Keesokan harinya...
Diruang CEO, terlihat dua orang pria duduk berdampingan sedangkan seorang gadis duduk di hadapan keduanya, di batasi oleh sebuah meja.
Sedari tadi Atlas dan Alvan berusaha menjelaskan maksud keduanya, tapi pada dasarnya Liora keras kepala dan sangat susah untuk di bujuk.
" Bagaimana mana dari kontrak yang memberatkan lo?" Ucap Atlas masih dengan posisi tenang.
Menyodorkan kontrak pada Atlas, Liora menatap tajam pada pria itu. " SEMUANYA. " Ucap Liora penuh penekanan di setiap huruf.
" Uhuk uhuk, apa semaunya? " Alvan bahkan tersedak, perasaan kemarin saat ia membuat isi kontrak sebisa mungkin Alvan memposisikan Liora di posisi yang sangat menguntungkan.
" Jangan mancing emosi gue, Liora. " Penolakan Liora membuat Atlas tersulut emosi. Selama ini Atlas tidak pernah di tolak oleh siapapun.
" Kau sangat emosional. "
Lagi lagi ucapan Liora membuat Alvan meneguk ludah kasar. Nyali Liora ternyata besar juga, melawan seorang Atlas, nanti Alvan akan memberikan pujian pada gadis ini.
Terbuat dari apa keberanian Liora sampai sampai berani menentang Atlas.
" Selama menjadi pacar palsu gue hidup lo gue biayain, lo mau uang, perhiasan, barang branded, mobil, rumah, atau apart bakal gue kasih. Tugas lo cukup menjadi pacar palsu gue, temanin gue kalau ada acara keluarga ataupun acara lainnya yang mengharuskan gue bawa pasangan. Dan, tutupi kenyataan kalo gue sudah punya pacar. "
Dengan lancarnya Atlas mengucapkan kata demi kata, seakan Liora tidak akan menyesal jika menerima pekerjaan sampingan menjadi pacar palsu Atlas.
Tapi tidak bagi Liora, ia punya pendirian untuk tidak menggangu hubungan orang lain. " Gue gak bisa, karena lo sudah punya pacar. Gue gak bisa mengacau hubungan orang. "
" Gue yang meminta lo, jadi lo bukan pengganggu. "
Liora masih kekeh pada pendiriannya sedangkan Atlas masih berusaha membujuk Liora dengan berbagai cara. Alvan hanya bisa menonton perdebatan antara keduanya.
Alvan semakin berjaga jaga saat melihat Atlas mulai menunjukkan emosi yang menyelimuti dirinya. Sebentar lagi akan ada perang, begitulah pikir Alvan.
" Jadi pacar palsu gue selama satu tahun atau gue cabut beasiswa adik lo, ingat jangan bawa perasaan. " Tidak ada cara lain maka satu satunya cara adalah mengancam Liora. Atlas tahu, satu satunya keluarga Liora hanya adiknya saja.
Liora terkejut, tidak menyangka bahwa Atlas akan mengancamnya. Liora juga tidak tahu bahwa sekolah adiknya Jerry, berada di bawah naungan keluarga Atlas.
" Jangan bawa adik gue. "
" Lo yang maksa Liora. "
Brakk
Liora pergi begitu saja dari ruangan Atlas setelah ia menggebrak meja cukup keras. Liora ingin kembali ke butik, tapi saat ia tiba di depan perusahaan Liora bertemu Roselara.
" Haii Liora, lama gak bertemu. " Rose menyapa Liora ramah, seakan menunjukkan kesan baik pada Liora.
" Kabar gue baik. " Hanya itu yang Liora balas itupun dengan nada ketus.
Rose memperhatikan penampilan Liora dari atas hingga bawah. Rasa iri hati menerpa Rose, Liora meskipun dengan penampilan sederhana entah kenapa terlihat sangat cantik. Sangat berbeda dengan Rose yang harus perawatan mahal sana sini untuk mendukung penampilannya.
" Jangan terlalu liatin gue, nanti lo kepanasan. "
Rose tersadar, ia sudah terlalu lama menatap Liora. " Cih, barang murah juga untuk apa gue kepanasan? Gue gak menyangka hidup lo akan menderita Liora. "
" Setidaknya gue bebas dari orang orang berhati iblis seperti lo dan ibu lo itu. "
Rose adalah kakak tiri Liora. Dulunya ibu kandung Liora meninggal saat melahirkan Jerry, dua tahun kemudian ayah Liora menikah lagi dengan seorang janda beranak satu. Yaitu ibu Rose, dan Rose sendiri ikut serta bersama sang ibu untuk tinggal bersama.
Sejak saat itu juga Liora menjadi hari hari yang berat. Setiap harinya Liora harus mengurusi pekerjaan rumah tangga sambil menjaga Jerry. Bahkan semua barang milik Liora sering dirampas oleh Rose, Liora hanya boleh mengenakan barang barang bekas Rose.
Liora ingat ibu Rose sering menghukumnya karena melakukan kesalahan kecil. Liora tak berani mengadu karena diancam oleh Rose dan ibunya.
Lalu saat Liora menginjak kelas dua SMA sang ayah pergi menyusul ibunya. Saat itu juga Rose dan sang ibu pergi, sama sekali tak memperdulikan Liora dan Jerry.
Liora harus bekerja paruh waktu untuk mencukupi kebutuhan dirinya dan Jerry. Dan itu Liora lakukan hingga saat ini, Liora akan berkerja keras untuk adiknya meskipun Liora tahu Jerry ada tabungan. Jerry sering ikut lomba dan menjurai beberapa olimpiade.
Mengingat itu semua, Liora seakan membuka luka lama. " Sudahlah Rose, gue harus kembali bekerja. "
" Oh ya, apa pekerjaan lo? Cuma karyawan butik. " Balas Rose dengan nada merendahkan Liora. " Karena gue kasihan jadi ini ada uang untuk mantan adik tiri gue yang miskin ini. "
Rose memberikan uang pada Liora yang disambut baik oleh Liora. Melihat Liora menerima uangnya Rose semakin senang. " Miskin. " Cibir Rose pelan.
Liora mengepalkan tangannya, Rose sangat memancing emosi Liora. Dengan cepat Liora menyobek uang tersebut menjadi dua bagian. Lalu melemparnya ke wajah Rose.
" Gue gak butuh bantuan lo. "
Rose memekik, ia ingin mengejar Liora tapi Liora lebih dulu kembali masuk ke dalam perusahaan. Rose kalah langkah, karena itu Rose ingin pulang saja moodnya hancur karena Liora. " Cihh, lihat nanti lo Liora. "
~-----~
BRAKK
" Oke gue terima tawaran buat jadi pacar kontrak. " Liora sebenarnya malas, tapi jika Rose tahu bahwa Liora memiliki pacar kaya raya sudah pasti Rose akan kepanasan. Karena itu Liora menerima tawaran gila ini.
Atlas memasang wajah bingung, Liora tadi menolak lalu tiba tiba datang lagi untuk menerima. " Lo yakin? "
" Gue sangat yakin, cepat mana kontraknya sebelum gue berubah pikiran. "
Dengan cepat Alvan menyerahkan kontrak pada Liora. " Ini, tanda tangan di sini. "
Setelah selesai tanda tangan Liora menutup kontrak tersebut. mengambil selembar kertas lalu mencoret dua belas digit angka di sana.
" Itu nomor gue, kalau lo butuh sesuatu silahkan chat atau telfon gue lewat nomor itu. "
" Senang bekerja sama dengan anda, Liora. "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments