Hipertenlove~ Bab 20

"Si, duduk."

Reksi sudah memberinya kursi plastik disana termasuk untuk mang Ujang juga, silahkan mang...duduk.

"Mang,"

"Kang Bagas..." tegur sapa mang Ujang.

"Hay Si," sapa Deva.

"Hay aa ganteng!" balas Sasi bercanda, namun yakinlah...candaan itu justru memantik riuh dan gelengan mereka.

"Hahahahay! Ini mah adek sama aa sama-sama bahaya, keluarga buaya!" tawa Wisnu ikut disetujui kang Apox.

"Padahal kang Wira mah kalem da yah kang Apox?" pertanyaan Sendi diangguki Apox.

Deva tertawa senang, "wahhh...sengaja kesini, Si?" Deva mulai gencar mendekati Sasi yang kemudian mendapat sorakan dari personel lain dengan riuhnya atas sikap mencolok Deva, "emhhh, modus aa Deva mah!" tawa mereka yang ikut ditertawai geli oleh Sasi, "iya a. Diajakin a Bagas katanya mau liat a Deva manggung ngga, Sasi bilang...ya mau atuhhhh! Masa a Deva manggung Sasi ngga nonton..." kembali jawabnya memantik seruan di tenda Shelter.

Dan Bagas akhirnya mendaratkan dorongan di kepala Sasi, "mana ada!" sungutnya pada Sasi. Deva tertawa renyah seolah sedang dibuai dan dilambung tinggi oleh si gadis cantik penggombal itu.

"Aslina ini mah, baper euy baper..." akui Deva terkekeh yang dibalas tawa Sasi, "hayu atuh a..."

"Kemana?!" tanya Bagas yang justru bertanya paling kencang dibanding yang diajak.

"Ke weseee?" tembak Bagas lagi. Dan obrolan ketiganya itu sukses membuat kang Apox menggeleng-geleng tak habis pikir dengan senyumnya.

Bagas cukup merasa jika Deva menaruh atensi lebihnya pada Sasi, sebab merasa Sasi bak gayung bersambut. Maka yang dilakukannya adalah segera menggiring Sasi untuk lebih menempel di sampingnya dan memberikan pengawasan mata dajjalnya pada Sasi, alisnya bahkan menukik tajam, ngga usah macem-macem.

Sementara Sasi yang sadar akan hal itu segera tersenyum, aku belajar dari suhu-nya.

"Ijin dulu Dev, sama abang buaya..." goda Wisnu lagi.

"Ampun suhu...ijin godain." Canda Deva pada Bagas memancing tawa.

"Langsung dari padepokan? Udah bilang amih?" tanya Bagas pada Sasi yang baru saja duduk disana, di sampingnya.

Bukan Sasi yang menjawab, melainkan mang Ujang yang sepertinya sedang mengadu kegelisahannya pada Bagas atas sikap ngeyel Sasi ini, "belum den. Den nganten ngga tau kalo den rara----"

"Suth!" Sasi melotot pada mang Ujang yang terlampau jujur dan cepu.

Lantas Sasi nyengir pada Bagas, "amih sama apih lagi sibuk mau nyambut keluarga besar. Toh, Sasi cuma sebentar disini, a Bagas kaya yang ngga tau amih aja....beliau kan trauma kalo denger konser band cadas..." kikiknya, siapapun tau jika karena band cadas inilah Asmi keluar jalur.

Bagas paham dan mengangguk.

"Yok Shelter, 5 menit lagi."

Reksi sudah masuk kembali dan memberikan aba-abanya, membuat para personel band ini bergegas bersiap diri.

"Mau ikut nonton di depan atau disini aja?"

"Mau ikut nonton." Sasi ikut beranjak, tujuannya datang kesini kan buat nonton Bagas bukan buat ngerasain duduk di kursi plastik tukang bakso.

"Oke."

Sepanjang langkah menuju stage, Bagas menggenggam pergelangan tangan Sasi yang diekori mang Ujang, seolah ia tak percaya pada siapapun untuk menjaga Sasi, begitupun dengan Sasi yang saat sesekali Bagas melepas, maka tangannya akan otomatis terulur memegang ujung kaos Bagas.

Shelter memanglah band kecil, namun entahlah....saat wajah-wajah mereka terpampang di atas panggung, riuh tinggi seketika menggema di barisan penonton terlebih kaum hawa.

Bagas dan Sasi terpisah di back stage, "disitu aja." tunjuk Bagas pada sudut yang menurutnya paling cocok dan pas.

"Oke."

Bahkan Reksi sudah diwanti-wanti untuk memberi Sasi space paling cocok oleh Bagas.

"Mang titip Sasi. Rek, titip...aa naik dulu, Si." pamitnya.

"Okeh Gas!"

"Sini Si, mang..." pinta Reksi memberikan keduanya tempat dari pinggir kanan sedikit memojok.

Dapat Sasi lihat, meskipun sedikit kurang jelas sehingga ia harus berdiri dan bergeser demi bisa melihat wajah para personel. Termasuk tak terlihatnya sang drummer.

Suara dalam dan merdu Bagas mulai menyapa di pendengaran. Ia memang pandai berkata-kata meski tak banyak, patutlah kaum hawa cukup dibuat klepek-klepek.

Sasi melebarkan senyumnya manakala melihat Bagas berinteraksi dengan penonton yang juga membalasnya tak kalah histeris, bahkan tak sedikit yang meminta request-an lagu dan menjerit jeritkan nama Shelter, Bagas dan personel lainnya.

Alunan musik mulai mengalun, lengkingan bass menggetarkan kalbu, dan tabuhan drum memberikan sensasi euforia tersendiri yang sukses membuat Sasi ikut berjingkrak-jingkrak bersama ratusan penonton.

Suara merdu Bagas beserta penghayatan dan rasa yang disampaikannya melalui syair lirih membawa para penonton hanyut dalam lagu, dan ber-euforia sampai manggut-manggut.

Sasi cukup tau dan hafal dengan lagu yang dibawakan, hingga ia pun tak luput untuk ikut bernyanyi lirih. Sasi semakin bergeser dari tempat asal, bersama dengan mang Ujang yang mengekor, tak lebih dari 3 meter. Takut jika den rara-nya itu kesenggol orang terus lecet.

Sasi merogoh ponselnya dari tas lalu merekam video penampilan Shelter. Matanya berbinar menatap kagum pada Bagas yang beberapa kali netranya menyisiri area penonton dan menemukan sorot mata sayu nan ayu Sasi.

Lagu yang dibawakan, selain lagu milik mereka juga lagu milik band orang yang mereka cover atas ijin pihak yang bersangkutan.

Sasi mematung di tempatnya dalam kesenyapan rasa. Sejenak, keriuhan disini mendadak sunyi baginya saat sorot mata Bagas tertumbuk padanya seolah sedang menyampaikan rasa miliknya.

Pernah berpikir tuk pergi, dan terlintas tinggalkan kau sendiri.....

Tapi ku tak bisa jauh, jauh....darimu....

(..)

Kau dan aku tercipta, tak boleh terpisah.....

Lambat, namun jelas tangan Sasi yang tengah memegang ponsel itu turun. Sasi bahkan mengerjap lamban demi memastikan kondisi hatinya saat ini sedang tidak baik-baik saja.

Sasi segera menyudahi sesi merekam itu, dan kembali pada tempatnya tadi.

"Udahan den? Pegel?" tanya mang Ujang saat menemukan den raranya memilih duduk, dan dibalas cengiran Sasi, "iya mang." Alasannya, dan sisanya...Sasi memilih tetap duduk seraya menikmati suara Bagas tanpa mau melihat lagi ke panggung sampai Shelter turun dari atas panggung.

Konser dijeda sejenak, mengingat adzan berkumandang.

"Mau magrib dulu?" tanya Bagas digelengi Sasi, "lagi dapet, biar mang Ujang aja..." tuduhnya diangguki mang Ujang yang rupanya sudah melinting ujung celana.

Tak ada mushola, tenda basecamp pun jadi. Mereka boleh anak band beraliran punkrock, tapi bagi Deva, Bagas dan Sendi, mereka melakukan jamaah bersama diantara bisingnya sound yang sudah kembali menggema.

Sasi memperhatikan itu, meski mang Ujang yang jadi imamnya.

"Baru pertama kali datang ke konser kaya begini atau udah beberapa kali?" tanya Wisnu. Sasi menggeleng, "udah pernah sekali waktu nyusulin kang Alva sama mpap Nata."

Wisnu mengangguk paham, "suka?"

Sasi tak mengangguk tak pula menggeleng, "ngga terlalu. Kalo dikasih pilihan nonton wayang, mending nonton wayang...si cepot." Wisnu tergelak lalu membekap mulutnya saat menyadari tawanya mengganggu.

"Nanti mah ikut lagi Bagas kalo ada manggung, siapa tau jadi suka...." Wisnu memantik rokoknya.

Sasi mengangguk, "insyaAllah kalo ada kesempatan." Impossible! Ini aja untung-untungan amih dan apihnya lagi sibuk. Kalo engga sih udah di coret dari KK.

Bagas melipat sajadah miliknya, "mau pulang sekarang atau gimana?" tanya Bagas, pemuda itu jelas terlihat segar karena air wudhu, kemudian ia melirik jam di tangan, "udah lewat magrib kan."

"Iya, a. Takut amih marah...."

"Maaf aa ngga bisa anter, masih ada satu lagu lagi nanti di tengah acara."

Sasi mengangguk, "ngga apa-apa, justru kalo pulang bareng a Bagas nanti amih curiga."

Bagas mengangguk setuju, "aa anter sampe depan."

Baru saja mereka melangkah di tengah area, suara empuk sang host menggaungkan nama band yang cukup dikenali Sasi hingga perhatian Sasi teralihkan sejenak.

"Oke, tanpa berlama-lama, langsung saja kita panggil....."

"Remember of today!!!!"

Secara otomatis langkah Sasi terhenti, membuat mang Ujang ikut menghentikan langkah, "kenapa den rara?"

"Eh, A...itu R.O.T yang itu kan...."mata Sasi berbinar,

"Iya. Kamu tau?" tanya Bagas, belum sempat menjawab, gadis itu justru sudah bergegas berlari ke arah samping panggung demi menjangkau tempat penonton dan bergabung disana.

"Eh, den rara!" mang Ujang bergegas menyusul sembari menunjukan ekspresi pasrah dan lelahnya, Bagas ikut mengejar Sasi dengan tawanya, "bocil nyusahin orangtua..."

Sasi sudah melesak bersama penonton lain dan ikut berseru, meski kemudian Bagas menariknya untuk tak terlalu dalam.

Nyatanya Sasi sudah ikut bernyanyi dan menyatu, semua tlah berubah, sejalan dengan waktu, setiap detik, berharga bagikuuuuu, wwooooo!!!

Dan tebak yang terjadi, saat si vokalis menyerahkan microphonenya ke arah depan, ia melirik ke arah sang putri bungsu Kertawidjaja yang sudah heboh bak monyedd puber.

"Naik hey kamu yang cantikkk!" pintanya dan Sasi berseru kegirangan. Para panitia memberikan ruang dan panggung untuk Sasi.

"Siapa namanya?"

Sasi sempat terdiam mematung lalu lirih menjawab di mic, "namaku cinta..."

WOAAAAHHHH

HUUUUU!!!!

Sang vokalis tertawa begitupun personel lain.

SASMITAAAA! Geram Bagas.

.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Vike Kusumaningrum 💜

Vike Kusumaningrum 💜

Makin darah tinggi aja si Amiih, 2 anak laki manut eh 2 anak perempuan malah berontak. gitu tu kalau terlalu dikekang, padahal anak yang diberi kepercayaan asal bisa jaga diri, pasti lebih tangguh jawab atas dirinya. wah wah wah si "Cinta" jadi terkenal nanti ngalahin a Bagas, makin takut bayangin kalau ketahuan Amih 🤭🤭


mksh teh Sin updatenya, lamaaaaa 😭😭😭😭 baca dikit udah habis 😭🥺

2025-02-06

4

Marliyanipratama

Marliyanipratama

eleeh eleuh eta si aa meni kitu ka bayang Expressi muka na geram jengkel jeng gegeremet gigi na hahaah cancang atuh a nganggo tali geura geuh ameh ulah lepas,,, ngan tali na ku emas batangan jeng acis dollar AS a

2025-02-06

1

Tri Tunggal

Tri Tunggal

si aa kebakaran jenggot yak 😂😆
namaku cinta".....sungguh memang cinta... sasi kayak ibun ganis nih menarik para kumbang mendekat 😄😄

2025-02-06

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!