Episode 2 Kepulangan Ikrar

Seorang lelaki bertubuh tinggi, badan atletis sedang berjalan keluar dari bandara sambil menarik kopernya. Ia berjalan tegak dengan langkah kaki cepatnya keluar dari sana. Beberapa gadis menatapnya dengan penuh kekaguman melihat penampilannya yang terlihat sempurna. Menurut mereka, kalau lelaki itu sangatlah sempurna.

Apalagi lelaki tampan itu memakai setelan jas yang menghiasi tubuh atletisnya, ditambah kacamata hitam yang ia pakai membuat dirinya semakin terlihat tampan dan cool. Lelaki itu tak lain adalah Ikrar Abraham, seorang pewaris dari Keluarga Abraham.

Meskipun lahir dari keluarga kaya, namun ia sama sekali tidak pernah sombong dengan semua yang ia miliki, bahkan ia sudah biasa bepergian dengan pesawat biasa yang sekarang ia tumpangi. Kalau ada hal mendesak, baru ia akan menggunakan jet pribadi milik keluarganya.

Kini ia berdiri menunggu Emir menjemputnya kembali ke Mansion Abraham. Asisten ibunya itu sekarang sudah menjadi kepala rumah tangga di kediaman Abraham. Ia yang mengurus semua Mansion Abraham selama majikannya pergi. Ia tinggal disana bersama dengan istrinya yang bernama Lumi. Lumi sendiri merupakan dokter pribadi keluarganya meneruskan ayahnya yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.

Ikrar berdiri di pintu keluar Bandara, tepatnya di pinggir jalan yang di lewati beberapa taksi bandara. Ia menyaksikan beberapa taksi lalu lalang di depannya sambil memegang koper disampingnya.

“An an ... aku kembali!” dalam hati Ikrar sambil tersenyum memperbaiki kacamata hitamnya.

Beberapa menit kemudian, ia berdiri menunggu disana, namun Emir tak kunjung datang menjemputnya.

“Kenapa paman Emir lama sekali sih? Aku harus menemui An an secepatnya!” keluhnya sambil terus menatap jam tangan yang disematkan di pergelangan tangan kirinya.

Tak lama setelah ia mengeluh tentang Emir, Emir pun datang dengan mobil mewah yang ia kendarai bersama kedua pengawalnya.

Ia turun dari mobil setelah mobilnya berhenti, tepat di depan Ikrar. Ia berjalan cepat menghampiri Ikrar yang berdiri menatapnya dengan kesal.

Emir langsung membungkukkan tubuhnya di depan Ikrar.

“Maaf Tuan Muda, saya terlambat menjemput Anda. Tadi ada masalah di perusahaan yang harus saya tangani!” jelasnya.

“Aku pikir paman melupakan kalau hari ini aku kembali. Aku sudah menunggu lama disini,” jawab Ikrar dengan kesal.

“Maafkan saya Tuan Muda. Saya tidak melupakan kalau hari ini Anda datang. Hanya tadi ada penerimaan pegawai baru di perusahaan, dan saya tidak bisa menyuruh orang sembarangan menjemput Anda!” jelas Emir.

“Masalah apa?” tanya Ikrar penasaran.

“Saya mewawancarai beberapa karyawan untuk menjadi sekertaris pribadi Anda selama di perusahaan,” jawab Emir.

“Apa ibu yang menyuruhmu melakukan semuanya?” tanya Ikrar.

“Iya tuan, nyonya bilang kalau saya harus secepatnya menyiapkan semuanya sebelum Anda masuk bekerja di Perusahaan,” jawab Emir.

“Sudahlah ... antar saja aku ke rumah An an sekarang!” perintahnya.

Emir mengangkat kepalanya, menatap bingung wajah Ikrar.

“An an siapa Tuan Muda?” tanya Emir. Ia tidak tahu kalau An an adalah nama panggilan Ikrar untuk Tania.

“Tania paman, Tania,” jawab Ikrar.

“Baik tuan muda.”

Emir pun menyuruh kedua pengawalnya untuk mengambil koper Ikrar, kemudian memasukkannya ke dalam bagasi mobil.

Ikrar masuk ke dalam mobil ketika melihat pengawalnya sibuk memasukkan kopernya. Disusul Emir yang juga ikut masuk ke dalam mobil.

Sebenarnya Emir belum tahu tentang kabar Tania selama ini. Ia hanya tahu kabar kecelakaan yang menimpa ayah Tania. Apalagi ia tidak pernah berkunjung ke rumah Tania setelah kecelakaan yang menimpa ayah Tania. Ia juga tidak pernah memberitahukan masalah kecelakaan ayah Tania pada Ikrar atas permintaan ibu Ikrar. Adelia yang merupakan ibu dari Ikrar tidak mau kalau Ikrar kembali ke Indonesia sebelum menyelesaikan pendidikannnya.

 

Dalam perjalanan menuju rumah Tania, Emir mencoba bicara pada Ikrar mengenai keluarga Tania.

“Tuan Muda!” panggilnya.

“Eem!” balas Ikrar sambil sibuk mengutak atik HP-nya.

“Sebelum kita sampai disana. Saya ingin mengatakan pada Anda kalau ayah Tania sebenarnya mengalami kecelakaan setahun setelah Anda pergi!” jelasnya melihat Ikrar di kaca tengah mobilnya.

Ikrar langsung mengangkat kepalanya melihat Emir. Ia terlihat terkejut mendengar kabar kematian ayah Tania.

“Ayah Tania sudah meninggal?” tanya Ikrar memperjelas kembali yang ia dengar dari Emir.

“Iya Tuan Muda,” jawab Emir.

“Kenapa paman baru mengatakannya sekarang?” tanya Ikrar.

“Nyonya tidak mau kalau sampai Tuan Muda terganggu mendengar masalah ayah tunangan Anda,” jawab Emir.

“Lalu bagaimana dengan Tania? Dia pasti sangat terpukul kehilangan ayahnya kan!” tanya Ikrar penasaran.

“Mengenai Nona Tania, saya tidak tahu tuan. Beberapa tahun ini saya tidak pernah mendengar kabarnya,” jawab Emir.

Ikrar semakin khawatir mendengar penjelasan Emir. Perasaannya tiba – tiba saja tidak enak mendengar berita yang dikatakan Emir. Apalagi selama ini Ikrar tidak pernah mendapat balasan email yang ia kirim untuk Tania.

Entah apa yang terjadi pada Tania. Perasaannya was – was kalau terjadi sesuatu pada Tania. Ia menggeleng – gelengkan kepalanya mengusir semua pikiran anehnya. Pikiran kalau Tania sudah melupakannya, pikiran kalau ia tidak bisa menemukan Tania di rumah besarnya.

Apa yang terjadi jika pikiran anehnya itu benar – benar terjadi. Pasti ia akan sangat terpukul dan kecewa.

Beberapa menit setelah pembicaraannya dengan Emir, mobilnya telah sampai disebuah rumah bergaya klasik dengan cat berwarna putih polos. Rumah Keluarga Tania. Tampak dari luar kalau rumah itu sama sekali tidak ada perubahan semenjak ia pergi ke luar negri beberapa tahun yang lalu.

Hanya cat berwarna putih polos yang tampak masih baru. Ikrar turun dari mobilnya, berdiri menatap rumah, tempat yang selalu ia kunjungi saat masih remaja.

Ia berdiri di samping mobil, membuka kacamata hitamnya untuk bisa menatap jelas rumah mewah yang ada di depannya. Seketika ia melihat bayangan dirinya dan Tania sedang berlari kejar – kejaran masuk ke dalam rumah. Tania tertawa keras sambil berlari masuk ke dalam rumahnya bersama Ikrar yang ikut berlari mengejarnya.

“Tuan Muda!” panggil Emir.

Bayangan kenangannya langsung hilang saat Emir memanggil dirinya. Ia menoleh melihat Emir di sampingnya.

“Ayo masuk!” ajak Ikrar.

“Baik,” balas Emir.

Ikrar masuk ke dalam rumah Tania dengan langkah tegaknya. Ia didampingi Emir yang ikut berjalan di belakangnya saat itu.

Ikrar berdiri tepat di depan pintu rumah Tania ditemani Emir. Ia menarik nafasnya, lalu mengeluarkan secara perlahan, mencoba menenangkan dirinya. Ia merasa gugup bertemu dengan Tania, kekasih masa kecilnya.

Tak lama kemudian, Ikrar mengangkat tangannya untuk membunyikan bel rumah Tania. Setelah berbunyi yang ketiga kalinya, terlihat seorang pembantu dari dalam rumah berjalan menghampiri pintu rumahnya. Ia membuka pintu dan melihat Ikrar berdiri tegak bersama Emir, tepat di depan pintu.

.

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Rindy

Rindy

komen nya lucu2 . . .
tp ada benar nya jg sih komen nya 😂
anggap aja mereka gak punya hp sama sekali 🤭

2021-06-06

0

lelah sekali

lelah sekali

bener2 los kontak

2021-05-31

0

Ida Saidah

Ida Saidah

masa sklh gk ad libur y..

2021-04-01

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 Prolog
2 Episode 2 Kepulangan Ikrar
3 Episode 3 Kedatangan Ikrar ke rumah Tania
4 Episode 4 Itu bukan salahmu
5 Episode 5 Ancaman Nyonya Maya
6 Episode 6 Penyamaran Tania
7 Episode 7 Pertunangan Ikrar dan Belinda
8 Episode 8 Menjadi asisten Ikrar
9 Episode 9 Wanita bodoh
10 Episode 10 Apa kau disini untuk bekerja atau mencari pria?
11 Episode 11 Terpaksa memujinya
12 Episode 12 Aku salah apa sih
13 Episode 13 Kekesalan Belinda
14 Episode 14 Sebenarnya ada apa denganku?
15 Episode 15 Mengunjungi makam Tania
16 Episode 16 Kau benar Tania?
17 Episode 17 Kemarahan Ikrar pada Tania
18 Episode 18 Kejutan Tuan Reqy
19 Episode 19 Pesta ulang tahun Nyonya Adelia
20 Episode 20 Kecemburuan Ikrar
21 Episode 21 Penghinaan Belinda
22 Episode 22 Aku sudah lelah
23 Episode 23 Surat pengunduran diri
24 Episode 24 Tania masih hidup
25 Episode 25 Ternyata Tania asistenku adalah An an
26 Episode 26 Pertemuan Ikrar dan Tania
27 Episode 27 Kali ini aku tidak akan membuatmu pergi
28 Episode 28 Apa kau tidak percaya padaku?
29 Episode 29 Baikan
30 Episode 30 Apa kau masih tidak percaya padaku?
31 Episode 31 Cerita masa lalu Tania
32 Episode 32 Kau cemburu ya
33 Episode 33 Datang ke Kediaman Abraham
34 Episode 34 Kedatangan Nyonya Maya
35 Episode 35 Tukar cincin
36 Episode 36 Cerita Pak Burhan
37 Episode 37 Kebenaran surat wasiat Tuan Gunawan
38 Episode 38 Mengusir Belinda
39 Episode 39 Makan malam bersama
40 Episode 40 Lamaran Ikrar
41 Episode 41 Aku bersedia menikah denganmu
42 Episode 42 Rencana konyol Ikrar
43 Episode 43 Kedatangan Galang
44 Episode 44 Mabuk
45 Episode 45 Perasaan Galang
46 Episode 46 Pagi yang canggung
47 Episode 47 Tingkah posesif Ikrar
48 Episode 48 Kecemburuan Tania
49 Episode 49 Mengunjungi Ibu Kristin
50 Episode 50 Kebohongan Ikrar terbongkar
51 Episisode 51 Tidak mau berpisah
52 Episode 52 Berpisah lagi
53 Episode 53 Hari bahagia
54 Episode 54 Foto liburan Tania dan Ikrar
55 Info Novel Baru di NovelToon
Episodes

Updated 55 Episodes

1
Episode 1 Prolog
2
Episode 2 Kepulangan Ikrar
3
Episode 3 Kedatangan Ikrar ke rumah Tania
4
Episode 4 Itu bukan salahmu
5
Episode 5 Ancaman Nyonya Maya
6
Episode 6 Penyamaran Tania
7
Episode 7 Pertunangan Ikrar dan Belinda
8
Episode 8 Menjadi asisten Ikrar
9
Episode 9 Wanita bodoh
10
Episode 10 Apa kau disini untuk bekerja atau mencari pria?
11
Episode 11 Terpaksa memujinya
12
Episode 12 Aku salah apa sih
13
Episode 13 Kekesalan Belinda
14
Episode 14 Sebenarnya ada apa denganku?
15
Episode 15 Mengunjungi makam Tania
16
Episode 16 Kau benar Tania?
17
Episode 17 Kemarahan Ikrar pada Tania
18
Episode 18 Kejutan Tuan Reqy
19
Episode 19 Pesta ulang tahun Nyonya Adelia
20
Episode 20 Kecemburuan Ikrar
21
Episode 21 Penghinaan Belinda
22
Episode 22 Aku sudah lelah
23
Episode 23 Surat pengunduran diri
24
Episode 24 Tania masih hidup
25
Episode 25 Ternyata Tania asistenku adalah An an
26
Episode 26 Pertemuan Ikrar dan Tania
27
Episode 27 Kali ini aku tidak akan membuatmu pergi
28
Episode 28 Apa kau tidak percaya padaku?
29
Episode 29 Baikan
30
Episode 30 Apa kau masih tidak percaya padaku?
31
Episode 31 Cerita masa lalu Tania
32
Episode 32 Kau cemburu ya
33
Episode 33 Datang ke Kediaman Abraham
34
Episode 34 Kedatangan Nyonya Maya
35
Episode 35 Tukar cincin
36
Episode 36 Cerita Pak Burhan
37
Episode 37 Kebenaran surat wasiat Tuan Gunawan
38
Episode 38 Mengusir Belinda
39
Episode 39 Makan malam bersama
40
Episode 40 Lamaran Ikrar
41
Episode 41 Aku bersedia menikah denganmu
42
Episode 42 Rencana konyol Ikrar
43
Episode 43 Kedatangan Galang
44
Episode 44 Mabuk
45
Episode 45 Perasaan Galang
46
Episode 46 Pagi yang canggung
47
Episode 47 Tingkah posesif Ikrar
48
Episode 48 Kecemburuan Tania
49
Episode 49 Mengunjungi Ibu Kristin
50
Episode 50 Kebohongan Ikrar terbongkar
51
Episisode 51 Tidak mau berpisah
52
Episode 52 Berpisah lagi
53
Episode 53 Hari bahagia
54
Episode 54 Foto liburan Tania dan Ikrar
55
Info Novel Baru di NovelToon

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!