"Yah pede lo, siapa juga yang minat sama cowok kaku kaya lo."
Atlas terdiam, sejauh ini tidak ada yang pernah merendahkannya seperti saat ini. Atlas merasa dirinya seakan tertampar.
"Selesaikan? Kalau gitu gue pergi sekarang." Liora meneguk jus hingga tandas lalu berlalu begitu saja. Sangat tak menyangka jika bos nya meminta Liora untuk berkencan dengan orang gila, Liora lebih baik mendapatkan tugas tambahan dari pada harus kencan dengan Atlas.
Liora bahkan telah menghilang tapi Atlas masih berdiri kaku disana.
"Hahahahhaa gimana, pertama kalinya seorang Atlas gagal mempesona seorang perempuan. Atau pelet lo sudah kurang ampuh?"
Entah sejak kapan Alvan dan Adrian sudah ada di sisi Atlas. Keduanya begitu bahagia, bahkan sesekali tertawa bersama. Alvan tidak menyesal ikut Atlas siang ini karena dengan begitu ia bisa melihat bagaimana Atlas ingin menolak tapi dirinya ternyata juga di tolak.
"Jadi gimana, kalau dia gagal sudah pasti tante Leona mencari perempuan lain untuk kencan sama lo." Adrian menatap Atlas penuh tanya, apa keputusan sepupunya itu. Adrian sama sekali tidak keberatan jika Atlas ingin berkencan lagi di restorannya.
"Alvan, kembali ke perusahaan."
"Baik, tuan muda." Alvan sudah masuk ke mode kerja, panggilannya pada Atlas akan berubah. Dan itu sangat menyebalkan bagi Atlas.
Sepanjang perjalanan keduanya hanya diam, sakit kepala Atlas semakin menjadi-jadi sehingga ia hanya diam saja. Alvan menyadari itu tidak ingin mengganggu sahabatnya. Atlas memejamkan matanya setelah ia tiba di ruang CEO. Pria itu meneguk air putih lalu melirik tumpukan dokumen yang harus ia kerjakan.
"Atlas, besok siang lo harus kencan lagi. Tante Leona sudah mencari perempuan lain untuk kencan sama lo." Alvan meletakkan dokumen yang ia bawa, tadinya ia ingin memberikan itu pada Atlas tapi di urungkan karena Leona mengirim pesan padanya.
"Gue gak mau kencan lagi." Atlas memijit keningnya yang terasa berdenyut-denyut, sepertinya ia akan demam.
"Kalau gitu kenapa lo gak kenal kan Roselara ke tante Leona? Gak perlu menikah dulu cukup memperkenalkan dia sebagai pacar lo."
Atlas menggeleng, Roselara bahkan tidak ingin hubungan mereka diketahui oleh siapapun kecuali Alvan dan Adrian. Terutama keluarga Harley, Rose masih belum siap untuk menikah. "Gak bisa, lo sendiri tahu karir Rose sebagai aktris sedang berada di puncak. Gue gak mau dia menyesal karena gue."
Alvan jadi ikutan pening, atasannya yang sedang memiliki masalah di percintaan ia juga jadi ikut memikirkan solusinya. Ini sangat tidak adil, Alvan tidak memiliki pacar tapi malah mengurusi urusan Atlas dan pacarnya.
"Sampai kapan? Rose gak perlu memikirkan soal karir Atlas, lo bisa memberikan dia semuanya."
"Dua tahun, gue harus menunggu dua tahun lagi." Alvan membelalakkan matanya, dua tahun bukanlah waktu yang sebentar bisa bisa Atlas di paksa ke KUA oleh Tante Leona.
"Dua tahun, jadi selama itu juga lo bakal kencan buta dengan banyak perempuan?" Alvan duduk di kursi yang ada di hadapan Atlas. Kapan lagi melihat Atlas tersiksa seperti ini.
"Gak, buang buang waktu." Atlas mengetuk jadi jemarinya di meja, memberikan bunyi yang dominan di ruangan itu. "Jadi, lo harus kasih gue solusi untuk permasalahan gue kali ini. Atau lo gue pecat."
"Gak, enak aja karena masalah lo gue yang dipecat. Gak bisa, gue bisa mengadu ke tante Leona kalau lo sampai benar benar pecat gue."
Atlas menatap Alvan datar, disini yang menjadi tapi siapa yang mengancamnya. Alvan juga membawa bawa nama Leona, ibu Atlas. "Yaudah, kalo gitu cepat kasih gue solusinya."
"Lo ribet tau gak Atlas, lo putusin aja Rose terus jadian sama perempuan tadi sudah pasti dapat restu dari Tante Leona. Kalau Rose lo bawa kerumah juga belum tentu Rose dapat restu." Alvan merasa aneh, perempuan di restoran tadi juga tak kalah cantik tapi kenapa Atlas malah memilih Rose yang tidak menentu itu.
Hubungan Atlas dan Rose memang masih pacaran. Tapi, mereka tidak sedekat orang orang pada umunya. Bertemu saja sangat jarang sekali, bukan Atlas yang tak ingin bertemu tapi Rose perempuan itu selalu sibuk dengan syuting dan juga pemotretan.
"Rose gak secantik itu sampai bisa buat lo bucin mampus kaya saat ini." Benar bukan, diantara jejeran para Artis Rose memang tidak begitu cantik. Cantik sih iya, tapi karena perawatan mahal tidak alami.
"Dia first love gue."
" jadi dia sahabat kecil lo yang hilang itu?" Atlas mengangguk mantap. "Darimana lo tahu? Gimana kalau dia bohong."
"Gak mungkin, boneka yang gue kasih ke sahabat gue itu ada di tangan Rose."
Flashback on
Seorang anak kecil tengah duduk di bangku taman. Anak laki laki itu hanya sendirian dengan mainan di tangannya. Tak ada yang ingin bermain dengannya karena dia penyakitan. Pandangannya menunduk tepat pada mainan yang ia pangku.
"Haii, kamu sendilian?"
Anak laki laki itu menatap seorang gadis kecil yang berdiri dihadapannya. Meskipun ucapan anak itu cadel tapi ia masih bisa memahaminya. "Ayo main." Anak perempuan itu tersenyum pada Atlas seketika Atlas terpana. Itu adalah kali pertama Atlas mempunyai seorang teman yang ingin berbicara padanya.
"Nama kamu siapa?" Tanya Atlas pada gadis kecil itu.
"Ayah panggil aku El. Kamu, nama kamu siapa?"
"Atlas." Atlas berusaha turun dari bangku yang ia duduki. Ia mendekati gadis itu, tapi gadis itu tidak menjauh seperti teman teman Atlas lainnya. "Kamu gak takut main sama aku? Mereka bilang nanti ikut sakit."
"Gak, kata ayah halus main sama siapa aja." Anak perempuan itu menoleh ke samping, dimana ada wanita dengan anak perempuan yang seumuran dengannya. "Ini buat kamu, aku halus pulang mama aku galak."
Atlas menerima permen lolipop itu, ia tidak memakannya tapi Atlas menyimpan lolipop itu nanti. "Atlas, maaf mama lama karena harus mengantri." Leona menyerah es krim pada Atlas, tapi Atlas menolak karena ia tidak ingin melepaskan mainan dan lolipop di tangannya.
"Loh kenapa? Kamu gak suka ya, sayang? Oh, itu permen dari siapa?"
Atlas tersenyum lalu menunjuk permennya pada Leona. "Ini dari teman Aku ma."
"Kemana dia?"
"Dia pulang."
"Ya sudah, kalau begitu ayo kita pulang."
Setelah kejadian itu, Atlas tidak pernah berjumpa dengan sahabatnya lagi. Atlas sibuk dengan pengobatannya, sampai akhirnya ayah dan ibunya memutuskan agar Atlas melanjutkan pengobatan di Singapura.
"Gak Atlas gak mau pergi sebelum bertemu temannya Atlas."
"Ayo sayang, kita akan liburan."
"Gak mau mama."
Akhirnya Leona mencari lebih dulu siapa teman Atlas. Leona berhasil menemukannya, tapi anak itu tidak bisa bertemu dengan Atlas. Alhasil, Leona memberikan gantungan kunci berbentuk boneka titipan Atlas pada El.
"Makasih tante, tapi aku gak bisa ikut. Ini buat Atlas."
Yah, gadis itu menitipkan selembar kertas dan juga sebuah lolipop untuk Atlas.Bahkan secarik kertas itu masih atlas simpan.
Atlas dapat sembuh berkat anak itu yang memberikan semangat padanya. Tapi saat Atlas kembali dari Singapura temannya hilang entah kemana. Atlas menemukannya kembali ketika ia bertemu dengan Rose, dimana Atlas tidak sengaja melihat boneka yang sama persis menjadi gantungan kunci tas Rose.
Flashback off
"Atlas, lo mikir apa sih? Gue dah jumpa solusi untuk masalah lo."
Atlas tersadar dari lamunannya, sedari tadi Alvan memanggilnya tapi Atlas tidak mendengar apapun karena ia sibuk dengan ingatannya saat kecil.
Atlas menatap Alvan yang setia tersenyum sumringah seakan menemukan harta karun.
"Solusinya adalah pacar palsu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments