Mereka pun sampai di tempat tujuan, tempat pertama yang Bian tuju adalah pedagang ayam potong.
"Eh si Ganteng, eh bawa siapa itu cantik banget, pacar barunya ya?" tanya si Ibu penjual.
"Teman saya ini Bu, Bu beli seekor ya, berapa harganya sekarang?" tanya Bian yang nampak akrab dengan ibu-ibu itu.
"40 lah ini seperti biasa" jawab Si Ibu.
"Eeuuyy jangan gitulah Bu, biasanya juga 35 lho" tawar Bian, Dhara yang melihat itu melongo.
"Hmmm berhubung kamu pelanggan Ibu, ya sudah deh nggak apa-apa 35" ucap ibu itu mengalah, mendengar itu Bian langsung tersenyum lebar.
Bian melirik Dhara yang terlihat biasa dan nampak tak jijik sama sekali. Setelah apa yang dicarinya sudah semua, Bian ingin mengajak Dhara untuk sarapan.
"Kamu mau nggak nasi uduk?" tanya Bian menatap Dhara.
"Nasi uduk? Apa itu?" tanya Dhara bingung.
Seketika Bian menunjukkan wajah cengonya, bagaimana bisa seseorang tidak tahu apa itu nasi uduk.
"Sekaya apa ini cewek kenapa sekelas nasi uduk aja nggak tahu?" Batin Bian bertanya-tanya.
"Nasi yang di masak pakai santan, nanti lauknya macem-macem sih, mau?" tanya Bian.
"Ehm boleh deh, ayok!" jawab Dhara semangat, Bian yang melihat tersenyum.
Mereka pun berjalan lagi, sesekali Dhara tampak mengusap keringatnya yang mengalir, Bian merasa kasihan melihat wanita yang sepertinya jarang sekali terkena panas matahari itu.
"Maaf ya" ucap Bian merasa tidak enak pada Dhara.
Dhara pun langsung menoleh menatap Bian bingung, "Maaf kenapa Mas Bian?" tanya Dhara.
"Udah ngajakin kamu panas-panasan gini, padahal kan biasanya kamu kalau belanja pasti ke mall gitu kan?"
Dhara tersenyum, " Padahal ke mall pun nggak pernah ikut ke supermarketnya" batin Dhara.
"Nggak apa-apa Mas Bian, buat tambah pengalaman. Lagian asyik kok, orang-orangnya pada ramah baik pula, mana beli sering ditambahin apa nggak rugi ya mereka atau gara-gara Mas Bian ganteng?"
Bian pun mengulum senyumnya, "Memangnya aku ganteng ya?"
"Hah? Eh__" Dhara baru saja sadar kalau dirinya keceplosan.
"Ya kan Mas Bian cowok jadi ganteng lah, nggak mungkin kan kalau cantik" elak Dhara.
Bian pun terkekeh, "Ya udah yuk kita kesana, sepertinya agak senggang tempatnya" ajak Bian, tanpa sadar pria itu langsung menggandeng pergelangan tangan Dhara. Dhara sendiri langsung mengerjapkan matanya seolah tak percaya, jangan di tanya bagaimana kondisi jantung Dhara saat ini, rasanya ingin lompat dari tempatnya.
"Pagiii Bu!" Sapa Bian ramah pada Ibu penjual nasi itu.
"Eh si ganteng, wahh pacar baru ya? Kok Ibu baru lihat?" sahut ibu itu.
Bian baru sadar kalau tangannya menggenggam pergelangan tangan Dhara.
"Eh..eh maaf ya" ucap Bian merasa tak enak.
Dhara pun tersenyum, "Nggak apa-apa kok Mas Bian, aku orangnya santuy kok" balas Dhara.
"Lah malah ngobrol berdua si ganteng ini, kalian mau makan di sini apa di bawa pulang?" tanya Ibu itu.
"Eh iya Bu, maaf. Kami makan disini aja Bu, mumpung hari minggu ada pertunjukan musiknya juga kan" sahut Bian.
"Iya, paling bentar lagi di mulai itu. Ini kalian lauknya mau apa?" tanya si Ibu penjual.
"Komplitin aja Bu, Dhara...kamu mau lauk apa?" tanya Bian.
"Samain aja Mas" jawab Dhara.
Akhirnya pesanan mereka datang, Bian langsung makan dengan lahap nya, begitupun Dhara.
"Ah ini namanya nasi uduk ya, aku sering di bikinin Bibi tapi nggak tahu namanya apa" sahut Dhara.
"Enak kan rasanya?" tanya Bian.
"Enak banget, rasanya pas. Lauknya juga mantul" jawab Dhara nampak sangat senang.
Bian menatap Dhara dalam, "Coba aja kalau Raya kayak Dhara gini, pasti restu itu bakal cepat di dapat."
"Kira-kira kalau mau nyanyi boleh nggak ya?" Celetuk Dhara sambil menatap para pemusik di depannya itu.
"Nyanyi aja, boleh kok disini bebas" balas Bian santai.
Dasarnya Dhara ini tipe cewek yang rasa malunya sangat tipis jadi hanya menyanyi di depan umum saja baginya itu hal mudah.
"Kamu benar mau nyanyi di depan situ?" tanya Bian memastikan, ia pikir Dhara hanya bercanda.
"Bener lah Mas, bentar ya__" Dhara langsung berdiri, wanita itu nampak berbincang dengan para pemain musik. Akhirnya wanita itu di pinjami gitar oleh salah satu pemain musik di sana.
"Ehm, buat kakak-kakak jika suara saya nanti mengganggu pendengaran kalian sekalian, saya minta maaf ya" ucap Dhara tersenyum malu-malu.
Dhara duduk di kursi lalu dengan perlahan memetik senar gitar tersebut.
Bian terus menatap ke arah Dhara, begitupun sebaliknya.
Kau hanya tersenyum, aku terpikat
Kau hanya berkedip, aku terpesona
Saat kau bicara aku tak kuasa
Mendengar suaramu
Tanpa Bian sadari pria itu terus tersenyum menatap ke arah Dhara. Bahkan makanan yang di pesannya pun baru ia makan beberapa suap. Suara Dhara mengalihkan perhatiannya.
Mahakarya Tuhan, menciptakanmu
Begitu indahnya, makhluk sepertimu
Saat kau bicara, aku tak kuasa
Mendengar suaramu
Semua yang kau lakukan is magic
Semua yang kau berikan is magic
Semua yang kau lakukan is magic
Semua yang kau berikan is magic
Bagiku kau yang terindah
Dhara sendiri tak mengalihkan perhatiannya dari Bian, sampai dia menyelesaikan lagu yang di nyanyikannya itu. Dalam hati Dhara lagu dari Lyla berjudul Magic itu menggambarkan isi hatinya saat ini, saat dimana dia merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama dengan seorang Satya Biantara, sosok pria yang tak pernah Dhara bayangkan selama ini.
"Waahh, suara Kak ? Siapa ini?" tanya pria yang menjadi vokalis grup musik tersebut.
"Dhara," jawab Dhara mengenalkan namanya.
"Oh, Kak Dhara...nama yang cantik seperti orangnya ya," ucap pria itu sambil tertawa kecil.
"Terimakasih" balas Dhara sambil tersenyum, wanita itu sedikit melirik Bian yang ternyata tengah memperhatikannya juga.
"Kak Dhara lagi jatuh cinta atau dalam fase mengagumi seseorang?" tebak pria di depan Dhara itu.
Dhara pun langsung tertawa kecil, "Waaah, Kakak cocok jadi cenayang nih."
"Serius? Duh jadi iri deh, pria yang seperti apa yang di kagumi Kak Dhara ini atau jangan-jangan pria yang duduk sama Kak Dhara itu ya, dari Kak Dhara nyanyi cuma pria itu yang Kak Dhara lihat?" tanya pria itu lagi.
Dhara pun hanya mengulum senyumnya, "Permisi ya Kak, saya turun dulu. Terimakasih sudah mengijinkan saya untuk bernyanyi," ucap Dhara menganggukkan kepalanya.
"Ah iya Kak Dhara, terimakasih juga sudah menghibur."
Dhara langsung berjalan mendekat ke arah Bian, pria itu bertepuk tangan kecil menyambut Dhara.
"Suaraku jelek pasti ya Mas?" tanya Dhara.
"Siapa bilang? Bagus banget malahan," ucap Bian jujur, pria itu kembali tersenyum manis ke arah Dhara.
"Mas Bian..." panggil Dhara.
"Iya Dhara, kenapa?" tanya Bian menatap Dhara.
"Jangan sering kasih aku senyuman manis itu" jawab Dhara.
"Hah...?" Bian bingung dengan maksud perkataan Dhara.
"Senyum manis Mas Bian nggak aman buat jantung dan hati aku yang sangat lemah ini" ucap Dhara sambil mencebik kan bibirnya, sedangkan Bian hanya bisa mengerjapkan matanya seolah tak percaya dengan apa yang di dengarnya barusan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments