Ujung Tali

Dan tak lama guru kelas Faza datang bareng seseorang. "Anak-anak diam! Ibu akan memperkenalkan Kepala sekolah baru kita." ucap Bu Guru yang bernama Sita.

"Loh? kepala sekolah kok dikenalin kesini? biasanya juga kagak." celetuk Qion.

"Qion, diam! Kamu memang benar, jarang sekali kepala sekolah dikenalkan di kelas, tapi kali ini berbeda karna kepala sekokah kita yang baru ini akan menjadi guru kalian."

Semua murid terkejut. "Yahh...Bu, jangan bercanda deh." Salah satu murid, diikuti riuh murid yang lain.

"Saya tidak bercanda, karna saya akan lanjut s3 di singapura. Jadi, dia yang akan mengajar kalian."

Anak anak lain protes, mereka ribut kenapa harus dj ganti lagi padahal mereka udah bersikap baik, mereka sudah cocok dengan Bu guru Sita, disaat yang lain ribut, seperti biasa dia akan menjadi anak yang diam sendiri.

Setelah ribut-ribut tak jelas semua terdiam.Karna Bu Guru Sita menjelaskan detailnya.

"Perkenalkan, Saya Vandra Trihaka, kalian bisa panggil Saya Pak Vandra, mulai besok Saya akan mengajar kalian, sekian, terima kasih." ucal Vandra dengan suaranya yang bariton.

Setelah perkenalan dia langsung pergi, meninggalkan anak-anak yang masih terdiam, berbeda dengan beberapa murid perempuan yang bersikap cari perhatian, bahkan ada yang mengajak dengan terang-terangan mengatakan Vandra tampan.

Kantin

"Tapi kalian tau gak si, tadi Pak Vandra ganteng bangat." ujar siswi bernama Sisil.

Dita: "Hot Daddy bangat wkwk. Oy, Dis. lu kenapa bengong?"

"Gue kayak nya jatuh cinta pandangan pertama sama guru baru itu deh, kirain tuh kepala sekolah tua kaya biasanya, eh ini kok muda." ungkap Gladis.

Dita: "Lalu Faza mau lo taro mana?"

"Tetap Faza lah di hati gue, tapi pak Vandra juga gak boleh di lewatkan." jawab Gladis.

Dan tak jauh dari mereka ada Faza serta sohib- sohibnya.

"Si Gladis emang cewe gak bener, padahal cantik." tutur Fingga sambil menggeleng lantaran mereka mendengar semua percakapan mereka.

" Noh... denger Za, lu mau di selingkuhin Gladis." Qion dengan nda khas kompornya

Gibran: "Kampret! Semua cewe emang gitu ya, genit, obsesian, ngeri bangat dah. Amit-amit jabang kuntil bibit, gue dapat modelan kaya Gladis."

Faza: "Amit-amit gitu tapi lu pernah mau having sex sama dia."

"Cih! itu kan gegara salah minum, minuman lo yang udah di kasih perangsang sama dia buat lo." jelas Gibran bergidik ngeri.

Qion: "Hahaha untung waktu itu mak lu nglabrak, kalo gak dah jadi debay kali."

"Iya loh, kalo dipikir-pikir waktu party di rumah gue, gue bersyukur bangat nyokap gue pulang dari luar negeri diam-diam."

Gibran: "Hahahaha, Gibran,Gibran."

Sementara Faza hanya mamasang smirk, perasaannya terhibur karna sohib-sihibnya yang sengklek.

Pulang sekolah

"Loh? kok kita pake ke Sd Melati si?" Protes Fingga.

"Gue mau jemput anak masa depan gue." jawab Faza.

"Njirr, lu punya anak dibawah umur, Za?"

"Bukan oneng, ini tuh anak crush gue yang gue ceritain tuh," jawab Faza sambil menyetir.

"Za, lu kayak nya perlu di ruqiah sama kakek gue,Za." saran Gibran yang sudah tak mengerti tingkah Faza.

Tak selang lama banyak bocah-bocah keluar gerbang sekolah, tapi tak ada sosok bocah yang di cari Faza.

"Mana Za anak lo? Masih embrio apa khayalan?" Fingga sambil tertawa.

"Faza, kita udah temenin lo menghayal, jadi udahan mainnya, kita cepetan kerumah lo." ajak Gibran, sambil tertawa bareng Fingga dan Qion.

Faza bukannya menjawab malah keluar, dia buru- buru masuk ke sekolah itu menghiraukan teman- temannya yang ngecengin dia.

Sampai disana, Faza melihat Zia lagi di bully sama 2 anak. "Ih anak udik, kenapa lo selalu dapet pujian dari guru? " Bocah dikepang 2.

"Ya belajarlah." Jawab Zia.

"Perhatian guru tuh cuman buat kita, kamu gak berhak curi-curi perhatian guru, " Gadis dengan rambut di urai.

Zia tak merespon, dia lanjut mengambil buku-buku yang di sebar oleh 2 anak itu. Kedua anak itu hendak memukuli Zia namun tak lama kedua anak itu yang berteriak.

"Aaa...ah, sa-sakit... heweee..hiks," Sambil memegang kuping mereka.

"Masih bayi udah pinter ngebully ya kalian!"

"Ihh... lepasin kak, adu-aduh sakit!" Kata bidang dengan rambut di urai.

"Udah lah Om, biarin mereka!" Zia dengan expresi dinginnya.

"Kenapa dia? expresinya kecut gitu," Batin Faza, Sambil melepas jewerannya.

"Siapa nama kalian?"

"Saya Quen." Bocah yang di kepang.

"Saya Caca." Bocah yang di urai rambutnya.

"Masih kecil jangan nakal! awas ntar kakak aduin ke papah mamah kalian."

Kedua bocah itu ketakutan lalu lari sambil nangis setelah melihat tatapan tak suka dari Faza.

"Kamu gapapa?"

"Gapapa Om, eh Tuan muda."

" Kamu ya, udah dibilangin jangan panggil om, panggil kakak! 2 bocah itu aja manggil gue kakak."

Zia hanya menggelengkan kepala sambil membuntuti Faza yang berjalan dengan banyaknya protes yang dia layangkan.

Mobil

Qion, Fingga, dan Gibran menatap Zia semua.

"Lu nyewa anak siapa Za? Buat main bapak dan anak? "Tanya Qion.

"Ck, kalian ini. Udah gue bilang tadi semua ke lo pada, masih aja kagak percaya."

"Ya, gimana ya Za, kan lu paling anti nih sama cewe termasuk anak kecil juga, bahkan sama emak lo aja jaga jarak semenjak kejadian itu. Tetiba bawa bocah cewe, kan kek mimpi."

"Masih kecil kok kamu cantik sii?" Puji Fingga, tangannya dengan gemas menoel pipi Zia.

"Fingga, lu jangan jadi pedofil deh," tegur Gibran.

"Jaga omongan weh, Jan kasar! Ada bocah." ucap Faza. Ke tiga sohibnya hanya saling pandang keheranan.

Faza lalu melirik Zia, Zia yang sadar dilirik Faza langsung nyeletuk. "Kenapa Tuan muda?"

"Panggil yang bener," Faza yang masih saja mempermasalahkan panggilan dari Zia.

"Iya, Om."

"Pftt..." Gibran.

"Njirrr! " Qion.

"Hahaha aduh," Fingga tertawa sambil memegang perutnya.

Faza mendengus kesal, tapi dia harus sabar dan menjadi baik bak papa peri yang baik hati, siapa tau kan dia jadi anak angkatnya. Tapi, dia kembali kesal pas ingat kejadian di depan mobil! kan Faza bilang ada temen-temennya. Pas masuk Zia salim sama mereka bertiga terus manggil kakak, lah giliran dia om, ckckck Faza makin yakin Zia punya dendam pribadi ke dirinya.

Dan semenjak itu dimanapun mereka ngumpul dia selalu di ejek sama sohib-sohibnya Om, Om, dan Om.

1 bulan kemudian

Sudah satu bulan Mia kerja di kediaman keluarga Widjaya, Dan orang tua Faza suka sama kinerja Mia. Mereka bahkan sampai menyayangi Zia melebihi Faza saat ini.

Anak yang pinter, cantik, pendiem, sopan, itu pandangan pasangan Widjaya. Berbeda dengan Faza yang menilai Zia bocah julid dan ngeselin.

"Heh bocah! kenapa ya? kok gue kesel kalo liat elo." ungkap Faza yang sudah 2 minggu ini menolak bersikap baik sama Zia lantaran Zia menghalangi dirinya berdekatan sama Mia.

"Tuan muda umur berapa si? " Zia dengan nada lembut di buat-buat.

"Nine teen, kenapa nanya-nanya?" Faza, dengan ketus.

"Tuan muda, kek anak 5 tahun." Zia mode Julid.

"Ngeselin bangat ya kamu," Faza yang kehilangan jati dirinya, dimana kek beruang kutub selatan jadi kek pantaran Zia.

"Tuan muda... Zia ingetin ya! Zia gak bakal baik sama tuan muda kalo niat tuan muda tuh godain Bunda Zia," Menatap Faza.

Faza balik menatap Zia dengan sengit, begitu pula Zia, mereka lagi perang mata.

"Awas lu nanti! jadi anak tiri gue tau rasa!"

"Tuan muda gak ada tata krama ya? Sama bocah aja elu, elu! kalo kaya gitu tuh kata bunda gak sopan!"

Faza terdiam membeku dia hanya melihat Zia yang pergi menggendong ranselnya. Sampai kamar Faza pun terngiang-ngiang suara sang bocah julid.

Gak ada tata krama

Gak ada tata krama

Gak ada tata krama

"Kalo dipikir-pikir emang bener si kalo sikap gue ke bocah julid itu kek sama-sama bocah, kayak gue gak punya harga diri, apa lagi kalo deket Bocah julid tuh gue gak merasa jijik, padahal dia perempuan." Gumam Faza.

"Bahkan nyokap gue aja,gue masih canggung, sama mba Mia crush gue yang buat jatuh cinta juga masih ragu kalo gak sengaja bersentuhan, takut kalo kesentuh gitu. dipikir-pikir udah 1 bulan gue gak ke piskolog hmm..."

Jadi, bener kaya yang di katakan para sohibnya alau dia tuh anti sama cewe pas 1 bulan yang lalu, cuman baru kepikiran.

"Bodo amat lah, nanti aku sempetin ke piskolog lagi."

Dua bulan berlalu

Faza mendekati Mia yang lagi nunggu Vandra yang akan menjemput pulang. Faza udah mikir 1 bulan ini. Emang ini salah! tapi dia harus ungkapin agar rasa penasarannya ilang.

"Mba..." Panggil Faza.

"Kenapa Tuan muda? Ada yang perlu dibantu."

Faza menarik nafas, dan disaat bersamaan nyokap Faza mau nyamperin Faza sama Mia yang di depan gerbang. Lalu disisi yang sama, sudah ada Vandra sama Zia.

Faza gak liat noh ada nyokap sama Vandra yang menuju bebarengan ke arah dia.

"Mba sebenarnya..."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!