Malam ini pesta ulang tahun sedang di laksanakan, Zala hanya bisa diam dan murung di tengah-tengah kerumunan orang-orang yang hadir. Pesta ini benar-benar tidak dia harapkan, andai saja bukan Tio yang mengadakannya pasti gadis itu akan sedikit lebih senang.
Azela datang menghampiri Zala, malam ini ia terlihat begitu cantik. Senyuman manis Azela tunjukkan khusus hanya untuk Zala sahabatnya.
"Happy birthday my bestie!" ujarnya menyeru dengan begitu antusias, Zala terlonjak kaget akibat pelukkan tiba-tiba yang di berikan oleh Azela.
"Astaga, gue kaget!" dengan sekuat tenaga Zala melepaskan pelukan Azela, merasa agak sesak juga karena pelukkan yang terlalu erat.
Azela tersenyum lalu duduk tepat di samping Zala, "Ini hadiah buat lo." gadis itu menyodorkan sebuah kado berukuran sedang, Zala langsung menerima.
"Makasih, tapi gue yakin ini isinya baju." Azela cengengesan saat mendengar ucapan sahabatnya, kepekaan Zala memang tidak pernah di ragukan, tentu saja tebakannya itu benar.
"Yang penting harganya mahal, itu dress harganya 5 juta Zal. Khusus buat lo." perkataan Azela membuat Zala menggeleng heran, setiap tahun dia selalu memberikan kado baju yang begitu mahal.
Padahal Zala sering berkata, dia tidak menyukai sesuatu yang mewah. Apalagi baju, tapi Azela tidak pernah sekalipun mendengarkan ucapannya.
"Gue kan sering bilang, kalau ngasih kado jangan yang mewah Zel." raut wajah Zala mendadak tidak enak, masalahnya baju ini pasti tidak akan dia pakai karena harganya yang mahal.
Terlebih Zala jarang memiliki sebuah acara penting.
"Iya gue lupa, tapikan 5 juta itu udah murah Zal." menurut Azela begitu, tidak menurut Zala yang terlampau realistis.
"Untung anak orang kaya." sarkas Zala, Azela terkekeh geli saat mendengar kalimat dari sahabatnya.
"Btw Zal, gimana ada kabar baik gak?" ketika Azela mulai bertanya seperti itu, artinya mereka mulai berbicara di mode serius.
"Gue belum tahu siapa orang yang ada di dalam mimpi, tapi gue rasa dia ada hubungannya sama Ibu." sepertinya bakat cenayang Zala selalu berhasil membuat Azela terkejut, padahal tidak ada yang memberi tahu, tapi perkiraannya selalu saja benar.
"Kalau soal itu gue gak urusan, mungkin ini ingatan yang bakalan lo inget jadi kayak eka-teki gitu." Azrla berkata seperti itu agar Zala tidak bertanya banyak hal.
"Gue rasa, gue harus mulai berani Zel. Semakin gue diam, kebenaran ini gak akan pernah terungkap sampai gue matipun. Kayamnya hilang ingatan gue di manfaatin sama Ayah, gue yakin. Ini janggal banget tau gak, pokonya gue harus cari kebenaran." keputusan Zala membuat Azela panik.
"Jangan gitu!" larang Azela dengan raut wajah panik, Zala menatap Azela dengan tatapan aneh dan curiga.
"Lo kayaknya tau sesuatu ya, gue heran deh kenapa lo selalu ngelarang." tuduh Zala.
Azela menggerutu di dalam hati, sialan. Dia tadi hanya refleks saja, lebih baik Zala tidak mengetahui segalanya di bandingkan harus celaka dengan aksi keji dari orang-orang di luaran sana.
"Suatu saat lo harus siap menerima segalanya, mungkin sulit. Tapi lo harus mempersiapkan diri, gue gak tau apa-apa. Gue hanya takut lo kenapa-napa."
°
Jam sudah menunjukkan pukul 20:00, itu artinya pesta ulang tahun Zala sudah berjalan sejam. Tapi Zala masih merasakan hal yang sama, dari raut wajahnya saja terlihat seperti tidak bahagia.
"Zala, kamu kenapa melamun apakah kamu tidak menyukai pesta yang di buat oleh Ayah?" pertanyaan dari Dania membuat Zala tersadar dari lamunannya.
Zala tersenyum manis kepada wanita paruh baya yang begitu cantik itu, Dania memang benar-benar sangat menyayanginya, tidak seperti Tio.
"Kok gak di jawab sayang?" heran Dania.
"Ibu aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja. Pesta ini seru kok Zala suka, tapi Zala masih memikirkan apa yang terjadi pada Zala di masa lalu," penuturan dari Zala membuat Dania semakin merasa bersalah, andai saja Zala tahu semua tentang fakta yang ada.
Dania duduk tepat di samping Zala, sedangkan Azela gadis itu sedang sibuk dengan ponselnya sambil menggerutu tidak jelas. Gadis berparas cantik itu memang sering marah-marah tidak jelas.
"Semuanya akan baik-baik saja nak, tentang masa lalu kamu gausah di pikirin. Gak ada yang kita sembunyikan percaya sama ibu ya." berusaha percaya, mungkin saat ini Zala masih bisa.
Zala memeluk Dania dari samping, dia sedang butuh ketenangan. Hari ini sama seperti hari-hari biasanya, begitu berat. Entah mengapa, Zala selalu merasa hidupnya sangat abu-abu dan sama sekali tidak ada warna yang lain di dalamnya.
Setelah beberapa menit memeluk Dania, gadis itu pun melepaskan pelukannya.
"Ayo berdiri nak, kamu harus menyapa para tamu," ajak Dania, Zala mengangguk patuh, sebenarnya pesta ini tidak sesederhana yang Zala pikirkan.
Pesta ini sangat mewah karena Zala anak dari seorang Kentio Hafizar, pengusaha yang sangat sukses dan cukup terkenal. Rata-rata tamu undangannya sudah cukup berumur dan tergolong om-om kaya.
Zala gadis yang pendiam, dia selalu menundukkan kepalanya. Tapi hari ini dia tidak melakukan itu semua, tentu saja karena Tio telah mengancam dirinya.
Dengan perasaan ragu Zala berdiri di depan sebuah kue bolu yang begitu besar, Zala menatap kue itu sejenak.
Setiap tahun pasti selalu saja seperti ini, Zala tidak terlalu suka dengan kemewahan. Menurutnya ini semua sudah terlalu membosankan.
"Pak Farhan, ini Ghazala anak kesayangan saya." Tio memperkenalkan Zala kepada seorang pria paruh baya.
Zala merasa sebal saat Tio memanggilnya dengan embel-embel anak kesayangan. Memang keluarga besar Tio sangat pandai bermain drama, lihat saja mereka semua, begitu terlihat baik dan ramah. Coba saja tidak ada kamera dan tamu, mereka semua akan balik menjadi monster yang begitu tamak dan kejam.
Saat Farhan akan menjabat tangan Zala, Zala tidak membalasnya. Dia tidak mau bersalaman dengan orang asing, Tio menatap Zala dengan tatapan tidak bersahabat.
"Maaf om, Zala permisi ke toilet dulu." dengan buru-buru Zala meninggalkan Dania, Tio dan Farhan. tidak memperdulikan Tio akan marah, yang penting tangannya tidak di jabat oleh orang asing itu.
Zala berjalan menuju ke arah pintu utama, dia keluar dari rumah yang begitu penuh dengan keramaian, namun bagi Zala itu semua terlihat sangat membosankan. Rasanya lega sekali saat dirinya berada di luar rumah seperti ini, Zala tidak jadi ke toilet dia malah berlari ke arah luar rumah. Kesepian dan kesunyian adalah teman sejati bagi seorang Ghazala.
Di dalam rasanya seperti pasar, sangat berisik, asing dan juga ramai. Zala duduk di teras rumah. Memakai dress di malam hari cukup membuat dirinya merasakan kedinginan.
"Permisi nona, ada dua paket untuk anda." seorang petugas keamanan datang menghampiri Zala dengan kedua tangan yang membawa dua buah paket.
"Dari siapa pak?" tanya Zala kepada petugas keamanan tersebut.
"Tidak tahu nona, tadi ada dua orang yang mengirimkan dengan jam yang berbeda. Sepertinya masing-masing dari mereka adalah orang suruhan dari seseorang." penjelasan dari petugas keamanan membuat Zala mengerti, sekaligus merasa heran.
"Oh begitu ya, ya sudah bapak boleh pergi. Terimakasih."
"Iya non."
Zala menatap kedua paket tersebut dengan tatapan aneh, yang satu berwana ungu muda dengan hiasan yang begitu indah, dan yang satu berwarna merah darah hiasannya sama-sama indah. Tapi hadiah berwarna merah terlihat agak sedikit menyeramkan.
"Buka yang mana ya." Zala merasa kebingungan, kotak ungu terlihat lebih besar di bandingkan kotak berwarna merah.
Zala adalah tipe gadis yang sangat suka hadiah, dan selalu saja merasakan rasa penasaran yang begitu berlebihan. Jadi dia memutuskan untuk membuka kedua hadiah tersebut.
Tapi Zala bingung akan membuka kotak hadiah yang mana dulu, stelah menimang-nimang akhirnya Zala memilih kotak berwana ungu terlebih dahulu. Tangannya yang lentik mulai membuka bungkusan.
Dia sangat terkejut, ternyata di setiap bungkusan terdapat satu surat.
Bungkusan kedua berwarna ungu pudar, Zala membuka surat yang menempel di atasnya.
Dear, Ghazala Ciara Humaira
Happy birthday
Dari orang yang kamu sayangi💜
Zala merasa aneh, mengapa tidak ada nama pengirimnya. Zala kembali membuka bungkusan yang ke tiga, ada suratnya juga.
Kita akan segera bertemu
Apakah kamu masih menyukai warna ungu?
Bagaimana orang yang menulis ini bisa tahu, Zala semakin bingung. Tidak ada orang yang mengetahui warna kesukaannya, kecuali Dania, dan Azela.
Apakah hadiah ini dari Dania, tapi itu sangat tidak masuk akal Dania sudah memberikan kadonya tadi sore.
Azela juga tidak mungkin, karena gadis itu sudah memberikan kadonya beberapa menit yang lalu. Zala berpikir sejenak, apakah kado ini dari orang yang selalu datang di dalam mimpinya, ah sepertinya tidak, Zala menggeleng-gelengkan kepalanya dia benar-benar sudah berfikir terlalu jauh.
Bagaimana mungkin orang yang ada di dalam mimpi berubah menjadi orang sungguhan di kehidupannya.
Zala melanjutkan kegiatan membuka bungkus kado yang sempat tertunda, sepertinya ini bungkusan yang terakhir, ada satu surat lagi. Isinya lumayan panjang.
Surat ke tiga.
I love you
I Miss you
Kamu tahu, kamu itu seperti matahari di dalam hidupku.
Kamu juga seperti ibu di dalam hari-hari ku, loh kok ibu?
Soalnya suatu saat kamu bakalan jadi ibu dari anak-anakku.
Jangan baper loh!
Zala, simpan kado dari aku baik-baik, Aku sayang kamu.
Kamu tidak perlu tahu siapa aku, yang jelas aku selalu ada di dalam hati dan pikiranmu.
See you baby.
Tanpa sadar Zala tersenyum, surat ketiga begitu lucu dan juga misterius. Siapa orang yang berani mengirimkan surat seperti ini kepada dirinya.
Zala benar-benar ingin mengetahui orang itu, tanpa pikir panjang. Zala mulai membuka bungkusan yang terakhir. Ternyata masih ada kotak berwarna ungu muda ber ukuran cukup besar.
Dia membuka kotak itu dengan perlahan-lahan, banyak sekali foto dirinya yang di ambil dengan secara diam-diam.
Ada baju berwarna ungu dengan motif kupu-kupu, flatshoes berwana ungu dari sebuah brand luar ternama, ada gantungan kupu-kupu berwarna ungu, isinya begitu lengkap. Cukup unik, Zala lumayan menyukai hadiah-hadiah ini.
Zala tidak berhenti tersenyum, hadiahnya begitu manis dan lucu. Zala sangat menyukainya, sepertinya orang yang memberikannya kado adalah orang yang sangat baik.
"Zala, kamu sedang apa?" Zala tersentak kaget, saat tiba-tiba dia mendengar suara Dania dari arah belakang.
"Astagfirullah Bu, Zala kaget," protes Zala sambil mengelus-elus pelan dadanya.
"Maaf nak, kamu di cariin Ayah. Waktunya tiup lilin." Dania merasa bersalah, Zala melirik ke arah jam tangan yang dia pasang di tangan sebelah kiri.
Sudah menunjukkan pukul 20:30, ternyata membuka satu kado saja membutuhkan waktu kurang lebih 20-25 menit. Sepertinya tidak, mungkin saja Zala terlalu terpesona dengan isi-isi dari kado ini maka dari itu sangat lama.
"Sebentar lagi Bu, Zala ingin membuka satu kado lagi."
"Nanti saja nak, Ayah kamu bisa marah kalo kamu terlambat." benar juga, Zala tidak mau Dania yang menjadi kena imbasnya.
"Tapi dua kado ini bagaimana?" mana mungkin kan Zala bisa menyimpannya ke lantai atas, bisa-bisa Ayah nya marah besar.
"Biar gue aja yang simpen!" celetuk Azela dari arah pintu, Dania tersenyum saat melihat Azela yang selalu datang di saat yang tepat.
"Gapapa emang?" bukannya apa-apa, tapi Zala merasa tidak enak.
"Najis lu kayak ke siapa aja!" Zala dan Dania serentak tertawa saat mendengarnya.
"Yaudah ayo kita masuk." ketiga perempuan itu berjalan menuju pintu utama.
Seseorang memperhatikan dari arah jauh, dengan tatapan yang begitu sulit di artikan.
"Lapor boss, hadiah sudah di sampaikan tapi hadiah yang di berikan oleh boss belum di buka," ujar seorang pemuda kepada seseorang yang ada di sebrang sana lewat ponselnya.
"Dia harus membuka kado itu, jadikan hari ulang tahunnya menjadi hari terburuk di dalam hidupnya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments