"Liora, lo dipanggil ke ruangan nyonya Leona."
"Hah." Ziva memberi kode bahwa ia tidak tahu apapun. Liora mengangguk ia segera pergi ke ruangan nyonya Leona.
Tok
Tok
Tok
"Masuklah Liora."
Liora awalnya hanya sedikit mengintip, setelah memastikan aman barulah gadis itu masuk sepenuhnya. "Maaf apa saya melakukan kesalahan nyonya."
"Tentu tidak."
Leona mengajak Liora untuk duduk, memegang bahu gadis itu keduanya tampak seperti anak dan ibu. "Apa kamu punya waktu luang?"
"Maksud nyonya?" Waktu Liora sebenarnya sangat luang. Hanya saja, ia tidak setuju jika pergi tanpa alasan.
"Kau harus siap siap."
Liora bingung, ia sama sekali tidak paham. Ucapan nyonya Leona yang awal sama sekali berhubungan dengan yang ini.
"Saya akan meminta Ziva untuk mempersiapkan mu." Leona menarik Liora untuk memilih pakaian. Setelah selesai, ia memanggil Ziva untuk membantu Liora mempersiapkan diri. Sedangkan Leona wanita itu malah pergi entah kemana.
~-----~
Seorang pria dengan jas biru navy tengah duduk bersandar di meja kerjanya. Pria bermata hitam legam dengan sorot mata elang, rambut hitam dan berkulit kuning. Atlas Kavish Harley, orang orang menjulukinya Mr. Perfect karena selain berwajah tampan ia juga memiliki otak yang cerdas.
Hanya satu kekurangannya, Atlas bodoh di dunia percintaan. "Alvan ambilkan gue obat sakit kepala."
"Kenapa lagi lo?"
"Sakit perut."
Alvan tak menjawab pria itu pergi lalu tak lama kemudian kembali lagi dengan tangan kosong. "Mana obat gue?"
"Gue nanya lo kenapa?"
Atlas memijit keningnya yang terasa berdenyut-denyut. Memiliki asisten sekaligus sahabat adalah ide bagus sekaligus buruk. Bagusnya ia akan sangat setia, sedangkan minusnya adalah kurang rasa hormat.
"Mama gue meminta agar gue kencan dengan seseorang."
Alvan tak peduli justru menurutnya itu adalah hal yang bagus. Selama ini hubungan Atlas dengan Roselara tidak ada kemajuan meskipun telah menjalin hubungan lima tahun lamanya.
"Cuma ketemu kan? Turuti aja lah."
Atlas tidak ingin ada salah paham dengan pacarnya tentu menolak. " Lo kalau gak mau kasih gue solusi lebih baik lo pergi."
Alvan tak menolak, lagipula sebentar lagi ia akan di panggil kembali. Tepat, saat Alvan baru tenggelam di balik pintu Leona datang untuk bertemu dengan Atlas.
"Atlas, anak mama yang sibuknya melebihi bang Jono sampai gak pulang pulang kamu ya." Meskipun marah Leona tetap memeluk putranya. Atlas adalah putra satu satunya yang sangat ia sayangi, Leona tidak sekejam itu.
"Aku sibuk ma."
"Nah kan, sibuk terus."
Leona duduk berhadapan dengan Atlas. Tak ada suara diantara keduanya, ini benar benar membosankan. Anak dan suaminya sama saja, sama sama irit bicara.
"Atlas, kamu kapan bawa calon menantu mama?"
Kan mulai lagi, Leona datang menemui Atlas tidak memiliki tujuan lain yang ingin wanita itu tanyakan hanya calon menantu. "Kamu gak belokkan Atlas?"
"Gak ma."
Leona menghentak meja, kalo gak belok tidak mungkin sampai saat ini putranya tidak memiliki orang yang dia sukai. Sampai kapan Leona harus menunggu?
"Jadi, kenapa sampai sekarang kamu gak pernah bawa satu orang pun ke rumah? Setidaknya pacar kamu Atlas." Atlas menghela napas, kepalanya tidak akan kunjung membaik jika Leona terus memberikan siraman qalbu pada Atlas.
"Ayo dong Atlas." Leona sampai memelas, usianya semakin tua dan Leona tidak rela jika sampai ia tidak memiliki cucu selama ia hidup.
"Atlas sibuk ma."
"Kamu kapan gak sibuknya?"
Leona menjadi gemas sendiri, punya anak cuma satu Leona sudah pusing sendiri. Syukur Atas tidak memiliki adik sehingga Leona tidak semakin pusing. "Gimana kalau kencan?"
Atlas menatap Leona sekilas, lalu kembali fokus pada dokumen di hadapannya. "Jangan main main ma."
Brak
Leona berdiri setelah memukul meja dengan keras. "Kalau kamu gak bisa mencari jodoh kamu sendiri, jadi mama akan membantu kamu."
"Ma"
"Tidak ada tapi tapi an, atau kamu langsung mama nikahin paksa."
Atlas melihat mamanya sedang dalam mode tidak bisa dibantah hanya bisa diam. Tak ingin terlalu meladeni Leona yang sangat cerewet.
"Bagaimana Atlas?"
"Aku sibuk ma."
"Sibuk sibuk, kamu bisa bertemu dengannya saat makan malam atau makan siang." Leona sangat pintar, tidak mungkin Atlas tidak makan seharian.
Atlas hendak membantah, tapi lagi lagi Leona berhasil membuatnya terdiam dan tidak memiliki alasan untuk menolak. "Atau kamu puasa seharian."
Anaknya ini sangat bebal, Leona kembali duduk. "Apa yang sulit Atlas, kamu hanya perlu berkenalan lalu makan. Makan dengan perempuan cantik bisa menambah nafsu makan mu."
"Kalau itu yang bener aku sakit perut ma."
Leona memicingkan mata. "Ya sudah kamu makan sama orang gila aja, biar lancar pencernaan kamu."
"Bukan begitu-"
"Yes or yes?" Pilihan macam apa itu, Atlas tidak di izinkan untuk menolak. Pilihan pertama dan kedua sama saja. Atlas tidak tertarik sama sekali, dia ini sangat mencintai Roselara. Atlas akan menunggu sampai kapanpun Rose siap untuk menikah dengannya.
"Gak bisa ma."
"Sudah sudah, Alvan kamu antarkan Atlas ke restoran milik Adrian." Atlas mendelik, pantas Leona sangat antusias ternyata Leona sudah merencanakan semua ini. Atlas sebenarnya tidak suka dipaksa, tapi karena ini adalah permintaan Leona jadi Atlas tidak bisa menolaknya.
"Ayo, biar cepat beres."
Alvan menyusul Atlas pergi dari sana. Setibanya ditempat tujuan, Atlas langsung disambut oleh sepupunya. Adrian berdiri di depan restoran menantinya dengan senyum ramah, yang malah membuat Atlas bingung.
"Gila, calon yang dipilih Tante Leona cantik. Yah meskipun gak secantik Roselara." Atlas melirik kedalam restoran, tidak ada perempuan cantik seperti yang Adrian katakan. "Tapi kalau di permak sedikit, dia pasti lebih mempesona dari pada pacar lo."
"Dia di ruang di sana." Adrian menunjukkan ke sudut restoran, di sana tengah duduk seorang gadis dalam posisi membelakangi Atlas dan Adrian. Tak memperdulikan Adrian Atlas berjalan melewatinya begitu saja. Membuang buang waktu Atlas jika ia meladeni celotehan Adrian.
"Permisi." Atlas duduk berhadapan dengan Liora. Mata pria itu mencoba menilai Liora dari atas hingga bawah.
"Atlas."
Atlas tak mengulurkan tangannya begitupun Liora. Gadis itu tidak berniat untuk kencan dengan anak majikannya. "Liora."
"Maaf tuan, kalau-" Atlas mengibaskan tangan, memberi kode agar Liora diam.
"Tak perlu menggunakan bahas formal." Atlas bangkit dari duduknya. "Setelah ini gue bakal jelasin ke mama gue, kalau kita gak cocok."
Liora hanya mengangguk, ia juga tidak menyukai pria sombong di hadapannya. Dingin dan arogan, sama sekali bukan tipe seorang Liora. "Gue setuju."
"Gue harap lo gak kecewa."
"Yah pede lo, siapa juga yang minat sama cowok kaku kaya lo."
Atlas terdiam, sejauh ini tidak ada yang pernah merendahkannya seperti saat ini. Atlas merasa dirinya seakan tertampar.
"Selesaikan? Kalau gitu gue pergi sekarang."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
nowitsrain
Sakit perut tapi mintanya obat sakit kepala 😭
2025-04-09
0