03 - Bukan tugas-ku

Sebelum Arsa dan Belleza menginjakkan kaki di sebuah mall. Dari kejauhan mereka sudah melihat orang-orang berlalu lalang, tempat yang mereka kunjungi kali ini, adalah salah satu mall yang memiliki lantai paling rendah dibanding mall lainnya, tapi bukan berarti sempit.

Justru karena tidak menjulang tinggi, ruangannya terasa lebih luas. Mall ini hanya tidak memiliki lantai bertingkat–tapi soal kenyamanan jangan diragukan.

Tepat saat mereka menginjakkan kakinya di pintu masuk mall, pendengarannya sudah disambut oleh lagu-lagu, entah dari kedai yang mana.

Arsa melihat ke sekitar, pandangannya lebih tertarik melihat sebelah kanan, ada satu tempat yang terlihat sangat ramai sekali, bahkan diantaranya terlihat orang-orang rela mengantri. Sedangkan di sebelahnya yang tidak begitu jauh, terlihat sedang mengadakan festival, orang-orang pun berkerumun menyaksikan.

Arsa berjalan mengikuti langkah kaki Belleza, ia sadar bahwa orang-orang di belakangnya makin ramai memasuki mall. Semakin sore waktunya semakin banyak orang-orang yang berdatangan, ditambah arsa melupakan fakta bahwa, seperti inilah yang terjadi di mall ketika weekend.

Orang-orang mungkin mengunjungi mall hampir di setiap weekend, terlihat seperti sekarang banyak sekali orang-orang yang keluar masuk, bahkan Arsa mendengar orang-orang membicarakan film yang akan ditonton. Pantas aja mall kali ini terasa sangat ramai. Para pekerja kantoran pun mungkin sebagian besar berada di sini, karena mereka memiliki waktu libur lebih banyak dibanding dirinya.

Saat orang lain libur di hari minggu, bahkan Arsa harus bangun pagi sekali untuk bekerja. Meski begitu Arsa memiliki mimpi yang sangat besar, dan semangat yang tidak bisa diragukan, namun sayang sekali, hampir semua gajianya dia serahkan kepada orangtuanya untuk membantu perekonomian dan kebahagiaan keluarganya.

Arsa adalah gadis yang memiliki prinsip yang kuat. Tapi tiap kali waktunya melangkah untuk keluar dari zona nyaman, ia selalu ragu. Bukan karena lemah–melainkan terlalu lama hidup dalam batas aman. Ditambah ia bukan pekerja kantoran seperti terdapat di novel-novel yang sering orang orang baca, dimana tempat kerjanya pasti’ terdapat ruangan ber AC, atau seperti kisah sekertaris jauh cinta pada CEO dan cerita sejenis nya.

Jauh dari itu, ia sama saja seperti kebanyakan dari kalian yang sedang berjuang untuk kehidupan nya yang lebih baik. Dia hanya karyawan pabrik hanya seorang buruh kasar karena pekerjaan nya mengandalkan kemampuan fisik.

Mall masih ramai tidak menunjukan perbedaan dari sebelumnya, Belleza telah menyamakan langkahnya dengan arsa. Mereka sekarang jalan bersebelahan.

“Sa....” panggil Belleza.

Arsa hanya diam. Tidak bergeming sedikitpun, seolah ada sesuatu yang sedang mengganggu pikirannya–membuatnya tenggelam dalam dunianya sendiri.

“Arsa! Saa...” teriak Belleza, menggoyangkan punggung temanya.

“Hah? Iya, Zaa?” Arsa kaget, Zaa tiba-tiba menghalang jalannya.

“Cari skincare dulu yaa,” pinta Belleza tersenyum tipis.

Tanpa pikir panjang arsa langsung mengangguk, menyetujui permintaan temanya–berjalan mengikuti langkah Belleza. Arsa tersenyum melihat punggung temannya. Ia baru menyadari sesuatu dari temannya, setiap bertemu–Belleza pasti tidak bisa lepas dari warna pink. Ada aja warna pink yang melekat di tubuhnya entah dari tas, baju, sepatu, ataupun blazer nya.

Tidak membutuhkan waktu yang lama mereka telah sampai di tempat yang dituju, Belleza langsung masuk dan begitu antusias, mencari-cari barang yang diinginkannya.

Tempat yang dikunjungi Belleza bisa dibilang surga dunia bagi para kaum perempuan, namun tidak ada yang bisa menarik perhatian Arsa, ia tidak tertarik untuk melihat apapun, lebih memilih mengikuti temannya. Meski toko tersebut menunjukkan label diskon yang sangat besar. Tapi tetap saja Arsa tidak tertarik.

Arsa mengikuti Belleza ke manapun, bahkan keduanya hampir bertabrakan karena arsa tidak memperhatikan. Ia bukan tidak menyukai skincare ataupun set-set makeup, hanya saja dia begitu sayang akan uang yang harus dia keluarkan untuk mengadopsi nya. Dia lebih memilih untuk belanja di toko online, melihat harga disana lebih murah di banding tempat yang sekarang, sedang dia jelajahi bersama temannya.

Arsa mendengar orang-orang menanyakan sesuatu kepada pegawai disana, Belleza masih sibuk memilih skincare, arsa ikut mencari barang yang Zaa inginkan. Sejujurnya Arsa bisa saja menyenangkan dirinya untuk sekedar berbelanja apa yang dia suka, namun Arsa selalu mengingat orang-orang yang berada jauh dengan dirinya sekarang. Mengingat bagaimana jadinya jika dia tidak bisa membantu membiayai biaya sekolah adiknya, dan hal lainnya.

Salah satu teman arsa pernah bilang, tugas seperti itu bukan tugas Arsa–untuk membiayai sekolah adiknya. Karena Arsa masih punya orangtua yang harusnya masih bisa membiayai sekolah adiknya. Namun Arsa adalah Arsa yang ingin mencoba berbakti untuk membantu kehidupan keluarganya, mengingat orangtuanya yang kian tahun umurnya semakin menua

Jadi pikir Arsa, ini saatnya dia berjuang mati-matian untuk menyenangkan keluarga. Walaupun hal tersebut sedikit menyakitkan, karena dia terkadang lebih banyak mengorbankan kebahagiaan dan keinginannya untuk menyenangkan keluarga.

Pernah satu waktu Arsa ingin sekali membeli sepatu, karena sepatunya sudah tidak nyaman. Bawahnya sudah cukup tipis, terasa sakit saat dipakai. Arsa sudah berniat untuk membelinya, sudah juga memasukan ke dalam keranjang online belanjaannya ditoko orange.

Pada saat itu ia berencana untuk men check out nya di sore hari. Karena itu merupakan waktu santainya setelah bekerja. Gaji per dua minggunya pun selalu masuk siang hari. Setelah pulang dari kerja dia bersantai lalu membuka aplikasi itu untuk membeli barang keinginan. Namun sesaat saat ingin membuka aplikasi orange. Ia mendapatkan notifikasi dari mamanya, memberi tahu bahwa adiknya perlu sebuah sepatu karena sepatu dan mengirimkan bukti keadaan sepatu adiknya.

Arsa hanya tersenyum kecut, seakan dirinya memiliki tanggung jawab yang mungkin bukan seharusnya tugasnya. Mengingat di luaran sana orang-orang seusia nua sibuk dengan pendidikannya, bahkan sebagian teman-temannya sudah ada yang mendapatkan jodoh.

Pesan singkat yang dikirimkan mamanya, menjadikan beban, ia mulai sibuk menimbang-nimbang kebutuhan siapa yang harus dia dulukan.

Kebutuhannya dirinya atau kebutuhan adiknya. Lamunannya di buyarkan oleh dering ponsel tanda panggilan masuk seseorang ingin melakukan sambungan video dengan dirinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!