Pengakuan dan Identitas

"Mba sebenernya..."

"Iya, Tuan muda, kenapa?"

" Sebenarnya Mba, gue suka sama Mba." pernyataan tak terduga dari seorang Tuan muda Fazakha Almafriz Widjaya.

" Astaghfirullohalngazim, Tuan muda tuan muda tau saya udah punya anak sama suami!"

Dan dari belakang Mia seseorang berkata, "Bunda, maksudnya om ini suka sama bunda gitu?"

Faza cukup kaget dengan kedatangan Zia dengan expresi dingin, "Iya, emang kenapa? dasar bocil."

"Idih! denger ya om jan ganjen godain bunda, ntar zia kutuk gak ketemu jodoh ampe kepala 3!" asal ceplos Zia. Faza hanya terdiam lalu memandang Mia.

Mia memijit keningnya. "Tuan muda jangan bercanda, saya mohon jangan mempermainkan orang tua."

"Tua apa si mba, kan mba masih mu-"

"Masih apa, hah? "Suara berat seseorang membuat Faza menelan perkataannya yang belum selesai.

"Damn it! Kok bisa ada suami mbak Mia, tapi dari pada dibelakang mending ngomong depan suami nya langsung." batin Faza lalu berkata. "Gue suka istri bapak."

"Faza kamu sadar tidak? Kalau kamu baru mengakui perasaan ke orang yang udah bersuami!" uvap Vandra, dengan tenang namun mengitimidasi.

"Sadar lah,Pak. Karna saya suka makanya saya bilang, gak suka ya saya gak bakal bilang kaya gini, mau ditolak apa diterima itu keputusan Mba Mia dan berhubung suaminya ada kan enak bilang didepannya langsung!"

"Anak bau kencur suka istriku? Duh Gustii... emang bener seharusnya aku larang Mia buat kerja," Batin Vandra. 

Vandra dan Faza perang mata. "Udah Mas, jangan ladenin dia, besok aku bakal keluar dari sini." Mia yang membuka suara.

"Mba, jawab dulu perasaan saya."

Mia mendekati Faza lalu nenepuk punggung Faza dan berkata. "Tuan muda jadi dewasa tuh gak enak dan rumit. Jadi, Tuan muda jangan memperumit remaja Tuan muda, perasaan tuan muda jelas saya tolak! ini tidak bisa diterima."

"Ya udah kalo ditolak." Faza dengan wajah setelan pabriknya, dingin.

"Kamu! dengan seenak jidad mau hancurin rumah tangga orang padahal baru SMA terus lu bilang udah gitu aja? " Vandra kehilangan tali kesabarannya.

"Terus mau apa, mau gelud?"

"Astaghfirulloh gusti!" Vandra mengelus-elus dadanya menahan amarah.

"Awas ntar darah tingginya kumat." Faza dengan wajah tak bersalah. sebenarnya dalam hati udah ketar-ketir ciut melihat Vandra melayangkan tatapan marahnya.

Plak 

Tamparan melayang kepipi Faza. Faza menoleh ke orang yang menamparnya. Dia terkejut lantaran dia di tampar emaknya.

" Faza!!!" Teriak mama Faza.

"Mah!" Faza memegangi ujung bibirnya yang mengeluarkan darah.

"Kamu gak malu hah? APA KAMU GAK MALU FAZA! Pantes kamu gak pernah suka sama cwe ternyata suka nya sama istri orang? Kamu gila ya? Kamu mau jatuhin martabat papa kamu? Keluarga Widjaya ini hah!" Monika,dengan marah.

Faza hanya menatap Monika tampa menyauti. Dia emang salah! tidak berfikir panjang, gimana kalo Mba Mia menggunakan sosmed untuk mengungkapkan ini. "Pewaris CEO Widjaya menyukai istri orang." Dia lengah, hanya karna cintanya yang mungkin ketertarikan sementara telah membludak selama beberapa bulan.

Sementara Mia, Vandra dan Zia hanya terdiam melihat Monika mengomeli Faza. "Minta maaf sama Vandra dan Mia sekarang, cepat!!! Minta maaf sama suami Mia yang dengan lancangnya kamu menyukai istri nya!"

Faza menatap Vandra, Dia lalu menjabat tangannya meminta maaf dengan hati yang tulus, rasa bersalah dan malu, lalu masuk kekamar tanpa melihat reaksi Mia dan Zia.

Selepas perginya Faza Monika hendak berlutut karna dia malu atas sikap putranya sama Mia namun ditahan Mia. "Maaf. Mia, maafin anak ibu yang sembrono, ini karna saya kurang dalam mendidik, Faza."

"Jangan begitu, Bu. Namanya perasaan gak ada yang tau, ibu jangan menyalahkan diri Ibu sendiri."

"Saran saya, lebih baik anak ibu bawa ke dokter. agr tidak mengulangi hal yang sama." Vandra, de gan suara kesalnya.

"Mas..." Mia menatap Vandra, Vandra yang kesal membawa Zia pergi meninggalkan Mia ke motornya, menunggu Mia disana.

"Maaf ya, Bu. Suami saya berkata seolah-olah tuan muda gila."

"Tidak masalah, Mia. Menurutku juga apa yang dikatakan suamimu benar adanya."

"Saya pamit dan izin undur diri, saya tidak bisa bekerja disini lagi bu."

"Tolong 1 minggu lagi kerja disini, mungkin saya tidak tau malu setelah kejadian ini memintamu masih bekerja, saya punya alasan, agar saya bisa memperbaiki semua yang sudah terjadi juga, saya akan terima pengunduran dirimu setelah kamu menyelesaikan kontrak kerja disini. Ajaklah Zia juga. Hanya satu minggu, kumohon, Mia."

"Maaf. Saya tidak bisa."

"Tolong pertimbangkan lagi."

"Baiklah."

Setelah itu mereka berpisah.

Rumah Vandra Family

 Mereka sampai dirumah, mereka sekarang sedang duduk santai sambil nonton tv.

"Makanya papa jagain bunda lebih baik lagi."

"Iya, Zia. Papa gak bakal buat Zia kecewa, papa janji gak bakal ada lelaki lain yang berani dekatin bunda."

"Zia, Kenapa kamu jadi nyalahin papa? gak sopan nak." Mia menegur dengan lembut.

"Bunda gak usah belain papa, kalian gak tau. Zia cuman pengen keluarga yang lengkap! gak pisah- pisah mulu, kalo papa bisa jaga bunda kan gak bakal ada yang suka bunda, gak bakal ada yang kegenitan ke bunda, bunda si...! udah punya Zia aja masih cantik, Zia cape kalo kalian pisah lagi, Zia cuman mau papa sama bunda Zia bersama." Ucap Zia sambil menangis, lalu pergi kekamarnya.

"Zia, nak..." Vandra hendak menyusul putrinya namun ditahan Mia.

"Biarin Zia sendiri dulu Mas, Zia perlu waktu sendiri." Mia tersenyum.

"Maafin Mas ya, Mia." Vandra mencium kening Mia.

"Loh? kok jadi mas yang minta maaf, kirain mas bakal tanya kok bisa Faza suka sama aku, kirain mas bakal bilang aku kegenitan makanya brondong aja suka sama aku." ucapnya sambil mengelus tangan suaminya.

"Kamu gak salah, benar kata Zia aku yang salah, karna gak bisa jaga kamu, benar apa Kata Zia kalo kamu terlalu cantik untuk wanita yang sudah punya anak, andai aku bisa menemukan kalian lebih awal ini semua tidak terjadi."

"Udah, Mas.yang penting sekarang kita bersama." Lalu memeluk suaminya yang meneteskan air mata.

"Tapi aku benar-benar menyesal karna kesalahanku Zia jadi tidak seperti anak seumurannya, dia jadi dewasa padahal masih kecil."

Mia hanya terdiam dan menatap kamar putrinya. Masa lalu yang hendak dilupakan berputar di kepala Mia kembali,dia mencoba melupakannya lagi.

Zia sekarang menangis dikamar, bukannya dia berniat memarahi papanya, dia emang salah berkata seperti itu. tapi kejadian tadi membuat Zia takut orang tuanya berpisah kembali, keluarganya terbilang cukup rumit,  dia baru merasakan kasih sayang ayahnya, dia baru bisa melihat ibunya tersenyum lega tanpa beban, keluarga yang harmonis, itulah Kata orang yang melihat. Mereka tidak tau bahwa keluarganya banyak masalah karna identitas ayahnya. Dia khawatir bundanya menyukai Faza dan pergi meninggalkan ayahnya.

Banyak kekhawatiran yang terjadi, dia memang anak kecil. tapi dia berbeda dengan anak kecil yang lainnya, dia masuk dalam anak kecil yang di dewasakan oleh keadaan sekali pun kasih sayang ibunya melimpah. Zia, hanya ingin hidup sederhana.

Kediaman Widjaya 

"Udah sayang, cukup! kasian Faza." tangis Monika, sembari menahan suaminya yang tengah memukuli Faza.

"Hah...! minggu depan kamu sekolah diluar negeri, jangan buat masalah! sekolah yang rajin, fokus kuliah yang benar, sampai kamu sempurna jadi pemilik perusahaan W. Jangan pernah kembali ke Indonesia, jika kamu belum mendapatkan semua itu!"

"Baik," Ucap Faza menerima semua yang ayahnya katakan dengan lapang dada, karna memang dirinya yang salah. Faza menerima tamparan dan pukulan dari ayahnya tampa melawan, dia menerima pukulan itu dengan tenang.

Sebelum Kejadian.

Faza masih dikamar merenungi kebodohannya, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dengan kasar, dia langsung dipukul ayahnya, dengan tangisan Monika yang mencoba menahan Frans.

"Apa kamu gila Faza?"

"Aku tidak gila! pasti Daddy sudah dapat laporan lengkapnya kan? bahwa aku hanya mengungkapkan perasaan ku, itu aja." Faza menatap tajam ayahnya.

Bugh 

Pukulan kembali didapatkan Faza.

"Iya, sangkin lengkapnya sampai aku heran betapa bodohnya anakku ini."

"Kenapa? Kenapa Faza selalu dikatai bodoh? apa masalah Daddy,hah? apa tidak cukup semua prestasi yang di dapat Faza. Mengungkapkan bukan berarti ingin memiliki!"

"Karna tindakanmu itu akan membuat keluarga kita bangkrut atau bisa saja mati."

"Kenapa bisa mati hanya karna mencintai? kebohongan apa lagi yang coba ayah lakukan."

"Karna Mia istri dari Vandra."

"Cuman kepala sekolah kenapa takut? lagian aku tidak memaksakan perasaan apa menjadi pembinor secara paksa, aku hanya mengungkapkan perasaanku."

"Kepala sekolah, kepalamu! Vandra adalah cucu pemilik perusahaan AMBW mereka keluarga mafia."

Faza terdiam. "Gila, mafia? Ngapain sih ni mata pake liat mba Mia pas itu? sekarang karna kebodohan gue keluarga gue bakal dalam masalah."

Frans panik karna baru mengetahui identitas Vandra  dan Mia, dia baru mendapat laporan itu tadi bersama laporan anaknya yang mengungkapkan perasaannya pada Mia.

Memang sekarang Vandra tidak tinggal di Mansions. Tapi, dia tidak tau kapan Vandra akan kembali menjadi Mafia. Niatnya biar bisa menyesponsori Zia sampe kuliah nanti, dengan mencari tau identitas Mia dan Vandra sebelum itu, Karna takut mereka mata -mata. Malah yang didapat informasi yang membuat jantungnya seperti akan keluar.

......................

"Cepetan lah, Cil! lama amat si." Faza yang berteriak di depan pintu mobil sambil main hp.

"Sabar lah,Om. udah ganjen, genit, pemarah lagi! makanya ditolak bunda." Zia sambil berlari kecil memberikan kunci mobil.

"Asem-asem!" Batin Faza dengan kesal sambil menerima kunci yang di ulurkan Zia, lalu berkata. "Awas lu, nanti kualat dapet jodoh kaya gue baru tau rasa! Gue masih sakit hati tau, jangan di tambahin garem di lukanya."

"Mau sekalian alcohol gak, Om. biar cepet sembuh, kan alkohol bisa nyembuhin luka." ujar Zia dengan wajah polosnya.

"Lu ya, emang bener-bener bocil kematian, tidak semua luka bisa di sembuhin alcohol. Lagian lu tau dari mana si alkohol bisa nyembuhin luka?" ucapnya sambil membuka mobil.

"Dari buku lah."

"Buku apa si yang kamu baca, heran bangat gue, kok kamu jadi sok tau," Sambil pasang sabuk pengaman untuk Zia.

Zia menunjukkan kamus kedokteran milik kakek Faza dahulu yang Zia ambil dari meja belajarnya.

" Buset... itu kan buku di meja belajar gue yang udah gue buang, lu bisa mudeng baca gituan."

"Hah... om-om, ya bisa lah, orang tulisannya ada, kecuali gak ada lah baru gak bisa di baca."

Faza terdiam sembari mencebikkan bibirnya, hatinya menggerutu. "Ini bocah gak salah si. Jawabnya bener, tapi kok gye kesel ya? maksudnya kan dia masih anak-anak loh, gue baca aja males."

Terpopuler

Comments

AnlaziStar

AnlaziStar

ngakak woy! dari pada ngomong di belakang mending ngomong depan suaminya langsung 🤣 plot cerita mereka jadi mertua lu Za.

2025-01-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!