02

°

°

°

Suasana mendung menyelimuti kediaman keluarga Pak Denny. Begitu dingin dan sunyi selaras dengan penghuninya yang memilih bungkam, namun pikiran mereka terisi oleh berbagai praduga. Tak ada kehangatan bahkan Bu Marini masih merasakan dadanya berdenyut nyeri mengingat pernikahan putranya yang dibatalkan sepihak.

Bunda Marini menatap putranya yang malang dengan sendu. Akmal, pria yang cukup tampan, mapan dan punya karier cemerlang. Akan tetapi, sungguh miris, putra kebanggaannya itu justru dicampakkan oleh wanita sehari sebelum pernikahan. Padahal semua segala persiapan sudah seratus persen selesai, tinggal akad besok dan dilanjutkan dengan resepsi.

Sebagai seorang ibu, tentu beliau merasa tak terima itu begitu saja, dan menganggap ini sebagai penghinaan yang seakan mencengkeram erat sanubarinya, hingga terlalu sulit untuk meleburnya. Ditambah ego yang tinggi kian membelenggu batinnya. Netranya mulai berembun dengan pandangannya yang sedikit berkabut membuatnya terpejam untuk sesaat.

Pak Deni sebagai kepala keluarga berusaha tetap kuat dan tenang, meski harga dirinya tercabik-cabik. Siapa orangtua yang rela putra kebanggaannya dicampakkan begitu saja.

Sementara itu, dengan langkah terhuyung, Akmal mendudukkan dirinya dengan sembarangan di sofa. Ia meraup mukanya dan membiarkan telapak tangan itu menutupi wajahnya, mencoba menenangkan pikirannya yang berkecamuk. Meski berusaha untuk kuat dan baik-baik saja, tak dapat dipungkiri hatinya terasa bagai ditusuk belati yang tajam. Nyeri dan sangat menyakitkan. Ia tidak tahu harus bagaimana dan berbuat apa untuk melanjutkan hari-harinya esok.

Akmal mengingat kembali pertemuannya dengan Risna. Keduanya diperkenalkan oleh salah seorang sepupunya. Pribadi Risna yang malu-malu juga lemah lembut tutur katanya, membuat Akmal terpesona. Beberapa bulan saling mengenal, Akmal menyatakan perasaannya. Bak gayung bersambut, ternyata Risna juga menyimpan perasaan yang sama. Akmal kemudian membawa Risna ke rumah, memperkenalkannya pada kedua orangtua dan kehadirannya langsung diterima dengan baik oleh Pak Deni dan Bunda Marini.

Singkat cerita, karena sudah merasa cocok dan yakin dengan pilihan hatinya, Akmal pun menyampaikan keinginannya untuk meminang Risna. Tentu saja hal itu disambut baik oleh kedua orang tua mereka masing-masing dan langsung menentukan hari pernikahan. Bahkan Risna sendiri yang memilih kebaya dan gaun pengantinnya.

Setelah sekian lama hatinya mulai terbuka untuk seorang wanita, tapi kini harus merasakan kepahitan dan mirisnya lagi dia ditolak di hari menjelang pernikahan. Sebagai lelaki sejati, Akmal merasa dilemparkan jauh ke dasar jurang yang dalam. Terhempas dan tercampakkan bagai sampah yang tak berguna. Namun rasa cintanya pada Risna mengalahkan logika. Meski tak terima, tapi dia masih berharap gadis pujaannya berubah pikiran. Begitulah kira-kira yang terpikirkan olehnya.

Akmal kemudian bangkit dari duduknya dan membawa langkahnya keluar rumah.

"Mal, kamu mau ke mana?" tanya Arbi sang sahabat yang dari tadi berada bersamanya.

"Aku ingin menemui Risna dan mendengar sendiri darinya dan juga alasannya membatalkan pernikahan kami," jawab Akmal.

Arbi sang sahabat tentu saja tidak membiarkan sahabatnya sendirian. "Aku ikut," kata Arbi.

Sebagai sahabat tentu dia tidak akan membiarkan sahabatnya itu sendirian menghadapi masalah. Maka dia pun mengikutinya. Jadilah mereka pergi berdua ke rumah Risna.

°

Di sinilah mereka sekarang berada. Akmal duduk berdampingan dengan Arbi dan tepat berhadapan dengan Risna. Sementara Pak Rusli dan Bu Rahma masing-masing duduk di kursi single di samping sang anak.

 Akmal menatap Risna dengan pandangan sulit diartikan. Tanpa basa-basi dia pun memulai percakapan. "Benarkah itu Ris? Benarkah kamu ingin membatalkan pernikahan kita? Apakah kamu sudah yakin dengan keputusan yang kamu ambil?" tanya Akmal. Dalam hati ia berharap Risna merubah keputusannya.

"Iya, benar. Aku sudah yakin dan mantap. Sebaiknya memang pernikahan kita batalkan saja, daripada setelah kita menikah akhirnya harus bercerai," jawab Risna.

"Tapi kenapa begitu mendadak, Ris? Bukankah jarak dari aku melamarmu sampai kita akan menikah ada rentang waktu satu bulan? Lalu kenapa baru sekarang? Katakan padaku apa alasanmu!" Akmal terlihat emosional tangannya mengepal kuat, namun Arbi langsung memegang erat pergelangan tangan Akmal agar jangan sampai lepas kendali.

"Aku masih muda dan aku belum siap untuk menikah, itu saja," sahut Risna.

"Masih muda, ya?" gumam Akmal. Dia tersenyum getir mendengar jawaban Risna.

"Baiklah, jika itu sudah menjadi keputusanmu, aku terima. Aku lega karena mendengarnya langsung dari kamu. Terimakasih untuk waktu bersamaan kita. Dan mengenai apa yang sudah aku berikan padamu, aku ikhlas. Aku anggap itu sebagai sedekah bagi orang yang membutuhkan!" Perkataan Akmal begitu tenang namun penuh penekanan di akhir kalimat yang diucapkannya.

Pak Rusli dan Bu Rahma merasakan ucapan mantan calon menantunya itu bagaikan ujung pisau tajam yang mengoyak jantungnya. Namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa selain berusaha menahan rasa malu akibat ulah anak gadisnya.

 Akmal langsung berdiri dan pamit, setelah menyelesaikan ucapannya. Namun dia hanya bersalaman dengan calon mantan mertuanya, tanpa sedikitpun menoleh ke arah Risna. Akmal keluar rumah diikuti Arbi di belakangnya.

Setelah kedua tamunya pergi, Bu Rahma menjerit keras, meraung meluapkan rasa sesak di dada yang sejak tadi ditahannya. Suara tangisnya menggema memenuhi seluruh ruangan rumahnya.

"Puas kamu, Risna! Sudah puas kamu sekarang mempermalukan orangtuamu, hahhhh...!!" Bu Rahma kembali meraung. Sementara Pak Rusli hanya bisa diam dan berusaha menenangkan istrinya.

°

Akmal masuk ke dalam rumah dengan lesu dan kepala tertunduk. Arbi merangkulnya untuk memberi dukungan, setidaknya dia selalu ada di saat sahabat itu sedang terpuruk.

Bunda Marini menyambut kedatangan keduanya, lalu bertanya. "Bagaimana, Sayang? Apa Risna tetap pada pendiriannya?"

"Hemmm...begitulah," jawab Akmal singkat.

Beberapa saat suasana menjadi senyap, ketiganya sibuk dengan pikiran dan berbagai spekulasi yang ada

Begitupun dengan Arbi. Dia seperti memikirkan sesuatu, sebagai sahabat, dia ingin berbuat yang terbaik. Sampai akhirnya dia menyuarakan idenya. "Mal, aku punya ide. Bagaimana kalau kamu menikah saja dengan Anaya?" celetuk Arbi.

"Apaaa...? Anaya sahabat Adzana yang somplak bin nyeleneh itu?" tanya Akmal disertai gelak tawa. Sepertinya Akmal sudah lupa bahwa sesaat lalu dia baru saja dilanda gundah gulana.

"Siapa Anaya itu, Nak Arbi?" tanya Bunda Marini.

"Dia sahabat sejati Adzana, Bun," jawab Arbi.

"Dan kamu, Mal, jangan meremehkan gadis itu! Meskipun rada somplak tapi dia itu teman yang setia. Dia juga pekerja keras dan menjadi tulang punggung keluarganya, menanggung semua kebutuhan ibu juga kedua adiknya yang masih sekolah." Arbi berhenti sejenak, dia memejamkan mata lalu menghembuskan napas kasar.

"Naya itu anak yatim dan kalau kamu menikahi dia, bukankah itu akan menjadi ladang amal buat kamu?" Arbi menatap Akmal, ingin tahu reaksi sahabatnya itu

"Kalau begitu bunda setuju banget. Bagaimana denganmu, Mal? Kamu setuju, kan?" tanya Bunda Marini.

"Bunda kan belum mengenalnya, kenapa main setuju saja?" Akmal merengut.

"Setidaknya kita bisa terhindar dari rasa malu, dan uang kita tidak terbuang sia-sia," ucap Bunda Marini.

"Bunda yakin dia gadis yang baik. Dan cinta bisa hadir seiring berjalannya waktu, apalagi dia itu sahabat Adzana, pasti sudah sangat mengenalnya," lanjut Bunda Marini.

"Entahlah, aku tidak yakin, Bun. Aku masih belum bisa berpikir jernih, pikiranku masih kacau," ucap Akmal lirih.

°

°

°

°

°

Terpopuler

Comments

FT. Zira

FT. Zira

nasibmu miris amat sih Mal... gegara gangguin Arbi nih.. atau calan istrimu juga ngira kamu itu Gay... ehhh/Grin//Grin/

2025-01-06

2

〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨

〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨

pergi itu ya pergi, Bu. kabur
aku aja ngerti/Shy//Facepalm/

2025-01-06

1

ora

ora

Sama aja batal nikahnya😌😌😌

2025-01-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!