Lianti berbaring di atas sofa sambil memandangi langit langit kamarnya, sesekali bola matanya berputar mengitari tiap sudut kamar yang hampir lima tahun ditinggalkannya.
Sejak tamat SMA, Lianti melanjutkan kuliah di kota lain dan tidak pernah sekalipun kembali ke kota ini. kalau pun rasa kangen pada orang tuanya sudah sangat berat, paling mami dan papinya lah yang diminta untuk datang mengunjunginya.
*Entah rasa sakit seperti apa yang dirasakan Lianti, sampai tidak sanggup pulang ke kota kelahirannya dan juga kota dimana orang tuanya menetap.
*****************
Plash Back On
" Lia, pinjamin buku kimia dong. tadi aku ngak nyatet, soalnya ngantuk banget dan pak Anwar juga jelasinnya kayak gimana ya " ucap cowok yang dengan sengaja menunggu Lianti didepan gerbang sekolah .
Lianti menatap cowok itu dengan keheranan, " Ngak salah apa ya, kan cowok ini biasanya angkuh dan dingin sikapnya " gumamnya dalam hati.
" Hello, kok malah bengong gitu?
takjub ya lihat wajahku yang tampan ini dari dekat ? udah jangan natap lama lama, entar kamu naksir repot loh yah hahahaha " berceloteh lepas sambil tertawa, lalu melambai lambaikan tangannya didepan wajah Lianti. Cowok itu tak lain adalah Irvan.
Lianti salah tingkah di buatnya, wajahnya terlihat memerah menahan malu tatkala kepergok menatap Irvan.
" Eh iya eh ngak kok, apa tadi " sambil bembuka tasnya dan mengeluarkan sesuatu dari sana. " Buku kimia ya?..nih "
Setelah memberikan buku, Lianti pun buru buru berjalan meninggalkan Irvan yang masih senyum senyum sendiri.
*****************
Lianti berulang ulang melirik jam tangannya, sudah satu jam lama ia berdiri menunggu jemputannya. " Kenapa pak Mamat lama banget ? terjebak macet kali ya? ah mungkin lagi mampir kemana dulu disuru mami " gumannya di dalam hati dan mencoba untuk tenang.
Suasana sudah mulai sepi, hanya tersisa beberapa orang siswa siswi di depan sekolah itu. Jalanan di depan SMA 75 yang tadinya macet dan ramai karena jam pulang sekolah, berangsur angsur normal lagi.
" Mau ku anterin pulang, nona cantik? "
ucap Irvan, menghentikan motornya di depan Lianti yang sibuk celingak celinguk melihat kanan kiri berharap mobil jemputannya muncul.
" Makasih banget, kamu duluan aja. sebentar lagi supirku datang "
jawab Lianti menyembunyikan kegelisahannya yang was was kalau terlambat ke tempat bimbelnya.
" Udah, ayo naik. ngak usah malu kamu ngak pandai berpura pura, keliatan banget kalau kamu ngak tenang "
kata Irvan yang tak menunggu jawaban dan langsung menyodorkan helm ke arah Lianti.
Lianti pun seperti bocah manis yang menurut saja, menerima helm itu lalu memakainya dan bergegas duduk di belakang Irvan yang siap tancap gas.
*****************
Motor pun berhenti di depan ruko yang diatasnya terpampang tulisan besar " bimbingan belajar Xxx " disana sudah terlihat ramai dengan remaja seusia Irvan dan Lianti.
" Pantes aja kamu pinter, tapi apa ngak puyeng tuh belajar mulu? " Canda Irvan seenaknya sambil menggantung helm dimotornya.
Lianti hanya tersenyum manis dan berkata, " Terima kasih sudah dianterin, aku masuk ya soalnya sudah telat sepuluh menit " Sambil berlalu meninggalkan Irvan.
*KEESOKAN HARINYA
" Morning Lia " sapa Arya yang sudah duduk disamping Lianti saat suasana kelas masih sepi.
" Morning too, tumben datangnya kepagian " ejek Lianti menggoda Arya
" Ih kok ngomong gitu? harusnya sebagai teman, kamu itu suport aku dong Lia. Gimana sih? " omel Arya, mirip nenek kehilangan sirih.
Obrolan mereka terhenti seketika, Lianti merasa rambutnya ditarik tarik dari belakang. " Irvan, apa yang kamu lakuin? " protes Lianti saat menoleh kebelakang dan mendapati pelakunya.
" Nyantai aja, pinjam rambut kamu cuma dimainin doang. Aku suka loh dengan wangi shampo kamu " jawab irvan seenaknya.
Entah kenapa Lianti pun kembali menyenderkan tubuhnya disandaran bangku, membiarkan rambutnya yang masih agak basah dan terurai itu kembali disentuh Irvan.
" Kringgg kringggg..kringgg " bell tanda pelajaran berakhir berbunyi nyaring.
Irvan buru buru keluar kelas, ia bermaksud menunggu Lianti diseberang jalan depan sekolah tempat dimana biasanya cewek itu menunggu jemputan.
Lianti terlihat berjalan dam menebar senyum ke setiap orang yang di lewatinya. Irvan pun tak mau membuang waktu, " Aku mau balikin buku kamu, nih " kata irvan sambil menyulurkan tangan nyodokan buku yang dibawahnya. Tiba tiba " Brakkk " buku itu jatuh terlepas dari tangan Irvan sebelum sempat dipegang lianti.
Tanpa aba aba, Lianti pun berjongkok mengambil buku itu. Dan dari dalam buku itu muncul lembar kertas warna biru bergambarkan hati disisi depannya.
" Apa ini? perasaan bukan punya aku deh " ucap lianti yang membuat Irvan jadi salah tingkah.
Dengan repleks Irvan menyentuh tangan lianti yang memegang kertas itu, " itu itu mungkin punya aku, iya betul itu punya aku. mungkin semalam terselip di buku itu " jawab Irvan gugup.
Lianti pun tersenyum dan menyerahkan kertas itu pada pada Irvan. Tapi kertas itu ditolak oleh Irvan dan dikembalikan lagi ke Lianti, " Simpan buat kamu aja " Irvan tersenyum malu malu.
" buat apa? " jawab Lianti tak mengerti
Irvan berfikir sejenak sebelum berkata, " Kalau itu melambangkan hatiku dan aku ingin menitipkannya padamu, apa kamu mau menjaganya? " Irvan menjeda kalimatnya untuk mengatur debar jantungnya yang semakin menggebu, " Lianti Erika, apa kamu bersedia jadi kekasihku? " ucap Irvan dengan mantap.
Lianti yang terlihat bingung namun berusaha mencerna apa yang barusan di dengarnya, ia seolah tak percaya kalimat seperti tadi keluar dari mulut Irvan, cowok dingin yang selalu bersikap cuek pada lawan jenis dan sangat diidolakan hampir semua cewek disekolah ini tiba tiba nembak dirinya. " Aaku belum bisa jawab sekarang " ucap Lianti gugup
" Baiklah, ngak apa apa " wajah Irvan sedikit kecewa, lalu melanjutkan kalimatnya lagi," Sekarang ayo aku anterin kamu pulang" tambahnya dan diangguki oleh Lianti.
Mereka berdua berboncengan lagi namun tidak seperti kemarin, saat ini keduanya lebih banyak diam disepanjang perjalanan. Disatu sisi Lianti sudah merasa debaran jantungnya mulai tak karuan berdekataan dengan Irvan, disisi lain Irvan malah terlihat senyum senyum sendiri entah apa yang di fikirkannya.
Lianti berpegangan erat dipinggang Irvan, ia sedikit takut karena tiba tiba laju motor bertambah kencang dan nyalip sana sini diantara kendaraan lain.
Plash Back Off
TUNGGU KISAH SELANJUTNYA, author akan lanjutkan kisah ini secepatnya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Ⓝⓨⓐⓘ Ⓖⓐⓑⓤⓣ
Mama mampir ❤
2022-05-31
0
Fitriana Nanaz
omg...!! krya pertama tapi dah sebagus ini.gmna kraya seterusnya😍
2022-05-26
1
AINI
Terimakasih, salken ya..🙏
Aku pasti mampir juga lihat karya mu
2022-05-26
0