Terlihat sebuah toko bunga yang letaknya tak jauh dari di pinggiran kota. Toko bunga itu adalah toko bunga milik Galang, kakak angkat Tania. Di sana, sudah terlihat seorang gadis cantik tengah mengatur beberapa pesanan bunga yang akan ia antar pada seorang pembelinya. Gadis itu tak lain adalah Tania Salsabila. Saat ini, ia sedang membantu Galang kakak angkatnya menjaga toko bunga miliknya.
Tiba – tiba sebuah mobil mewah berhenti di depan toko bunga milik Galang. Saat mobil itu sudah berhenti sempurna di depan tokonya, seorang wanita paruh baya turun dari mobil dengan gayanya yang sombong. Wanita itu tak lain adalah Nyonya Maya, ibu tiri Tania.
Ia berdiri di depan toko bunga Galang sambil membuka kacamata hitamnya, menatap jelas toko yang ada di depannya itu. Setelah puas menatap tokonya, ia masuk ke dalam dengan gaya angkuh dan sombongnya.
Terdengar lonceng pintu toko saat Nyonya Maya mendorongnya, membuat Tania langsung menyapa tamu yang masuk. Dan itu memang sudah kebiasaan Tania saat ia mendengar bunyi lonceng pintunya.
“Selamat datang!” sapanya. Ia terkejut saat melihat Nyonya Maya yang ia kira sebagai pembeli.
Nyonya Maya tidak menanggapi sapaan dari Tania. Ia hanya melihat sekeliling toko milik Galang dengan ekspresinya yang enggan untuk berada di sana.
Tania kembali bicara pada Nyonya Maya saat perempuan paruh baya itu diam dengan wajah sombongnya.
“Apa yang membuat tante datang ke sini?” tanya Tania dengan wajahnya yang tak suka melihat kedatangan Nyonya Maya.
“Ternyata toko ini sama sekali tidak berubah ya. Sama dengan dua tahun yang lalu saat terakhir kita bertemu. Tidak ada peningkatan sama sekali,” kata Nyonya Maya merendahkan toko bunga milik Galang.
“Tante datang ke sini, pasti ada sesuatu yang tante ingin katakan padaku. Katakan, apa mau tante?” tanya Tania kembali. Ia tak ingin bicara basa basi dengan Nyonya Maya, orang yang sudah mengusirnya dari rumah peninggalan ayahnya. Apalagi ia tahu kalau Nyonya Maya datang pasti karena ada sesuatu yang ingin ia katakan.
Nyonya Maya langsung menatapnya dengan serius, kemudian berjalan dengan angkuh menghampiri Tania, menatapnya dengan tatapan tak suka pada Tania.
Ia melipat kedua tangannya di depan dadanya saat berada di depan Tania.
“Aku datang ke sini untuk memperingatkanmu!” kata Nyonya Maya dengan tatapan angkuhnya pada Tania.
“Apa tante? Bukannya aku sudah tidak ada hubungan lagi dengan kalian?” tanya Tania melihat wajah Nyonya Maya dengan serius.
“Benar sekali. Kita sudah bukan keluarga. Kau sudah bukan bagian keluarga Gunawan lagi. Dan kau juga bukan calon tunangan dari pewaris Abraham!” jawab Nyonya Maya dengan sombong.
“Apa maksud tante?” tanya Tania yang belum mengerti sepenuhnya dengan ucapan Nyonya Maya.
“Ikrar Abraham, tunangan Belinda sekarang sudah kembali.”
Tania terkejut mendengar ucapan Nyonya Maya. “Kak Ar sudah kembali?” tanya Tania memperjelas apa yang ia dengar dari mulut Nyonya Maya?
“Iya, dan dia akan bertunangan dengan Belinda. Aku datang ke sini untuk memperingatkanmu. Jangan pernah muncul di hadapan mereka. Kalau tidak, aku akan membuat wanita bodoh yang sudah merawatmu selama ini menjadi gelandangan. Dan toko ini juga akan hilang selamanya!” ancamnya dengan tegas.
“Apa maksud tante?” tanya Tania.
“Rumah yang kau tempati itu adalah rumah kontrakan yang sudah aku beli, bersama dengan toko bunga ini. Kalau kau tidak mau mereka jadi gelandangan, jangan pernah muncul di hadapan kami. Lagi pula Ikrar sudah melupakanmu. Semua orang sudah menganggapmu mati semenjak kau meninggalkan rumah. Dia lebih memilih Belinda. Dia sendiri yang mengajukan pada kami untuk tunangan dengan Belinda. Jadi sadar lah dengan posisimu sekarang. Kau itu bukan siapa – siapa lagi di mata Keluarga Abraham!” jelas Nyonya Maya.
Tania merasa sedih mendengar perkataan Nyonya Maya. Apalagi saat Nyonya Maya mengancam keluarga angkatnya, orang yang sudah menampungnya delapan tahun lalu saat ia tak punya apa – apa dan siapa – siapa?
“Baiklah, sesuai keinginan tante. Aku tidak akan muncul di hadapan kalian. Tante tenang saja,” balas Tania dengan berat hati.
Saat ini, ia sangat merindukan Ikrar, lelaki yang selama ini ia tunggu. Namun, ia lebih mementingkan keadaan keluarga angkatnya di banding perasaan pribadinya. Sekarang ia tidak membutuhkan apapun, yang ia butuhkan hanya ketenangan.
Ia sangat bersyukur mendapatkan ibu angkat dan kakak angkat yang bersedia merawatnya. Ia ingin hidup damai tanpa ada masalah apapun. Rasa rindunya pada Ikrar akan ia buang jauh – jauh, apalagi lelaki itu sudah bertunangan dengan Belinda. Tak pantas lagi baginya berurusan dengan Ikrar.
“Bagus, kalau aku melihat wajahmu di depan Belinda dan Ikrar. Ibu dan kakak angkatmu itu akan menerima ganjarannya. Ingat itu.” Ancamnya kembali.
Tania tidak lagi membalas ucapan Nyonya Maya. Ia hanya menatap diam Nyonya Maya dengan ekspresinya yang terlihat biasa.
Melihat Tania yang hanya diam, Nyonya Maya pun membalikkan badannya meninggalkan toko Tania dengan gaya angkuhnya itu.
Setelah Nyonya Maya pergi, Tania langsung menghela nafasnya dengan kasar. Ia sangat tertekan kalau berhadapan dengan wanita yang sudah menjadi ibu tirinya itu.
Ia kemudian memegang kalung pemberian Ikrar yang masih terpakai di lehernya. “Hanya kalung ini yang menjadi kenang – kenangan darinya,” gumamnya sambil tersenyum melihat kalung yang ia pegang di lehernya, kemudian kembali menghela nafasnya di sana.
Tiba – tiba Galang masuk ke dalam toko bunganya setelah ia habis mengantar kan pesanan bunga dari beberapa pembeli. Namun, Tania tidak menyadari kedatangan Galang, karena ia fokus menatap kalungnya sambil mengingat Ikrar.
“Tania, kau kenapa?” tanya Galang saat melihat Tania melamun menatap kalungnya.
Tania kaget, ia langsung mengangkat kepalanya melihat Galang di depannya.
“Kak Galang sudah kembali sejak tadi?” tanya Tania.
“Aku baru kembali dek. Kamu kenapa sih dari tadi. Aku datang pun kamu tidak sadar, padahal lonceng pintunya bunyi?” tanya Galang penasaran. Saat itu, ia berjalan menghampiri Tania yang berdiri di depan meja yang sudah di penuhi bunga.
“Tidak apa – apa. Aku hanya ingat tentang wawancaraku kemarin,” jawab Tania.
“Apa kau khawatir kalau lamaran pekerjaanmu di tolak?” tanya Galang yang sibuk membantu Tania merapikan bunga – bunganya.
“Iya kak ... .” jawab Tania.
“Kau tidak perlu khawatir begitu. Kalau kau tidak di terima, kau bisa membantuku menjaga toko bunganya kan!” jelas Galang menatap Tania sambil tersenyum.
“Tapi aku mau punya pekerjaan yang menghasilkan banyak uang. Kita bisa mengembangkan toko bunganya menjadi lebih besar kak!” balas Tania.
“Kalau kau mau bekerja untuk toko bunga ini, aku tidak akan mengizinkanmu Tania. Aku bisa mengembangkannya sendiri, meskipun prosesnya lama!”
“Baiklah. Tapi aku tetap mau bekerja kalau aku sudah di terima di sana. Aku ingin menghasilkan uang sendiri yang lebih banyak lagi,” kata Tania dengan serius melihat Galang.
Galang langsung mengulurkan tangannya, memegang atas kepala Tania sambil tersenyum melihat gadis cantik itu.
“Itu terserah padamu. Selama kau merasa nyaman menjalaninya Tania. Aku akan mendukungmu!” kata Galang berusaha membuat Tania merasa nyaman.
“Terima kasih banyak kak ... Kak Galang memang yang terbaik!” puji Tania sambil tersenyum.
Galang tersenyum, kemudian membalas ucapan Tania. “Baiklah. Aku akan pergi mengantar bunga – bunga ini lagi. Istirahat lah dulu. Oke!”
“Iya.”
“Setelah aku mengantar ini. Kita akan pergi makan siang, ya,” kata Galang.
“Iya,” balas Tania sambil tersenyum.
“Aku pergi ya!” pamitnya sambil memegang beberapa rangkaian bunga yang sudah tersusun rapi.
Tania hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum melihat Galang.
Sesaat setelah bicara pada Tania, ia pun berjalan meninggalkan Tania yang masih berdiri di tempatnya tadi.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Rosmery Napitu
semangat Tania....jodoh tak kemana....
cinta tau kemana ia hrs berlabuh.....
😍😘
2021-06-19
0
Lenni Yulianti
msh nyimak
2021-06-05
0
lelah sekali
heduuh Mak Lampir GG tau diuntung
2021-05-31
0