“Anda cari siapa tuan?” tanya pembantu rumah Tania.
“Saya cari Tania! Apa Nona Tania ada di rumah?” tanya Ikrar.
“Maaf tuan, disini tidak ada yang namanya Nona Tania,” jawab si pembantu.
Ikrar terlihat kaget mendengar jawaban si pembantunya. Ia kembali bicara, mengenalkan dirinya pada si pembantunya itu. Pikirnya kalau pembantu itu adalah pembantu baru di rumah Tania.
"Aku Ikrar, teman Tania. Katakan saja padanya kalau aku datang. Nona Tania pasti akan tahu!" kata Ikrar.
"Sekali lagi saya minta maaf tuan, tapi Nona Tania yang Anda sebutkan benar - benar tidak ada di rumah ini," jawab Pembantunya.
Ikrar terlihat bingung mendengar ucapan si pembantunya. “Apa pemilik rumah ini sudah pindah?” tanya Ikrar penasaran.
“Maaf tuan ... saya baru lima tahun bekerja di sini jadi saya tidak tahu siapa pemilik sebelumnya?” jawab pembantunya.
Tiba - tiba seorang wanita paruh baya keluar dari dalam rumah dengan penampilan elegannya. “Siapa mbak?” tanya wanita paruh baya itu yang merupakan ibu tiri Tania.
Pembantu rumahnya menoleh ke arah Nyonya Maya. “Seseorang telah salah alamat nyonya!”
Ikrar kemudian berbisik di telinga Emir. "Paman ... ini benar rumah Tania kan?" tanya Ikrar.
"Iya Tuan Muda, yang saya tahu kalau ibu tiri Tania masih berada di sini. Apa mungkin Nona Tania kuliah di luar negri?" bisiknya.
Saat itu, Ikrar dan Emir saling berbisik sambil melihat Nyonya Maya berjalan menghampiri mereka. Nyonya Maya sangat penasaran dengan tamu yang salah alamat itu. Ia langsung kaget saat menyadari kehadiran Emir, matanya sampai melotot melihat Emir yang merupakan pengurus rumah Keluarga Abraham.
“Tuan Emir ... .” Nyonya Maya berjalan menghampiri mereka.
Emir hanya menganggukkan kepalanya satu kali menyapa panggilan Nyonya Maya.
Sementara Ikrar menoleh ke samping, kembali berbisik di telinga Emir. “Siapa dia?” tanya Ikrar.
“Apa Anda sudah lupa Tuan Muda? Dia adalah ibu tiri Nona Tania!” bisiknya di telinga Ikrar.
“Tuan Emir!” panggil Nyonya Maya kembali sesaat setelah melihat Emir dan Ikrar saling berbisik.
Ikrar dan Emir kembali fokus melihat Nyonya Maya.
“Kami datang untuk bertemu dengan Nona Tania, Nyonya!” kata Emir.
“Tania ... .” Nyonya Maya mengerutkan keningnya melihat Emir. Ia terlihat tidak suka mendengar nama Tania di sebutkan. Senyuman tadi pada Emir langsung memudar.
“Iya nyonya. Tuan Muda ingin bertemu dengan Nona Tania. Apa Nona Tania ada di dalam?” tanya Emir dengan serius.
Nyonya Maya tidak menjawab pertanyaan Emir, namun ia menatap jelas wajah Ikrar yang saat itu melihatnya dengan tatapan biasa tanpa melemparkan senyum kepadanya.
Ia kembali melihat Emir. “Maksud Anda? Lelaki yang bersama Anda ini adalah anak Tuan Reqy, tunangan Tania?” tanya Nyonya Maya.
“Iya nyonya.”
Sontak saja membuat Nyonya Maya kaget. Ternyata pewaris keluarga Abraham sudah kembali dari luar negri, orang yang di jodohkan dengan Tania.
Ia pun berjalan mundur ke samping untuk mempersilahkan mereka masuk.
“Silahkan masuk dulu, kita bicara di dalam. Silahkan Tuan Emir, Nak Ikrar!” kata Nyonya Maya sambil tersenyum lebar melihat Ikrar dan Emir. Nyonya Maya terlihat senang dengan kedatangan mereka. Sampai ia memperlakukan Ikrar dengan sangat sopan.
“Terima kasih,” balas Ikrar sambil tersenyum.
Ikrar dan Emir pun berjalan masuk ke dalam rumah Tania, sedangkan Nyonya Maya masih berdiri di tempatnya tadi sambil menutup kembali pintu rumahnya. Ia kemudian membisikkan pada pembantunya untuk segera membuatkan minuman dan makanan pada mereka berdua.
Saat itu, Ikrar sibuk melihat sekeliling rumah Tania, mencari keberadaan Tania di dalam rumahnya. Namun ia sama sekali tidak mendapati Tania di sana. Ia kemudian menoleh ke arah Nyonya Maya.
“Maaf tante! Apa Tania ada di rumah?” tanya Ikrar.
“Duduklah nak! Tante akan katakan semuanya padamu!” jawab Nyonya Maya sambil mempersilahkan Ikrar duduk di sofa.
Ikrar langsung duduk di sofa, sedangkan Emir hanya berdiri di samping Ikrar. Ikrar pun menoleh ke arah Emir.
“Paman ... kenapa paman berdiri di situ? Ayo duduk!” ajaknya sambil menggerakkan tubuhnya untuk bergeser ke samping, membiarkan Emir duduk disana.
Emir pun duduk di sana, di samping Tuan Mudanya. Setelah Emir duduk di sofa, Ikrar mulai bertanya kembali pada Nyonya Maya tentang keberadaan Tania.
Seketika Nyonya Maya berwajah sedih di depan Ikrar. Ia menunduk sejenak sambil menghela nafasnya dengan pelan, kemudian mulai menceritakan semuanya pada Ikrar dan Emir.
Ia mengatakan pada Ikrar kalau Tania sudah meninggal setelah beberapa bulan kematian ayahnya. Tentu saja Emir merasa bingung sendiri, kenapa Nyonya Maya tidak mengundangnya di hari kematian Tania, sedangkan dirinya selalu berada di rumah Kediaman Abraham.
Saat itu, Nyonya Maya mengambil alasan kalau ia sangat terpukul atas kematian Tania, apalagi sebelum Tania meninggal mengatakan kalau Tania tidak ingin semua orang bersedih dengan kematiannya.
Dan saat itu juga, Nyonya Maya mengatakan pada Ikrar kalau Ikrar harus bertunangan dengan Belinda menggantikan Tania sebagai bentuk permintaan terakhir Tania.
Tentu saja semua yang di katakan Nyonya Maya adalah sebuah kebohongan belaka, namun Ikrar mempercayai semua perkataannya, apalagi Nyonya Maya bilang kalau ia akan membawa Ikrar berziarah ke makam Tania.
Ikrar sangat terpukul mendengar berita kematian Tania. Ia terlihat sangat sedih. Bagaimana bisa wanita yang sangat ia rindukan selama bertahun - tahun pergi begitu saja meninggalkan dirinya.
Selama beberapa tahun ini, ia tidak pernah melepaskan ingatannya dari Tania, bayangan Tania selalu membuat hari – harinya bahagia. Berharap bisa secepatnya menikahi Tania, namun semua mimpinya itu sirna di bawa angin lalu. Hanya tersisa kenangan tentang Tania dalam hatinya, tanpa bisa melihat wajah Tania yang sekarang.
Sebelum berangkat ke Indonesia pun, ia membayangkan kalau Tania sudah menjadi sosok gadis cantik, sosok gadis dewasa, namun bayangannya itu tidak ada. Hanya bayangan masa kecilnya bersama Tania.
Selesai bicara panjang lebar dengan Nyonya Maya, ia dan Emir pun beranjak pergi dari rumah Tania. Saat itu, Ikrar di penuhi dengan perasaan sedih mengetahui semuanya tentang Tania. Ada rasa penyesalan dalam dirinya. Seandainya saja ia tidak pergi ke luar negri, mungkin saja ia tidak akan kehilangan Tania.
Di dalam mobil menuju rumahnya, Ikrar sama sekali tidak bicara. Ia hanya diam menatap luar jendela kaca mobilnya. Emir yang menyaksikan itu merasa khawatir. Lelaki yang selalu tersenyum, lelaki yang tak pernah berhenti bicara tiba – tiba saja diam membisu di sana.
“Apa Tuan Muda baik – baik saja?” tanya Emir melihat Ikrar di kaca tengah mobilnya.
“Eem ... aku baik – baik saja,” jawab Ikrar tanpa melihat Emir. Pandangannya hanya tertuju pada jalan raya yang di lewati mobilnya.
“Kita langsung pulang ya Tuan Muda. Nyonya sudah menunggu Anda sejak tadi!”
“Iya ... jangan katakan dulu masalah ini pada ibuku. Biar aku yang mengatakannya secara pelan – pelan!” Pintanya.
“Baik tuan,” jawab Emir.
“Bagaimana masalah perusahaan. Kapan aku bisa mulai bekerja?” tanya Ikrar melihat Emir.
“Besok Anda boleh masuk kantor tuan,” jawab Emir.
“Baiklah ... .”
Ikrar kembali fokus menatap luar jendela kaca mobilnya sambil menyandarkan tubuhnya di kursi mobilnya.
.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Alea Wahyudi
harusnya cari tau dulu dong bang jangan percaya gitu aja, sewa detektif slidiki sampe jelas....
2021-06-20
1
kakaika
orang kaya rata-rata punya kaki tangan untuk menyelidiki apa yg terjadi dan tidak mudah percaya omongan orang.. hmmmmmm
2021-06-01
0
sri sumaryati
aneh aja Thor. bukannya sblm ikrar ke luar negeri sdh tunangan sama Tania. masa iya sih selama di luar negeri ga pernah telp-an, VC, jaman now gitu loh. bingung aja bacanya ....alur ceritanya kok aneh
2021-04-17
0