang petani sekaligus tokoh agama.

Rumah Pak Haji sederhana tapi luas, dengan halaman belakang yang langsung menghadap hamparan sawah. Saat menaruh barang-barangnya, Sarah tak bisa menahan kekaguman. “Masya Allah, indah sekali ya,” gumamnya.

Malam harinya, setelah makan bersama keluarga tuan rumah, Sarah duduk di beranda sambil menghirup udara segar. Dari jauh terdengar suara jangkrik bersahutan. Rani duduk di sampingnya sambil membuka obrolan.

“Kamu lihat nggak, tadi waktu kita sampai, ada beberapa warga bisik-bisik soal Andi Kerrang?” katanya lirih.

Sarah mengangkat alis. “Iya, aku denger sekilas. Mereka bilang dia juragan besar di sini, ya?”

“Iya. Katanya anak muda, tapi sukses banget. Ada yang bilang orangnya keras, ada juga yang bilang baik hati. Tapi yang jelas, semua orang segan kalau dengar namanya.”

Sarah terdiam. Ada rasa penasaran yang tiba-tiba muncul. Nama Andi Kerrang seolah menjadi bayangan samar yang menyelimuti desa ini. Ia belum tahu seperti apa sosoknya, tapi cerita-cerita kecil yang ia dengar sudah membuat hatinya ingin tahu lebih dalam.

Sambil menatap ke arah sawah yang gelap, Sarah bergumam dalam hati:

“Sepertinya, perjalanan KKN ini memang akan lebih menarik dari yang kubayangkan…”

Dan ia tak pernah menyangka, bisikan tentang juragan itu bukan sekadar cerita biasa. Dalam beberapa hari ke depan, langkah kakinya akan membawanya bertemu langsung dengan Andi Kerrang, pria yang kelak mengguncang tenang hidupnya.

Terpopuler

Comments

Mahrita Sartika

Mahrita Sartika

hah KKN ya,,, jadi ingat dengan masa kuliah dulu

2025-10-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!