02 - Siapa Mildan

“Btw gimana soal lo.” tanya Arsa penasaran.

“Gue? Lo tau sendiri dia yang secara ugal-ugalan ngejar gue. Padahal, gue suka temennya. Hehe.” balas Belleza tertawa pelan.

“Hati-hati hlo. Nanti dia sama yang lain lo yang nyesel. Haha. Tapi serius nih ya, masa lo ga ada rasa?” tanya Arsa, serius menatap belleza.

Belleza dibuat kaget saat Arsa terlalu mendekatkan wajahnya, ia mengalihkan pandangannya, gelagat nya mulai aneh.

Sementara itu, Arsa yang didepannya menghela nafas pelan, hampir tidak terdengar. Entah apa yang di pikirannya. Tapi, jauh dari itu Arsa benar-benar dibuat kaget atas jawaban Belleza. Sejujurnya ia tidak berniat menanyakan soal relationship tamannya, namun Belleza malah membahasnya.

Arsa hanya mendengarkan saja, menanggapi cerita Belleza, tidak protes. Ia berpikir, mungkin itu yang dibutuhkan temannya.

Belleza memainkan nail artnya berkata pelan, tanpa menatap mata Arsa “Dia baik, pengertian, dan selalu ada saat gue butuh. Gue rasa nyaman itu ada. Tapi, ga sebanding sama rasa gue ke temennya.Hehe.”

“Hah... Siapa?” ucap Arsa kaget, matanya membulat mulutnya sedikit menganga.

“Mildan, Saa. Lo ga inget dia?”

“Eh–gue... kaya nya ga ada deh.” Arsa bingung, seinget nya memang tidak ada nama itu

Belleza menopang dagunya, “Ada Saa. yang sering bareng Arga. Tinggi, putih dan paling harum di pabrik. Hahaha.”

“Haha... Emangnya si Arga ga wangi?” tawa Arsa renyah. Ia memutar-mutar ponselnya, “Tapi, gue ga kenal Mildan.” jawab Arsa yakin.

“Pasti kenal, kerjaan kalian saling berkaitan.” Balas Belleza.

Arsa masih asyik memainkan ponselnya, ia mengerutkan kening. “Serius? Apa iya sih? Gue beneran nggak inget,lho.”

“Ada, bentar... gue tunjukkin. Coba pinjem hp lo, deh. Ponsel gue lowbat, hehe. Ternyata susah banget nyari foto tuh anak.” ucapnya sambil menscroll ponsel milik

“Kayanya gue tau.” Gumam Belleza sedikit berpikir lalu mengganti nama @ildan_A di kolom pencarian IG dengan nama @Ar__nizo. Tak lama, akhirnya foto yang di cari muncul.

“Nih, lo tau, kan?” Belleza menyodorkan ponselnya pada Arsa.

“Miu.” ucap Arsa, terpaku beberapa detik menatap layar ponselnya.

“Hah, lo bilang apa tadi?” tanya Belleza, karena perkataan Arsa yang nyaris tak terdengar.

“Setau gue, nama dia Miu, Zaa. Terus, dulu lo sempet bilang dia punya pacar, kan! Lo masih tertarik sama pacar orang?” balas Arsa, takut pertanyaan nya menyakiti temannya.

“Haha. Eh–gue masih waras,lho. Tapi, gue rasa jadi tertarik lagi sama dia, karena—gue tau dia single, hehehe. Mildan udah putus dari lama, kalau ga salah, sejak kali pertama gue anter lo ke toko buku itu.” ucapnya memainkan helaian rambut.

“So... lo mau ngejar dia lagi? dan gantungin si Arga gitu?” ucap Arsa, melirik Belleza penuh tanya.

“Kalo bisa, ya kenapa engga, haha. Tapi, untungnya gue ga tau dia dimana, so–buang jauh-jauh kecemasan lo. Arga aja nggak tahu keberadaan sohibnya dimana, gue sempet nanya sia soalnya.”ujar Belleza menyeruput minuman terakhirnya.

“Eh–Saa. Kayanya orang-orang disana memperhatiin lo, deh? temen lo?” tanya Belleza, menunjuk sesuatu lewat matanya.

“Haha. Bukan gue tapi lo, Zaa.” Ucap Arsa tertawa pelan.

“Masa? Mumpung kita mumpung ini, sekalian main gak sih, sayang banget kan kalau langsung pulang. Gue juga udah lama nggak shopping, lho?” ajak Belleza tersenyum lebar.

“wah–ide bagus tuh. Tapi, sayang banget kurang kehadiran Lyin.” ucap Arsa cemberut.

Ia tampak berpikir sejenak, kedua alisnya menjelaskan, “yaudah, ayo cabut. Kayaknya gue juga mau beli sesuatu deh baju misalnya gitu.”

“Baju?” tanya Belleza

“Iya. Setelah denger teori ramen dan alpukat ga buruk juga. Haha.” Ucap Arsa tertawa terbahak. Beberapa orang mulai melirik karena suaranya yang pecah.

Belleza buru-buru berdiri dari kursinya, lalu berlari kecil ke arah Arsa dan memeluknya erat

“Akhirnya si kepiting ini mau keluar juga. Haha.”

Tawa mereka mulai mereda. Suasana pun perlahan mulai kembali tenang. Arsa mengirim ke jam di ponselnya.

“Ayo keburu sore.” gumamnya

Tak lama kemudian, pelayan yang tadi mereka oangg datang menghampiri meja mereka.

“QRIS aja bisa, mas?” tanya apa sama siapa mengambil ponsel.

“Bisa kak.” pelayan itu mengangguk, lalu menyodorkan barcode ke arah Arsa.

“Apa lagi, mas ? tanya Arsa bingung.

Pelayan itu tampak canggung. “Eh, maaf, kak... apa benar itu Kak Belleza Cannonova? tanya nya agak ragu, sambil melirik ke arah Belleza.

Arsa melirik cepat ke arah sahabatnya, bingung harus menjawab atau tidak. Tapi saat dia mau membuka mulut, Belleza sudah lebih dulu melepaskan pelukannya dan menoleh ke arah pelayanan.

“Iya, saya sendiri. Kenapa, Mas?”jawab Belleza dengan senyum ramah.

“Anu, Kak... boleh minta foto.” Tanya pelayan itu dengan hati-hati.

Belleza yang mendengarnya hanya tersenyum lebih ramah. Ia mengangguk, pelayan itu merongga ponsel di sakunya. Sudah membuka aplikasi kamera untuk mengambil gambar bersama Belleza.

Arsa hanya memperhatikan, lalu ia sedikit bergeser dan duduk di kursi yang kosong di sebelah kursinya tadi. Namun Arsa justru di tahan oleh pelayan itu. Pelayan itu tidak keberatan berfoto satu bingkai dengan Arsa. Asa hanya menuruti tidak bisa menolak permintaan.

Setelah mendapat 2 jepretan. Arsa menawarkan diri untuk membantu pegawai laki-laki tersebut.

“Saya bisa bantu ambilkan gambarnya, Mas. Kapan lagi coba, kan.” ujar Arsa tersenyum lebar.

Pelayan itu tampak berpikir sejenak, antara menyetujui perkataan Arsa dan tidak. Tak lama kemudian akhirnya pelayan itu menyetujui saran dari Arsa, setelah Arsa selalu menawarkan hal yang sama.

Elsa mengandung gambar beberapa jepretan, tidak membutuhkan waktu lama dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan oleh pelayan laki-laki itu. Pelayan itu tidak lupa berterima kasih, berterima kasih kepada Arsa kepada Belleza bahkan keduanya,

Namun sebelum Arsa dan temanya akan melangkah meninggalkan restoran. Pelayanan terkuat tempat meminta izin kepada Belleza untuk mengunggah hasil jepretannya. Belajar yang mendengarnya, hanya tersenyum mengangguk. Tak lama pelayan itu pergi dan Belleza pun melanjutkan perjalanannya bersama Arsa

“Saa... masnya lucu ya. Gue serasa artis. Haha.” senyum sumringah terlihat di wajah Belleza

“lo baru sadar, lo itu terkenal. Gue harap lo selalu dapat lingkungan yang sportif.”ucap Belleza pelan.

“Thanks juga, sudah jadi dari bagian perjalanan untuk tumbuh berkembang hingga gue sampai di titik ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!