"Kita sepakati saja Tante, mau bagaimanapun aku gak rela liat Zala di bully terus menerus." keputusan sepihak itu membuat mereka serentak menatap ke arah Hasbi dengan tatapan tidak terimanya, bagaimana mungkin Hasbi yang begitu menantang hal ini tiba-tiba menerimanya begitu saja.
"Tidak, Tante gak mau kehidupan Zala kelak di penuhi oleh kejahatan Adlin. Tante gak mau!" sanggah Dania tidak terima.
"Saat ini kita semua sedang berusaha mencari pendonor mata untuk Zala, kita semua tidak boleh menerima mata dia begitu saja." Danu si penengah masalah ini mulai berbicara.
"Percuma! Semuanya akan terasa sia-sia saja."
"Bagaimana mungkin kamu berkata seperti itu, nak?" Dera benar-benar tidak habis pikir dengan ucapan anak sulungnya.
"Paman Tio sangat kejam, bagaimana mungkin ada orang yang bisa menjual matanya untuk Zala. Perjuangan kita terasa sia-sia, hanya ada satu pilihan yaitu menerima mata dia."
"Apakah kalian tega melihat Zala yang terus-menerus berharap kepada kita, 16 tahun tidak bisa melihat itu sudah sangat lama. Zala harus bisa hidup normal seperti orang-orang pada umumnya."
"Kita semua menolak keras karena sebuah alasan, dan alasan ini sangat sulit terutama untuk kamu Hasbi," penuturan dari Dania, membuat Danu dan Dera saling bertatap muka. Hasbi seketika menatap Dania, lalu dia mulai bertanya.
"Memang nya ada apa?" bingung Hasbi.
"Mata dia akan di berikan, apabila kamu pergi dari hadapan Zala untuk selama-lamanya."
°
5 Tahun kemudian.
Sudah hampir lima tahun, dia terus saja mengingat kejadian di masa lalu. Kenangan bersama gadis tercintanya tidak pernah pudar sedikitpun, andai saja takdir tidak mempermainkan mereka seperti ini.
Mungkin saja saat ini dia akan tetap berada di samping Ghazala, gadis tercintanya.
Mengingat hari ini adalah hari ulang tahun Ghazala, Hasbi menatap sebuah kotak kado berukuran besar dengan tatapan penuh harapan. Semoga saja dengan kado ini rasa rindunya akan tersampaikan.
"Permisi dokter Danish, ada seorang pasien yang harus anda tangani." seorang suster datang dengan begitu lancangnya, bahkan dia tidak mengetuk pintu ruangannya terlebih dahulu.
"Kamu saya pecat." dengan tatapan tajam yang begitu menusuk, Hasbi mengatakan hal itu.
"T—api s—s-aya salah apa?" tanya sang suster dengan raut wajah takut sekaligus kebingungan.
"Bagaimana mungkin saya memperkerjakan orang yang tidak mempunyai attitude sepertimu, walaupun kamu suster yang hebat tetap saja attitude lebih di butuhkan dan di utamakan. Kamu saya pecat, gajih kamu akan di urus oleh asisten saya." ya begitulah dia, sangat tegas dan menjunjung tinggi attitude.
Bagi seorang Hasbi Danisha Osama, ilmu tidak lebih penting daripada kesopanan seseorang. Orang yang sopan dan mempunyai attitude sudah pasti orang yang pintar, tapi orang yang pintar tidak mempunyai attitude sama saja seperti orang bodoh yang tidak pernah di sekolah kan.
Suster itu digiring keluar oleh asisten pribadi Hasbi, selain Dokter dia juga pemilik rumah sakit ini. Rs. Osama, rumah sakit yang begitu besar dan elite.
Walaupun rumah sakit ini elite dan terkenal sangat mahal, Hasbi tidak pernah membeda-bedakan pasien. Bisa di bilang dia pemimpin yang adil, dia tidak mau melihat pasiennya di perlakukan tidak adil. Harta bukan lah segalanya, semua manusia sama saja, sama-sama saling membutuhkan dan mengandalkan satu sama lain.
Tugas dokter adalah menyelamatkan nyawa pasien, Hasbi selalu menangani mereka dengan begitu teliti dan hati-hati. Dia dokter yang begitu hebat, baik dan juga tegas.
Setelah sampai ruang UGD Hasbi pun melakukan tugasnya dengan baik, beberapa suster membantu dirinya.
Hasbi belajar banyak dari sebuah kesalahan, dia juga bisa menemukan jati dirinya yang lebih baik.
Mungkin dia dulu seorang pengecut yang takut dengan kehancuran seseorang, tapi sekarang dia berani melawan. Soal hancur atau menang itu adalah konsekuensi dari sebuah masalah yang sedang dia alami.
Jika dulu dia meninggalkan Zala demi kebahagiaan nya, maka mulai saat ini dia sedang memperjuangkan gadis itu kembali dengan berbagai cara yang ada.
°
"Ingatan lo udah pulih?" tanya seorang gadis kepada gadis yang ada tepat di hadapannya, gerakan kepala ke kanan dan ke kiri membuat gadis itu mengerti.
"Tapi lo masih suka pusing gak?" anggukan kepala yang begitu singkat menjawab pertanyaannya.
Sahabatnya begitu dingin dan sulit untuk di ajak berbicara, jika pada umumnya yang seperti itu adalah seorang lelaki maka kali ini seorang wanita.
Pandangannya selalu menuju ke bawah, rambut panjangnya selalu menutupi sebagian dari wajahnya.
"Hari ini adalah hari di mana lo mendapatkan donor mata dari seseorang, dulu sebelum lo operasi ada seseorang yang menabrak lo. Sampai sekarang orang itu belum di temukan, setelah operasi lo di nyatakan hilang ingatan." setiap tahun, penjelasan itu selalu keluar dari bibir Hasyifa Azelana, sahabat dekat Ghazala Ciara Humaira.
4 tahun yang lalu saat Zala sedang berjalan santai di dekat taman komplek, tiba-tiba sebuah mobil menabrak dirinya hingga dia terpental. Dia sempat koma beberapa hari, untung saja operasi donor matanya berjalan dengan begitu lancar.
Semenjak kejadian itu Zala tidak mengingat siapapun bahkan ibu nya sendiri. Tapi seiring berjalannya waktu, dia mulai mengingatnya kembali sedikit demi sedikit.
Semenjak gadis itu kehilangan memorinya, dia selalu mendengar suara-suara pemuda yang begitu melekat di dalam pikirannya.
Bahkan berkali-kali dia bermimpi akan hal itu, anehnya setiap mimpi wajahnya selalu buram dan tidak jelas, hingga saat ini dia belum mengetahui siapa sebenarnya pemuda itu.
"Cowok itu siapa ya?" pertanyaan dari Zala, membuat Azela kembali menatap kearahnya.
"Cowok yang mana?" tanya Azela balik dengan raut wajah heran, Zala mendengus sebal.
Azela benar-benar sangat pelupa padahal setiap dia bermimpi tentang pemuda itu, dia selalu menceritakannya kepada Azela.
"Yang selalu datang di mimpi," sahut Zala.
Azela menyengir kuda. "Mana gue tau lah dodol! Lo aja yang mimpi gak tahu persis wajahnya, apalagi gue." ada benar nya juga, Zala berusaha mengingat-ngingat apa saja yang dia lihat dalam mimpi itu.
"Oh iya, dia selalu menggunakan gelang hitam dengan gantungan kupu-kupu berwarna ungu. Itu sih seingat gue, beneran lo gak tahu?" sekali lagi Zala bertanya.
Azela menggeleng, sebenarnya dia pura-pura tidak tahu. Azela mengetahui semua hal yang bersangkutan dengan Zala di masa lalu, tapi Dania melarangnya untuk menceritakan itu semua.
Bagaimana pun kondisi Zala yang seperti ini juga begitu menguntungkan, setidaknya Zala tidak mengingat cinta dan luka pertamanya, yaitu Hasbi.
"Lo kan orang yang ada di masa lalu gue juga, masa gak tahu?"
"Gue beneran gak tahu," sahut Azela dengan sedikit gugup, hal itu membuat Zala seketika menatap Azela dengan tatapan penuh selidik.
"Lo bohongkan?" Azela menggeleng, Zala memang sangat peka dengan gerak-gerik tubuhnya.
"Gue gak bohong, mana gue tahu dia siapa. Lagian seinget gue lo cuman deket sama bang Levon doang kakak lo sendiri." terpaksa Azela membawa-bawa nama Levon di dalam perbincangan mereka.
"Bang Levon? Emang bener ya gue punya kakak?" inilah hal yang masih belum Zala percayai, bagaimana mungkin dia percaya bahwa dirinya mempunyai seorang kakak, jika orang nya saja tidak pernah muncul di hadapannya.
"Iyaa lah bego, dia ada di Amerika."
"Tapi kita gak mirip, kalo emang adik kakak kenapa wajah kita sangat berbeda." ah sialan Zala, Azela kan bego di kasih pertanyaan yang susah di jawab terus.
"Mana gue tau lah pea!" ketus Azela yang sudah mulai kebakar rasa gugupnya.
"Oke deh, gue bakalan cari tahu tentang pemuda itu. Gue yakin dia juga orang yang pernah hadir di masa lalu gue."
"Jangan!" cegah Azela, bisa berabe kan kalau Zala menyelidiki ini semua.
"Kenapa?" balas Zala dengan raut wajah heran.
"Jangan Zal, kita semua udah berusaha ngelindungi lo. Jangan buat kehidupan lo kembali gak tenang karena rasa penasaran, semua akan muncul dengan sendirinya gak perlu di cari." selalu saja kata-kata itu yang Azela utarakan, Zala menatap Azela lalu dia berkata.
"Bagaimana bisa muncul, kalo gue gak berusaha? Lo pikir aja, gue tuh cape di bayangin oleh memori-memori di dalam ingatan gue, lo pikir pusing setiap hari itu enak? Gue pengen mecahin ini semua. Terserah lo mau bantuin gue apa engga, gue yakin ini semua ada yang gak beres dan ada rahasia yang lo dan ibu simpan di belakang gue selama ini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments