05 - Keluarga

Ansa berjalan melewati beberapa pedagang dan sesekali melihat beberapa tetangga kos nya yang sedang membeli makanan pedas di pinggir jalan arah ke kosannya, Ia terus berjalan menuju tempat peristirahatannya yang hampir 3tahun ini sudah ia huni. Dia mulai memasuki gang menuju kediamannya seperti biasa Arsa hanya merasakan sepi seyap, hanya terdapat sorot lampu tetangga kos nya yang menyala sehingga jalan yang ia lewati tidak begitu menakutkan karena cahaya dari lampu itu sangat terang.

Tak terasa langkah kakinya sudah membawanya pada anak tangga, ia pun dengan hati-hati menaiki anak tangga itu di bantu dengan senter yang ia gunakan dari ponselnya. Untungnya tangga tersebut tidak begitu banyak hanya berisikan lima belas anak tangga.

Tidak perlu waktu yang lama Arsa sudah berada tepat di depan pintu kamar kos nya. Sejujurnya di lubuk hatinya Arsa sedikit mengomel karena dari tangga hingga menuju kosnya yang berada di ujung lantai dua sangat gelap sekali tidak ada yang menyalakan lampu.

Sejujurnya suasa yang Arsa rasakan sedikit seram menakutkan, dia merasa ada seseorang yang lewat tepat di belakang nya , semakin Arsa mencoba mengabaikannya semakin jelas dirinya merasa di ikuti seseorang dari belakang.

Dengan sedikit keberanian yang dia punya dia sengaja mencoba untuk menengok ke belakang, tepat pada saat akan melakukan nya pikiran Arsa sudah berkecamuk terbanyak film-film horor yang sering dia tonton bersama temannya, Lyin.

Gadis itu memegang tali slimbag miliknya dengan sangat erat, bahkan denyut jantung miliknya terasa bekerja lebih cepat dari biasanya , walaupun Arsa tidak menunjukkan wajah yang pucat ataupun keringat dingin, jauh dikubuk hatinya dia tetap merasakan perasaan cemas khawatir, waspada dan tidak tenang di dalam dirinya.

Namun untungnya saat dia benar-benar melihat kebelakang hal hal menyeramkan yang sempat dia bayangkan sedari tadi tidak benar benar ada. Dia melihat sekelilingnya, ke kanan dan kiri dengan tatapan memeriksa buru-buru iya nyalakan stop kontak yang tidak jauh berada dekat dengan dirinya.

Arsa merogoh kunci kosan dalam saku celana nya, dengan sangat buru-buru. Sebenarnya sekarang ini dia tidak begitu memikirkan dan mengomel soal kosan nya yang masih gelap gulita. Karena ia beranggapan bahwa anak kosan lain mungkin memang belum pulang atau kebanyakan dari mereka lebih memilih mudik seperti yang sering dilakukan oleh para teman kosnya saat libur kerja.

Ya, walaupun sebelumnya jauh di lubuk hatinya ia mengomel perihal tidak ada seorang pun yang mengerti dan berinisiatif untuk menyalakan lampu kosan. Mengingat dirinya yang lebih sering menyalakan.

...****************...

Arsa merapikan anak rambutnya yang sedikit mengganggunya, namun tiba-tiba telepon genggamnya miliknya bergetar, tak perlu waktu lama ia pun melihat apa yang menyebabkan ponsel nya bergetar , ia benar-benar kaget karena getar ponsel nya berisi reminder bahwa tepat dihari adalah tanggal pembayaran kosan setiap bulannya.

Arsa menghembuskan nafas berat, karena dia benar-benar lupa soal pembayaran itu, masalahnya bukan persoalan telatnya pembayaran tersebut, namun dia sudah tidak punya simpanan lagi, karena seminggu sebelumnya uang simpanan dia yang seharusnya untuk membayar kosannya ia kirim kerumahnya untuk biaya adiknya sekolah pasalnya jika sang adik laki-laki nya tidak bisa membayar tunggakan sang adik tidak bisa mengikuti ujian seperti saat dulu saat dirinya sekolah.

Arsa bukan mengarang cerita tapi itulah kenyataannya yang sering terjadi di sekolahnya. Bahkan sudah menjadi tradisi tiap tahun saat Arsa akan melakukan ujian ibunya selalu terlihat kesulitan mencari biaya agar dirinya bisa mengikuti ujian, tak tanggung-tanggung.Bahkan sesekali ibunya dimarahi orang perihal uang yang ibu Arsa pinjam pasalnya belum sempat terbayar tapi ibunya susah meminjam lagi.

Mungkin jika keluarganya memiliki tanah atau ladang ibunya dulu tidak begitu kesulitan untuk mencari biaya sekolah Arsa, bisa saja ayahnya menjual tanah miliknya atau pun menggadaikan sementara. Namun sungguh sayang hal itu tak mungkin terjadi hal itu seperti mimpi. Karena keluarga nya tidak punya apapun yang bisa di jual selain rumah tempat orangtuanya tinggal sekarang.

Arsa juga bukan orang yang terbilang sangat pintar , mungkin jika dia pintar dia bisa mendapatkan beasiswa sehingga ayah dan ibunya tidak begitu kesulitan saat men sekolah kan dirinya dulu.

Namun Arsa tetep bersyukur memiliki orangtua seperti mereka, bersyukur menjadi bahagia dari keluarga itu, meskipun keluarganya terbilang serba kekurangan namun keluarga nya terbilang cukup harm

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!