Mobil Emir sudah terparkir sempurna di depan rumah Kediaman Abraham. Ikrar langsung membuka pintu mobilnya, kemudian turun dari mobilnya. Ia menatap rumah besarnya yang selama delapan tahun ini baru ia lihat.
Tidak ada yang berubah di sana. Tampak seperti dulu ketika ia meninggalkan rumah besarnya itu. Ia berdiri menatap depan rumahnya sambil menunggu Emir selesai menurunkan barang bawaannya.
“Ayo masuk Tuan Muda!” ajak Emir ketika ia sudah berdiri di samping Ikrar.
Ikrar hanya mengangguk menatap Emir di sampingnya, kemudian berjalan masuk ke dalam rumahnya.
Saat berada di dalam rumahnya, Ikrar sudah mendengar suara tawa pria yang terdengar pecah. Ia berjalan mencari asal suara tawa itu, sedangkan Emir berjalan menuju lantai 2 untuk menyimpan barang milik Ikrar.
Ikrar berjalan menuju taman belakang rumahnya menghampiri asal muasal suara yang ia dengar. Di sana ia sudah melihat ibunya sedang mengobrol dengan seorang pria yang tak lain adalah Axel, keponakan ibunya.
“Ibu!!” panggil Ikrar sambil berjalan menghampiri ibunya.
Adelia menoleh melihat anaknya. “Ar ... kau sudah kembali,”
“Iya,” balas Ikrar tanpa melihat ibunya. Ia hanya melihat dengan seksama wajah Axel.
Adelia tersadar dengan kedua lelaki tampan yang saling bertatapan, namun seperti tak saling mengenali satu sama lain. Ia kemudian berdiri dari tempat duduknya untuk memperkenalkan mereka kembali.
“Kalian belum kenalan ya?” tanya Adelia menatap mereka berdua saling bergantian.
Axel langsung berdiri dari tempat duduknya.
Adelia kembali bicara. “Ar.... ini Axel anaknya Paman Darel dan Bibi Nerissa. Kamu pasti masih ingat dia kan. Dia baru saja kembali dari Amerika satu minggu yang lalu. Dia katanya mau kuliah di sini.”
Axel memang sengajakembali dari Amerika setelah ia mendengar kalau kakek neneknya akhir – akhir ini sakit – sakitan. Ia sekarang tinggal di rumah Pak Ferdi, menemani kedua orang yang sudah tua itu. Sementara kedua orang tuanya masih berada di luar negri.
Ikrar yang berdiri di sana, mencoba mengingat Axel, sedangkan Axel hanya tersenyum santai menatap Ikrar.
“Oh ... Axel, anak cowok yang genduk itu, yang selalu mengikutiku dan Tania kemana – mana!” seru Ikrar.
“Iya ... sudah lama sekali kita tidak bertemu. Sudah delapan tahun,” balas Axel sambil tersenyum.
“Kau sudah banyak berubah ternyata. Lebih kurus sekarang!” seru Ikrar sambil tersenyum menatap sepupunya.
Axel hanya tersenyum mendengar ucapan Ikrar tanpa membalas ucapannya.
Melihat mereka sudah saling mengenal kembali, Adelia kembali bicara kepada anaknya.
“Oh, ya Ar. Apa kamu ke rumah Tania?” tanya Adelia penasaran.
Adelia memang tidak tahu tentang masalah Tania selama ini, karena ia dan anak – anaknya tinggal di Inggris selama delapan tahun. Mereka sekeluarga kembali ke Inggris ketika Ikrar dan Gressia ingin melanjutkan pendidikannya di luar negri. Ia baru saja kembali ke Indonesia di susul tiga hari kemudian Ikrar kembali setelah semua masalahnya selesai. Hanya Emir yang selama ini menjaga rumah Kediaman Abraham. Keluarga Abraham memang jarang mendengar kabar keluarga Tania, apalagi setelah kematian Tuan Gunawan, Tuan Reqy dan istrinya tidak pernah lagi berkomunikasi dengan keluarga Tania selama beberapa tahun ini. Dan Tuan Reqy memang tipe orang yang cuek dengan orang lain.
Saat ini, Tuan Reqy masih berada di luar negri menyelesaikan bisnisnya di sana sebelum pulang ke Indonesia. Ia ditemani anak perempuannya dan Pak Osmar yang sudah bebas dari penjara tiga tahun yang lalu.
“Iya ... aku langsung datang ke sana setelah dari bandara,” jawab Ikrar
“Bagaimana, apa kamu bertemu dengan Tania. Apa dia baik – baik saja?” tanya Adelia dengan antusias kepada anaknya.
Ikrar hanya diam, tak tahu harus mengatakan apa pada ibunya, mengingat kalau ibunya juga sangat menyayangi Tania. Apalagi Tania sejak kecil tidak memiliki ibu kandung. Hanya Adelia yang dekat dengannya bahkan Ibu Maya sama sekali tak begitu dekat dengan Tania.
Adelia kembali bicara.
“Ibu sebenarnya ingin sekali berkunjung ke sana setelah kembali dua hari yang lalu, tapi ibu mau tunggu kamu kembali dulu. Ternyata kamu pergi tidak mengajak ibu.”
Sementara Axel mengerutkan keningnya melihat bibinya yang tidak tahu menahu tentang keadaan Tania selama ini.
“Bibi!” panggil Axel.
Adelia langsung menoleh. “Ada apa sayang?” tanya Adelia.
“Bibi belum tahu kalau Tania sudah meninggal?” tanya Axel serius menatap bibinya.
Adelia syok mendengar ucapan Axel. “Axel ... apa yang sedang kamu katakan. Kenapa Tania bisa meninggal?” tanya Adelia menatap serius keponakannya.
“Yang di katakan Axel benar bu. Bu Maya yang mengatakannya sendiri tadi. Tapi aku sama sekali belum ziarah ke makamnya!” sahut Ikrar membenarkan ucapan Axel.
“Dua hari yang lalu. Aku ziara ke makamnya Tania setelah tahu tentang kabarnya Bi,” sambung Axel.
Adelia diam dengan ekspresi kagetnya mendengar berita itu. Ia merasa kasihan dengan gadis malang itu. Ia tidak memiliki ibu sejak lahir, kemudian ayahnya meninggal dunia ditambah ia tiba – tiba saja meninggal. Sungguh malang nasib Tania. Pikirnya.
“Apa penyebab Tania meninggal. Apa Nyonya Maya mengatakannya padamu?” tanya Adelia menatap anaknya yang terlihat diam dengan ekspresinya yang kembali sedih.
“Bibi Maya bilang kalau Tania meninggal beberapa bulan setelah ayahnya meninggal. Dia sangat terpukul karena kehilangan paman Gunawan sampai Tania sakit – sakitan dan meninggal. Kalau saja aku tidak pergi, mungkin aku bisa menemaninya. Mungkin dia tidak akan kesepian dan sakit sampai meninggal bu,” jawab Ikrar dengan tatapan sedihnya melihat ibunya.
Adelia langsung memeluk anaknya dengan ekspresi sedihnya. “Itu bukan salahmu sayang. Itu sudah takdir. Kamu harus terima dengan lapang dada ya!” kata Adelia mencoba menenangkan anaknya. Ia tahu kalau Ikrar sangat dekat dengan Tania sejak kecil. Bahkan ia tahu kalau Ikrar sangat menyukai gadis itu.
Sementara di Kediaman Gunawan.
Belinda baru saja pulang belanja bersama dengan teman – temannya. Ia langsung di ajak ngobrol dengan ibunya ketika ia sudah masuk ke dalam kamarnya.
“Ada apa sih ma?” tanya Belinda penasaran.
Saat itu, ia dan ibunya duduk berdampingan di tepi tempat tidurnya.
“Hari ini mama sangat bahagia Bel,” jawab Ibu Maya.
“Bahagia kenapa ma?” tanya Belinda.
“Hari ini kita kedatangan tamu istimewa yang akan mengubah masa depanmu. Tidak akan bergantung lagi pada Restoran yang hanya menghasilkan puluhan juta perbulan.”
“Apa maksud mama?” tanya Belinda yang semakin penasaran. Ia bahkan mengubah posisi duduknya berhadapan dengan ibunya, menatapnya dengan serius.
“Kau akan menjadi istri seorang pengusaha kaya sayang. Pewaris Group Abraham,” jawab Ibu Maya dengan wajahnya yang terlihat senang.
Belinda mengerutkan keningnya, menatap ibunya. “Maksud mama, Ikrar. Ikrar sudah kembali ma?” tanya Belinda dengan ekspresi senangnya.
Ibu Maya mengangguk. “Iya ... .”
Belinda sangat senang mendengar kabar tentang Ikrar. Lelaki yang membuatnya jatuh cinta saat pertama kali bertemu. Lelaki itu sudah kembali dan sebentar lagi akan menjadi tunangannya.
“Dia datang ke rumah tadi?” tanya Belinda.
“Iya ... kamu akan bertunangan dengannya menggantikan anak yatim piatu itu,” Jawab Ibu Maya.
Belinda kembali menarik senyumannya saat ibunya menyebut tentang Tania.
“Tapi ma ... kalau Tania kembali dan mengatakan semuanya, bagaimana?Semenjak mama usir dari rumah, kan, mama bilang pada semua orang kalau dia sudah meninggal bahkan menyiapkan makam palsu untuk mengelabui mereka?”
“Tenang saja. Tania tidak akan berani. Mama akan pergi menemuinya dan mengancamnya kalau sampai dia berani muncul di hadapan kita semua,” jawab Ibu Maya.
Belinda langsung bernafas lega mendengar perkataan ibunya.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Sumarni
ihhhhhh dasar ibu tiri gila harta
2023-03-14
0
Fety Fatimah
tenanglah karma selalu tau jlnx pulang
2021-06-07
0
Ai Wiwi
Kasihan tania,... Masih nyimak
2021-06-06
0