05

°

°

°

"Mas Akmal, tunggu...!" Anaya segera berlari keluar dari kamar hotel dan mengejar suaminya.

Sedangkan Akmal terus berjalan santai sambil menggelengkan kepala disertai senyuman tipis. Sekejap saja dia sudah kembali ke mode awal, ketika Anaya telah berada di dekatnya.

"Mas Akmal, apa maksudnya terikat kontrak seumur hidup dengan Mas Akmal? Apa itu artinya......hahhhhh!" Anaya langsung menutup mulutnya. Matanya lagi-lagi membola saat pria yang kini menjadi suaminya itu mengacak rambutnya. Sedetik kemudian Anaya sudah berubah seperti orang tidak waras yang tersenyum-senyum sendiri bahkan tertawa cekikikan.

"Kondisikan tawanya, nanti aku dikira jalan sama orang tidak waras." Usai berkata, Akmal melanjutkan langkahnya setelah tadi sempat terhenti. Anaya berlari-lari kecil untuk mengimbanginya.

Akmal berniat memasuki salah satu restoran, namun Anaya menarik tangannya. "Mas, aku ingin makan yang segar dan berkuah, boleh ya?"

"Ya sudah, ayo!" Mereka pun keluar hotel menyusuri trotoar jalanan mencari makanan yang menyegarkan.

"Semua orang pada ke mana, Mas? Kok, tidak satu pun aku melihat mereka?"

"Sudah pulang, tadi Ibu diajak sama Bunda pulang ke rumah. Bunda ingin menjalin keakraban dengan Ibu."

Anaya terperangah mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh suaminya. 'Apa katanya tadi! Bundanya ingin berakrab ria dengan Ibuku? Baik sekali ini Bunda,' Pikir Anaya.

"Tidak usah bengong, ayo jalan!" Akmal menarik tangan Anaya dan itu membuat jantung Anaya berdetak tak beraturan. Sepanjang jalan matanya terus menatap suaminya tanpa sedikitpun berpaling pada jalanan, hingga Akmal menghentikan langkahnya.

"Anaya, aku tahu aku memang tampan, tapi kamu tidak perlu menatapku seperti itu!"

"Ya....?"

Merasa gemas, Akmal meraup muka Anaya sembari tertawa lepas memperlihatkan giginya yang tertata rapi. Dan Anaya semakin dibuat terpukau oleh senyuman suaminya yang belum dia lihat sebelumnya. Selama ini jika bertemu Akmal, Anaya selalu melihatnya dalam mode serius.

Akmal memasuki sebuah warung tenda yang menyajikan menu sup, lalu memesan dua porsi lengkap beserta nasi putih. "Kamu mau minum apa, Nay?"

"Teh tawar hangat saja, Mas."

Akmal langsung memesan minuman yang diinginkan istrinya. Sambil menunggu pesanan, keduanya saling diam tak tahu harus darimana mengawali obrolan, apalagi di tempat umum. Akhirnya yang bisa mereka lakukan hanya saling mencuri pandang dan melempar senyuman kala mata mereka beradu. Malu-malu meong tapi hati mereka mungkin menginginkan lebih.

Pesanan datang, Anaya tanpa ragu dan menjaga image ia langsung mengeksekusi makanannya. Melihat cara istrinya makan, Akmal tersenyum seraya menggelengkan kepala, lalu menyantap makanannya sendiri.

"Kamu kalau makan seperti itu, Nay? Tidak elegan banget," ejek Akmal saat dalam perjalanan kembali ke hotel.

"Sengaja, biar Mas Akmal tahu jeleknya aku. Jadi kalau misalkan Mas Akmal berubah pikiran, aku tidak akan merasa rugi."

"Maksud kamu apa? Rugi apa?"

"Maksudnya aku tidak rugi karena aku masih tersegel, hehehe."

Akmal langsung terkesiap mendengar ucapan Anaya yang terlalu jujur. Mana mungkin mereka berpisah secepat itu, bahkan sekedar berpikir pun tidak pernah terlintas. Karena Akmal sudah menerima Anaya, mungkin memang wanita itulah jodoh yang disiapkan Tuhan untuknya. Walaupun dalam hatinya dia mendambakan seorang istri yang anggun nan lemah lembut seperti Risna, tetapi nyatanya mereka tidak berjodoh.

°

Flashback on

Akmal duduk terpekur di balkon kamarnya. Ia memandang langit malam yang tampak cerah, namun sangat kontras dengan hatinya yang kelabu. Kini dia berusaha untuk melepaskan bayang-bayang Risna dalam hidupnya. Sulit memang, tapi dia bertekad untuk melupakannya.

Bohong jika dirinya tidak merasa kecewa dan sakit hati. Akan tetapi kembali lagi, bahwa segala sesuatu tidak bisa dipaksakan. Dia paham akan hal itu. Maka yang harus dilakukannya adalah mencoba mengikhlaskan dan melanjutkan hidupnya.

Dan kini Akmal merasa terusik dengan ucapan sahabatnya. "Apakah sebaiknya aku terima saja usulan Arbi? Bukankah dengan begitu keluargaku bisa terhindar dari rasa malu?" gumamnya lirih.

Akmal masih dilanda kebimbangan, tapi jika melihat raut wajah sang ibunda rasanya sungguh tidak tega. Dia kembali ke kamar, lantas masuk ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu, lalu menunaikan sholat sunah dua rakaat, dilanjutkan dengan bermunajat kepada Sang Maha Pencipta, memohon ketenangan jiwanya, dan diberikan jalan terbaik untuk masalah yang sedang merundungnya.

Selesai sholat Akmal mencoba memejamkan mata, melepaskan segala beban pikiran yang menghimpitnya. Sekejap kemudian dia pun terlelap. Akmal melihat bayangan Risna berlalu pergi menjauh tanpa menoleh sedikitpun ke arahnya. Tiba-tiba sesosok bayangan melintas dengan senyum pepsodent berjalan ke arahnya dan menarik tangannya.

Akmal terbangun dari tidurnya, lantas beranjak menuju balkon. Menengadahkan kepalanya ke atas memandang langit malam, lalu memejamkan mata. Namun lagi-lagi bayangan sesosok gadis tersenyum padanya hadir di pelupuk mata. Akmal kembali membuka mata, lalu dengan keyakinan hatinya pula ia menjatuhkan pilihan pada gadis yang mengusiknya lewat mimpi dan gadis itu adalah Anaya yang sekarang telah resmi menjadi istrinya.

Flashback of

"Mas Akmal, Mas!" Anaya melambaikan tangannya di depan wajah Akmal, sehingga membuat pria itu gelagapan.

"Mas Akmal sedang memikirkan mantan, ya?"

"Ngawur...! Sok tahu kamu!"

"Habis Mas Akmal sampai bengong begitu."

Tanpa menjawab Akmal langsung berlalu begitu saja, membuat Anaya harus kembali berlari-lari kecil untuk mengimbangi langkah kaki panjang suaminya.

°

Sesampai di hotel, Akmal tidak langsung menuju kamarnya. Pria itu justru melangkahkan kakinya menuju taman yang ada halaman samping hotel. Dia menghentikan langkahnya dengan tiba-tiba, membuat Anaya yang berada di belakangnya tak sengaja menabrak punggung kokohnya.

"Aaahh...! Astaga kenapa Mas Akmal berhenti nggak bilang-bilang, sih?" tanya Anaya sambil memegang dahinya.

"Memangnya apa yang kamu lihat, sampai tidak tahu badanku yang segede ini berhenti di depanmu?" balas Akmal seraya membalik badan.

"Hahhh...aku tadi lihat apa ya?" Anaya menepuk jidatnya, ia merasa konyol.

"Duhhh...kenapa aku jadi konyol begini sih...jaga image dong, Nay!" gerutu Anaya dalam hati.

"Hemmm... Mas Akmal itu beda banget sama pas malam itu menelponku. Suaranya sangat lembut mendayu-ndayu, aku sampai tidak mengenalinya. Yah walaupun aslinya ketus dan menyebalkan." Anaya bersungut dengan memajukan bibirnya.

Dahi Akmal mengernyit, mendengar perkataan Anaya. Akan tetapi dia kemudian teringat kembali bahwasannya istrinya adalah makhluk yang somplak bin nyeleneh jadi dia berusaha memaklumi.

Akmal mengambil napas dalam guna mengendalikan dirinya. "Maaf, kalau itu membuatmu tidak nyaman."

"Hahhh...!" Anaya bingung harus bagaimana. Dia menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Sampai akhinya dia memberanikan diri untuk bertanya sesuatu.

"Mas, kalau boleh tahu, apa alasan calon mantan istri Mas Akmal membatalkan pernikahan? Kan tidak mungkin tiba-tiba langsung berubah tanpa adanya alasan yang jelas," tanya Anaya dengan rasa penasaran.

Akmal diam seolah enggan berbicara. Hatinya masih terluka dengan kenyataan yang diterimanya kemarin.

"Jika Mas Akmal tidak mau menjawab tidak apa-apa." Anaya terdiam sejenak sambil memperhatikan bagaimana reaksi Akmal.

"Kita ini kan menikah tanpa adanya pendekatan terlebih dahulu, walaupun sebenarnya telah saling mengenal. Alangkah lebih baik jika kita saling terbuka satu sama lain. Dengan begitu kita bisa memahami pelan-pelan karakter pasangan itu seperti apa," lanjut Anaya mendadak bijaksana.

Akmal menoleh ke arah Anaya, menatapnya lama dalam diam, sebelum akhirnya memilih untuk terbuka.

"Aku dan Risna bertemu..." Akmal menceritakan awal pertemuaannya dengan Risna sampai akhirnya mereka memutuskan untuk menikah sampai kemudian Risna membatalkan pernikahan mereka.

"Astaghfirullah al'adzim...! Sabar ya, Mas," hibur Anaya. Dengan lembut ia mengusap lengan Akmal

°

Kediaman Pak Rusli

Semenjak hari itu, membatalkan pernikahan, Risna lebih memilih mengurung dirinya di dalam kamar. Sebenarnya ada rasa penyesalan di dalam hatinya yang terdalam. Dia pun tidak mengerti dengan dirinya, kenapa tiba-tiba berkeinginan membatalkan pernikahan padahal waktunya tinggal sehari lagi.

Akan tetapi Risna tak bisa membohongi dirinya sendiri, rasa cintanya pada Akmal masih tersisa. Entahlah kenapa dia begitu labil sehingga menelan mentah-mentah perkataan seseorang dan percaya pada orang tersebut.

°

°

°

°

°

°

Terpopuler

Comments

Marya Dina

Marya Dina

pantesan bun. kok ada yg berubah gtu pkirku
tapi ta baca lgi de atas..
sejauh ini msih ok kok bu
ttp semangat💪💪💪

2025-01-09

1

〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨

〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨

dihh, di atas Mas, di bawah Kak/Smug//Smug//Smug/





lha kok podo genku sing dek mbn dikomplen pembaca/Facepalm//Facepalm/

2025-01-09

1

👑Queen of tears👑

👑Queen of tears👑

seketika ibu² mulai mengeluarkan jurusnya 🤣🤣🤣 gosip jadi menyebarr cepat, mengalahkan kecepatan angin 🤣🤣

2025-01-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!