"Lo... " ucap Faza tanpa sadar.
"Iya? apa ada masalah, Tuan muda?" tanya pelayan masak baru itu.
"Dia kan cewe yang gue taksir. Eh, istri orang ding. Faza... dimana harga diri lu? inget dia istri orang." Batin Faza.
"Bagaimana Tuan muda? apa saya diterima dengan segala keterangan yang saya jelaskan ulang tadi." Ucap pelayan itu yang bernama Mia.
Suara Mia membuat Faza sadar dari perang batinnya. "Iya diterima, kan nyokap gue dah nerima lu kan! Dengan segala beban yang lu bawa." Faza, sambil melihat anak perempuan kecil sekitar 6 tahun di samping Mia.
"Terima kasih, Tuan muda."
" He'em... Mba Mia kan ya?"
"Iya."
"Misal mau nginep nanti kamarnya bakal ditunjukin sama kepala pelayan."
Faza terus memandang Mia, sampai lamunannya buyar karna suara celetukan kecil.
"Udah, Om! jangan mandang bunda Zia pake nafsu gitu." celetuk anak Mia yang bernama Zia, sementara Faza langsung memandang Zia.
Mia langsung menutup mulut Zia. "Hust... Zia yang sopan kalo bicara, inget kan yang bunda bilang."
"Lih, orang om it-" Zia tidak melanjutkan kalimatnya ketika melihat tatapan Mia yang terlihat marah.
"Maaf, Om. Zia salah."
"Maaf Tuan muda Zia... ukan om." bisik Mia pada anaknya.
"M-Maaf, Tuan muda." ucap Zia dengan berat hati.
Faza masih terdiam.
"Maafkan anak saya Tuan muda, atas ucapannya yang tidak sopan." Mia yang udah keringat dingin gak enak.
"Gak papa silahkan mulai kerja aja, jangan kaget juga sama cara ngomong saya." jawab Faza.
Dia lalu pergi ke kamarnya yang di lantai 2 dengan batin berkata. "Damn! ampe ditegur bocil, ah elah... gue kan masih SMA ya? di panggil om lagi, baru kali ini ada bocah liat gue sebagai om, bukan suami masa depan."
Faza duduk di meja belajarnya. "Bukannya gue sengaja berkata kasar, ini gara-gara kejadian beberapa tahun lalu kalau ada pelayan baru pasti ngomongnya kasar. Hah... ngerasa gak sopan bangat karna yang tadi gue ajak bicara wanita yang gue taksir. masih muda banget walau udah 27 tahun." lirih Faza.
Dapur
" Zia, kamu kenapa tadi gitu? kan biasanya Zia gak gitu?" Tanya Mia sembari mencuci sayuran.
"Ga tau, Bunda. Kesel aja gitu liat om itu kegenitan sama bunda."
"Sayang... kamu harus panggil dia Tuan muda, dia atasan Bunda,jadi gak sopan kamu panggil dia om." Mia menjelaskan dengan lembut.
"Iya, bunda. maafin Zia, Zia salah." Zia langsunh memeluk kaki Mia.
Dan dari balik tembok sana Faza tak sengaja endengar percakapan Mia dan Zia. "Aduh... kenapa ya tuhan! jodoh gue udah nikah? punya bocah julid lagi. Engkau pasti tau baru kali ini gue naruh hati kan? dan gue yakin dia jodoh gue sebelum tau semuanya. Kenapa gue di lahirinnya telat? gak sepantaran sama tuh crush gue ya Tuhan..." lirih faza.
Faza prov
Gue gak nyangka kalo pelayan baru yang bakal jadi mba masak itu tuh cewe yang gue liat beberapa minggu lalu di cafe. Astaghfirullah...gue pen berkata manis malah gak bisa.
Pas baca formulirnya semalam dari nyokap itu biodatanya lengkap cuman gak di kasih foto. lalu ada tulisan dia gak nginep dia bakal pulang kalo udah selesai tugasnya, pulang pergi gitu loh. Gue cuman oh aja.Tapi pas ketemu ga rela gue, kalo tau itu dia gue email dia suruh nginep aja. Eh... Astaghfirullah!!!
Intinya karna rasa gak rela, jadi gue tawarin kalo mau nginep dirumah kamarnya bakal di kasih tau.
Padahal gue dah baca tuh semalam formulir dia bertuliskan setelah masak sarapan dia mau nganter anaknya kesekolah kalo hari senin-sabtu.Tapi gue tetep kaget, pas liat anaknya di bawa. Lagian kan ya, ini hari minggu, ngapa anak nya ikut? beban amat.
Maksud beban bagi gue itu anak mama bangat loh, bukan beban yang bermaksud jahat. kan emaknya kerja ya, kenapa gak sama bapaknya aja gitu loh...
Pasti anak mamah, kemana-mana ngintil emaknya. Makanya pas dia bilang di terima nggak? secara refleks gue bilang di terima dengan segala beban dia.
Gue agak gak enak si, masa anaknya di bilang beban ye kan, bisa saja dia bakal jadi anak angkat gue nanti, mulut gue emang gak ada filternya, gue sadar kasar bangat cara bicara gue, gak bisa ngomong alus! udah kek paten gitu ngomong kasar. Sama nyokap gue aja gue bicaranya santai, gue tau etika kok, apa lagi buat jadi pewaris ada pelajaran etika juga. Padahal selama kehidupan gue ini, gue baru suka sama cewe, itupun sekalinya suka malah sama bini orang.
Sumpah dari deket di liat tuh cantik bangat! ampe gak bisa berhenti liatnya, betah bangat nih mata liatin wajah bidadari syurga. Eh... gak lama anaknya nyeletuk gue merasa malu. Malu-malu e'eh Kebo tapi berhubung muka dah kek es dari embrio, gue si tenang-tenang aja, tapi sumpah tuh bocil biasa aja ngomongnya tapi kek mengitimidasi gue gitu, mulutnya julid lagi, beda bangat sama emaknya.
Gue merasa sampah yang suka sama bini orang, tapi kalau kagum gapapa lah ya? Kan gue masih SMA mungkin ini hanya perasaan tertarik biasa aja, alias sesaat. dan mulai hari ini gue bakal bicara lebih sopan.
Pagi di hari senin
"Sarapannya enak, Mba. Makasih."
"Syukurlah, kalau masakan saya cocok di lidah Tuan muda."
"Mba, nanti siang ada temen-temen saya yang mau dateng, jadi masakin yang enak ya."
Mia mengangguk, melihat itu Faza langsung memberikan kartu ATM.
"Apa gak pake uang aja belanjanya Tuan muda? dari pada kartu." Ujar Mia.
"Belanja aja di toko sayur elit deket rumah noh, kalo di pasar jauh dari sini, kalo disitu kan deket."
"Gapapa Tuan muda, sekalian nanti abis nganter anak saya sekolah Sd."
"Kelas berapa? " Faza.
"2 Tuan muda." Mia.
"Kok udah kelas 2 aja? Bukanya harus nya 1 ya malah harusnya Tk gak si? Keknya anak mba kitaran 6 tahun deh, bener gak si?"
"Saya tidak mendaftarkan anak saya ke TK, Tan muda. Mm... soalnya Zia agak lain dari teman seumurannya jadi lebih cepat masuk Sd."
"Oh begitu, Sd mana? " Faza yang iseng nanyain padahal mah pen ngobrol aja sama Mia.
"Sekolah Melati, Tuan."
"Udah, anak mba bareng saya aja, satu arah sekolahnya, saya SMA Garuda." tawar penuh semangat Faza pada Mia, dalam hatinya berkata. "Pake Saya, kek kaku woy di lidah ini, tapi demi crush apa si yang enggak."
"Tidak usah, Tuan. Ngrepotin Tuan nanti. Zia juga baru 2 minggu sekolah disana,jadi perlu saya awasi sebentar."
"Oh ita, kan bukan asli sini ya?"
"Iya, Tuan. baru pindah dari desa."
"Gapapa udah, nanti saya anterin kesekolah anak Mba. Jangan nolak! ini perintah bos." ucap Faza yang sok keren di depan Mia.
Mia melihat kearah Zia. "Gimana Zia? mau bereng sama, Tuan muda."
"Gapapa, Bunda, kasian bunda juga cape kalo bolak balik."
Alhasil Zia sama Faza. Sementara Mia,pergi sama sopir buat belanja bahan makanan.
Mobil
"Kok lu gak sama ayah lu aja?" Faza, membuka percakapan sambil menyetir mobil. Masih SMA tapi sudah Ada SIM. Jadi, nyetir sendiri kalo lagi pengen.
Sebenernya mah mau ambil hati Zia gitu,siapa tau dewasa nanti Zia jadi anak angkatnya.
"Om ganjen bangat deh, jangan ajak Zia bicara! Zia lagi ngapalin tugas kemarin, sibuk tau."
"Njirr, ni bocil kalo buka mulut julidnya keluar, sabar..." Batin faza.
Faza diam lalu tak lama Zia berkata. "Maaf,Om. Eh maksudnya Tuan muda. tadi Zia refleks jawab judes."
"Dewasa juga nih bocah langsung minta maaf, " Batin Faza lagi.
"Ayah sama bunda udah bagi tugas,selebihnya Zia gak tau." Lanjut, Zia.
"Oh..." Jawab Faza.
Tak lama mereka sampai di sekolah. Faza mau buka seatbelt Zia, eh si Zia malah udah bisa lepasin sendiri. Faza turun nih dari mobil. Niatnya mau bukain pintu, baru mau pegang gagang pintu mobil si Zia udah keluar lagi.
"Hmm, di bilang dari desa kok kek udah biasa naik mobil?" Gumam Faza
"Kenapa om? eh Tuan muda." ucap Zia dengan wajah polos, sambil menatap Faza.
Faza menghembuskan nafas kasar lalu Jongkok. "Gini ya, Zia. kamu panggil aja gue kakak, jangan om apa lagi Tuan muda, masalahnya apapun panggilan yang keluar dari mulut kamu kek gak ikhlas, gue masih SMA bukan om elu. Tapi misal mau panggil Daddy ya gak papa, itu lebih bagus."Tutur Faza.
"Idih, kegenitan lagi kan... pasti biar di aduin ke bunda. Om gak mau, tapi kalo Daddy mau."
"Hust... masih kecil tuh harus nurut. Jangan banyak komplain, ntar gedenya jadi mimi peri loh."
Zia hanya menghela nafas dengan tatapan tajam. dengan setengah hati tampa aba-aba Zia menggenggam tangan Faza lalu salim, di cium tuh tangannya.
"Kaget, ni anak bikin kaget aja, eh gak papa lah latihan kan ya jadi bapak hmm." Batin Faza.
"Pulang jam berapa?"
"Satu."
"Buset, kelas satu kok pulang jam satu? Emang ngapain."
"Belajar lah..."
"Ya udah, nanti kakak jemput ya."
"Terima kasih." ucap Zia, lalu masuk kegerbang sekolah.
"Jadi gini ya jadi bapak, agak bangga gue liat anak masuk sekolah."
Kelas Faza
"Eh, eh, eh... Tuan muda. Tumben, berangkat pagi. Biasanya kalo kelas mau mulai baru nyampe." ucap Gibran dengan nada dibuat-buat.
"Diem!"
"Ke sambet apa lu?" tambah Qion, sembari kegenitan sama adik kelas yang lagi ngintip di jendela. Dia snegaja kasih wink supaya para tuh adik kelas histeris. gitu-gitu dia, Faza, Fingga,Gibran Most wanted sekolah.
"Muka lo seneng amat Za? berseri-seri gitu kalo diliat-liat." Tanya Fingga dengan wajah malas menatap Qion yang kegenitan.
"Itu karna gue lagi jatuh cinta, tapi cinta gue terlarang." lirih Faza dengan mimik wajah dramatis.
"Njir! geli, Za." ucap Gibran dan Qion barengan.
Mereka lalu menatap Faza serius dan Faza menatap mereka lebih serius. "Lu gak suka sama bu kepsek kan?" tebak Fingga.
"Astaghfirullah! gak lahh."
"Jan, bilang lu suka istri orang wkwkwk." giliran Qion menebak, sambil tertawa dengan yang lainnya.
Tawa mereka langsung berhenti kala melihat wajah Faza yang biasa aja, tidak ngomel atau nyentil merek, membuat mereka seketika terdiam.
Gibran pun bertanya kembali, "Beneran ya?"
"Mm."
Gibran: "Damn Za, Za... sekali jatuh cinta sama istri orang! Siapa emang?"
"Sa-" Faza menggantung jawabannya karna dari jendela dia melihat seorang pria yang tak asing baginya lewat.
"Za kok lu diem?" Fingga, sembari mengikuti arah pandangan Faza kearah mana.
Fingga: "Oh... Lu lagi liatin kepala sekolah baru ya?"
Gibran: "Katanya dia masih 32, tapi jenius. makanya udah jadi kepala sekolah muda."
"Di liat dari jauh kok kaya bakal dapat saingan ya,Fing." keluh Qion.
"Saingan apa lu? ngaco!"
"Saingan cinta para adik kelas, fibesnya kek hot Daddy gitu."
"Ck, Qion... lo, Itu... " Gibran kehabisan kata-kata.
"Hah... temen gue aja nilai dia kek hot Daddy.cobaan apa lagi ya gusti pangeran? ini kok bisa suami mbak Mia jadi kepala sekolah SMA gue." Batin faza.
"Ck, hot Daddy apanya? biasa aja gitu." Kesal Faza lalu dia dengan cepat memalingkan wajahnya. Dan tak lama...
Semoga kalian suka ya. Kalo ada salah kata silahkan tunjuk biar di revisi ulang..
Kalian suka yangg putih mulus oke? Atau yang dewasa hot Daddy gitu vibesnya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments