Entah mengapa kuliah hari ini terasa begitu melelahkan, badan Zala terasa remuk. Memori-memori masa lalunya sangat menganggu pikiran, mungkin jika dia dulu bisa melihat akan terasa lebih mudah mengingat semuanya.
Gadis itu menghela nafas sejenak saat sudah berada di depan rumah orang tuanya yang begitu megah dan mewah, sebelum masuk Zala berusaha menetralkan ekspresi wajahnya.
"Assalamualaikum." salamnya ketika baru saja memasuki rumah, rumah yang begitu mewah dengan bentuk bangunan yang sangat modern.
Seorang wanita paruh baya, berjalan dengan raut wajah ceria nya. "Waalaikumsallam, anak ibu sudah pulang." Zala tersenyum, lalu menyalami tangan kanan Dania. Hanya dengan Dania dia bisa tersenyum, saat dia tersenyum rasanya dada Zala selalu terasa sangat sesak dan sakit.
"Kok rame Bu, rumah juga di dekor kayak gini. Ada apa?" tanya Zala dengan tatapan heran dan penuh tanda tanya. Tidak seperti biasanya rumah ini sangat ramai, dan juga di hiasi berbagai macam warna kesukaannya.
Dania tersenyum. " Hari ini kan hari ulang tahun kamu yang ke 20 tahun nak, ini semua bukan rencana ibu." mendengar hal itu, membuat Zala menatap Dania dengan tatapan heran.
"Lalu?"
"Ini semua rencana—"
"Saya." potong seseorang dengan suara yang begitu tegas.
Zala dan Dania serentak menoleh ke arah belakang, di sana berdiri seorang pria paruh baya dengan pakaian formal. Wajahnya menampilkan senyuman licik, Zala langsung merubah raut wajah saat melihat kehadiran sang Ayah.
Jika cinta pertama kalian adalah seorang Ayah, maka bagi Zala sebaliknya. Zala tidak pernah merasakan cinta kepada Ayahnya sendiri, mereka berdua memang selalu bersikap layaknya orang asing.
Luka-luka di tubuh Zala sudah menjadi saksi atas semua perlakuan yang telah di lakukan oleh Ayahnya, begitulah tuan Kentio Hafizar. Walaupun ayah kandung, kasih sayangnya sama sekali tidak pernah Zala rasakan sedikit pun.
Tiada hari tanpa penderitaan, setiap Zala melakukan kesalahan tangannya selalu melayang untuk memukul dan menghakimi.
Ah sudah, itu semua terdengar begitu menyedihkan bukan. Zala menatap Tio dengan tatapan permusuhan, tidak ada senyuman dan raut wajah bersahabat. Kebencian yang tertanam dalam hatinya sudah sangat melekat.
Perlakuan Tio selama ini tidak pernah bisa dia lupakan, mungkin saat dirinya buta dulu, Tio selalu melakukan hal yang sama.
"Saya gak minta ini semua, mengapa anda melakukan ini?!" sentak Zala, rasa kesal dan amarahnya seketika muncul.
"Tentu saja untuk kelancaran bisnis saya!" bentak Tio balik, lalu setelah nya dia tersenyum sinis. Kecantikan yang di miliki Zala selalu di manfaatkan oleh Tio, setiap tahun selalu saja ada om-om yang berusaha mendekati Zala bahkan melamarnya.
Tentu saja Zala tidak terima, dia selalu menghindar saat Tio berusaha mendekatkan seorang pria kepada dirinya. Itu semua benar-benar sangat menjijikan bukan.
"Sudah waktunya kamu menikah, rumah ini sudah sangat sesak di isi olehmu dan ibumu." sialan, jika dia bukan ayah ya mungkin Zala akan dengan sangat kurang ajar melawan.
"Ini hidup saya, sejak kapan anda mencampuri kehidupan saya? Saya sangat muak dengan tingkah laku anda. Ayah mana yang bisa membenci anaknya, hanya seorang ayah yang tidak waras yang mempunyai rasa tidak suka kepada darah dagingnya sendiri, untuk anda tuan Ketio Hafizar yang terhormat, anda adalah ayah yang tidak pernah berguna bagi seorang anak."
°
Maupun Zala atau Hasbi, keduanya benar-benar merasakan hal yang sama. Kesedihan dan keterpurukan, jika Zala tidak mengingat apapun, maka Hasbi sebaliknya. Akibat rencananya kecelakaan itu terjadi, padahal rencana itu sudah mereka susun dengan begitu baik, agar Zala bisa di selamatkan.
Nyatanya semuanya gagal tidak sesuai ekspektasi, Tio terlalu licik untuk di kalahkan. Tapi perjuangan Hasbi kali ini tidak Tio ketahui sama sekali, tidak ada yang bisa mengalahkan Hasbi.
Kali ini Hasbi benar-benar sangat berkuasa, harta dan tahta nya mengalahkan kedudukan Tio di bawah sana. Jika saja ada yang berani berurusan dengan Hasbi, maka bisnisnya akan hancur dalam waktu sekejap saja.
"Antarkan kado ini, jangan sampai rusak. Awasi dia agar tidak ada teror yang sampai ke dalam rumah nya." Reon mengangguk patuh, asisten pribadinya itu sangat berguna. Reon tidak sendirian melakukan tugas ini.
Tentu saja ada beberapa bodyguard yang senantiasa membantu, musuh dalam selimut belum di temukan hingga saat ini. Jadi Hasbi masih sangat berhati-hati agar semuanya terkendali.
Ingatan Zala belum sepenuhnya kembali, jadi bisa saja Zala mempercayai ucapan orang-orang yang menjelma menjadi orang baik, tidak semua orang yang berada di sekitar Zala adalah orang baik.
Selama Hasbi pergi, Hasbi selalu memantau Zala lewat anak-anak buahnya. Mau bagaimanapun Zala adalah tanggung jawab terbesarnya.
4 tahun tidak pernah bertatap muka begitu sangat menyiksa, tapi tidak masalah selagi Zala merasakan nyaman dan aman. Hasbi yakin suatu saat nanti dia dan Zala akan bersama di masa yang akan datang.
Walaupun sering ada perasaan ragu dan putus asa yang menyerang, Hasbi sangat yakin akan hal itu.
Hasbi tersenyum kecil, dia sedang melihat-lihat foto Zala yang di ambil secara candid oleh anak buahnya. Semakin hari Zala semakin berubah, kecantikannya semakin terpancar.
Dia sedikit lega saat mengetahui sifat Zala yang sangat dingin dan tidak mudah untuk di ajak berkenalan. Setidaknya tidak ada lelaki yang harus bersaing dengan Hasbi, bukan.
"Bro, lo selalu nyusahin gue mulu. Pasien emak-emak pada rindu tuh!" seorang pemuda datang dengan raut wajah letih, Hasbi menatapnya lalu terkekeh pelan.
"Gue lagi males, suka-suka gue lah nyusahin lo. Gue kan tukeran shiff."
Padahal Jefri juga dari kalangan berada, menurut Jefri rumah sakit milik Hasbi rumah sakit ternyaman, dan juga mereka berdua sudah seperti pranko tidak mau di pisahkan. Sejak kecil mereka berdua ah harusnya sih bertiga dengan Geo tapi sahabat mereka yang satu itu entah dimana keberadaannya.
"Gue lagi pusing sama Della, lo malah nambah musingin," keluh Jefri, dia terlihat seperti sedang stress memikirkan sesuatu.
Della adalah cinta pertama seorang Jefri, mungkin sudah beribu-ribu kali dia di tolak dalam dua tahun berturut-turut.
Hasbi tertawa dengan begitu lepas, dia sangat senang meledek Jefri. Begitulah Hasbi saat sedang berada di dekat orang-orang terdekatnya. Sangat lepas dan mudah tertawa, tidak dingin seperti biasanya.
"Lo aneh, cewek di luaran sana banyak bro. Malah milih anak SMA mana lulus aja belum." ledek Hasbi, Jefri dan Della di ibaratkan langit dan bumi. Umur mereka sangat jauh, tidak jauh-jauh amat sih Della 19 tahun sedangkan Jefri 26 tahun.
"Dia gadis yang beda, kalo anak remaja pada umumnya udah pernah pacaran sama di unboxing pacarnya. Della gak pernah, dia benar-benar beda. Walaupun lemot nya naudzubillah, sekarang gue tanya deh sama lo. Kenapa lo masih cinta sama Zala, padahal Zala aja gak inget sama lo?"
"Tentu saja Karena Zala sangat berbeda dengan dia." sahut Hasbi dengan senyuman manis di bibir nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments