Bab 17

Bhumi yang ingin ke belakang terkejut saat melihat Dhara yang terpaku di tempatnya, Bhumi melihat ke arah pandang Dhara. Bhumi sebisa mungkin menahan tawanya. Sampai akhirnya Bhumi memilih sedikit berdeham.

"Ehem.."

Dhara sedikit terperanjat begitupun Bian, pria itu tidak sadar sedari tadi di perhatikan Dhara.

"Lho Dhara, kamu udah lama?" tanya Bian.

"Belum kok Mas, aku tunggu di luar ya," tanpa menunggu jawaban Bian, Dhara langsung ngacir duluan.

Bhumi yang sedari tadi menahan tawanya, akhirnya tak dapat lagi menahannya setelah melihat Dhara yang sudah keluar.

"Njirr anak orang beneran sawan lihat lu Sat, dosa lu Sat kalau si Dhara pikirannya langsung traveling," Bhumi masih saja terkekeh.

"Lah emangnya gue ngapain anak orang?" tanya Bian bingung.

"Ya lu ngapain lepas-lepas baju segala sih, malah udah gitu gerakan ngelap keringet aja pake gaya slow motion, untung si Dhara nggak kehabisan oksigen."

Bian menatap sahabatnya itu jengah, Bhumi terlalu melebih-lebihkan.

"Lebay lu cik cik bum bum."

Bian kembali mengenakan kaosnya, dia gantian ingin menemui Dhara. Bhumi mencekal tangan Bian, Bian langsung mengangkat sebelah alisnya.

"Kenapa?"

"Fix lah bikin bunting aja."

"Lambemu Bhum."

"Ya lu lihat aja modelan bapaknya si Dhara udah bakal susah dapetin restu Sat, satu-satunya cara ya itu."

"Kira-kira pakai gaya apa biar cepet jadi Bhum?"

Bhumi terdiam seketika, Bian yang melihat itu langsung tertawa.

"Jan Satya jiangkrik! Gayane emoh-emoh malah takok gaya," (Satya jangkrik, gayanya nggak mau tapi tanya gaya)

Bian menarik napas dalam, dapat ia lihat wajah Dhara yang sedikit suram itu.

"Nggak kuliah?" tanya Bian seraya duduk berhadapan dengan Dhara.

"Mas Bian__," panggil Dhara dengan bibir mencebik.

"Kenapa sayang?" tanya Bian dengan lembut, pertahanan Dhara pun ambyar seketika. Gadis itu menangis seketika.

"Hei, kenapa malah nangis?" Bian langsung beralih duduk di samping Dhara, di rengkuhnya tubuh Dhara ke dalam pelukannya.

"Mas Bian, kita kawin lari yuk!"

"Nggak ah capek, enakan tidur," sahut Bian. Coba saja Bhumi dengar dah pasti misuh-misuh tuh orang.

"Mas Biaaaan..." Dhara memukul dada bidang Bian.

Bian hanya tersenyum, "Nggak usah mikir macem-macem, kalau kita masih bisa jalaninya ayo tetap berpegang tangan, kalau sekiranya jalannya terjal nggak apa-apa nanti kalau kamu capek biar aku gendong."

Dhara seketika langsung tertawa, Bian mengurai pelukannya.

"Nah kalau ketawa gini kan cantiknya makin nambah," Bian mengusap air mata yang masih tersisa di pipi Dhara.

"Aku lihat Papa tadi ke sini, pasti Papa ngomong yang aneh-aneh ya sama Mas Bian?"

"Nggak apa-apa kok Dhara, orangtua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya."

"Tapi Mas Bian tolong jangan nyerah ya, aku mohon."

"Cinta banget ya sama aku?" tanya Bian dengan senyum menggoda.

"Bangeeet, bangettt..."

"Aku akan tetap berusaha, kamu tenang aja. Sekarang kamu berangkat kuliah ya? Mau aku anter?"

"Terus mobil aku gimana?"

"Biar di bawa Bhumi, nanti dia pulangnya sama aku."

"Emang Mas Bian nggak apa-apa kalau kerjaannya di tinggal begitu?"

"Ada yang lain kok, aku antar ya?" Bian sedikit memaksa Dhara, Dhara pun akhirnya mengangguk.

"Bentar aku ambil jaket dulu ya," Bian langsung berdiri dan berjalan ke belakang.

Bian melihat Bhumi yang menyeduh kopi.

"Bhum, anterin mobil Dhara dulu ke kampusnya ya," pinta Bian.

"Ha? Gimana?"

"Gue mau anterin Dhara pakai motor, tolong lu anterin mobil Dhara ya."

Bhumi berdecak, "Ck...kalian yang pacaran gue yang repot. Emang nggak ada akhlak temen gue ini."

"Kunci mobilnya gue taruh di tempat Mbak Ria," ucap Bian sebelum berlalu.

"Lah kampret gue belum bilang iya woii!"

Bian pun langsung mengulurkan tangannya pada Dhara.

"Ayo," Dhara pun menyambut uluran tangan Bian.

***

Sementara di kampus Aletta di kejutkan dengan datangnya seseorang yang sangat ia hindari. Aletta buru-buru putar balik saat melihat orang itu.

"Ta, tunggu!"

Tangan Aletta dengan cepat langsung di cekal orang itu.

"Lepasin Kak!" pinta Aletta.

"Tolong Aletta beri aku waktu untuk bicara," ucap pria itu dengan tatapan memohon.

Aletta memejamkan mata sepersekian detik, "Baiklah, ayo tapi tidak di sini."

Pria itu pun langsung tersenyum saat mendengar Aletta mau berbicara dengannya. Aletta mengajaknya ke taman kampus yang nampak lengang.

"Kak Pandhu mau bicara apa lagi?" tanya Aletta dengan raut wajah tak ada ramah-ramahnya.

Ya yang saat ini bersama Aletta adalah Pandhu Kakak dari Dhara, siapa sangka kalau mereka berdua menjalin hubungan yang begitu rumit bagi ke duanya.

"Tolong buka blokirnya Ta, masa semuanya kamu blokir, aku sama sekali nggak ada akses untuk berkabar sama kamu."

"Buat apa aku buka? Biar aku bisa lihat kemesraan kamu sama wanita pilihan Papa kamu itu kah? Jalan-jalan, nemenin shopping, dinner romantis. Kamu mau pamer sama aku?" Aletta mencurahkan emosinya yang selama ini ia tahan.

"Ta nggak gitu_,"

"Udah ya Kak, kita udah finish selesai. Jadi mari kita bahagia dengan diri kita masing-masing. Aku dengan diriku yang masih berusaha menyembuhkan luka, dan kamu bahagia lah dengan wanita pilihan orang tuamu."

Setelah mengatakan itu Aletta ingin meninggalkan Pandhu, tapi Pandhu langsung bergerak cepat memeluk Aletta dari belakang.

"Kak Pandhu kamu gila!!" Aletta mencoba meronta ingin melepaskan diri.

"Sebentar Aletta, sebentar saja. Setelah ini aku nggak akan ganggu kamu."

Dengan perlahan Aletta terdiam, Aletta sebisa mungkin menahan tangisnya.

"Maaf Aletta, aku terlalu pengecut. Harusnya aku bisa mempertahankan mu, tapi aku pengecut Aletta. Ta aku mau seperti ini terus sama kamu, apa kita salah seandainya menjalin hubungan di belakang mereka. Berat Ta, lepasin kamu ternyata sesakit itu."

Pandhu menangis dalam diamnya dan Aletta benci itu, Aletta lemah setiap melihat Pandhu menangis.

***

Motor Bian berhenti di depan fakultas Dhara, pria itu dengan telaten melepas helm dan merapikan rambut Dhara yang sedikit berantakan.

"Semangat ya, biar cepat lulus!" ucap Bian mengusap puncak kepala Dhara.

"Biar cepat kawin ya?"

Tuk! Bian menyentil kening Dhara, "Nikah Dhara nikah! Ketularan Bhumi ya kamu?"

Dhara mencebik sambil mengusap keningnya, "Sakit ih Mas Bian," kelu Dhara.

"Oh ya mana, mana?" Bian meniup pelan kening Dhara, Dhara sendiri mengulum senyumnya.

Dari arah belakang, Bhumi mendorong kepala Bian. Akhirnya mau tidak mau bibir Bian pun mencium kening Dhara, kedua orang itu saling mematung. Bhumi sendiri langsung tertawa melihat ekspresi lucu dari dua orang di depannya itu.

"Astaga, kayaknya kalian sama ya. Sama-sama polosnya, " celetuk Bhumi.

Bian ingin sekali rasanya memiting Bhumi saat ini, sedangkan Dhara malah tanpa sengaja melihat Raya berjalan ke arahnya. Melihat itu tanpa di duga Dhara langsung meraih leher Bian, gadis itu berjinjit dan seketika langsung mencium bibir Bian.

Bian mengerjapkan matanya berulang kali, sedangkan Dhara mengepalkan tangannya. Bhumi yang melihat pemandangan di depannya itu langsung melongo. Raya sendiri langsung menghentikan langkahnya, seolah tak percaya dengan apa yang di lihatnya saat ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!