03

°

°

°

Nada dering telepon berbunyi nyaring dari ponsel, membangunkan seorang gadis bernama Anaya Putri yang tertidur pulas di atas ranjang dengan busa empuk. Dengan mata masih terpejam, dia segera meraih ponselnya dan mengangkat panggilan tanpa melihat nama si penelpon.

"Assalamualaikum, Gas. Ada apa malam-malam telepon? Apa Ibu sakit?" tanya Anaya masih dengan mata terpejam.

"Maukah kamu menikah denganku?" tanya seseorang dari seberang telepon.

"Haahhh... Anda siapa?" Sontak mata Anaya terbuka dengan lebar, dan ia sangat terkejut saat melihat layar ponselnya yang tertera nomor asing. Ia lalu bangkit dari tidurnya dan duduk dengan tegak.

"Maaf, Anda salah sambung!" Gadis itu berniat memutuskan panggilan

"Tunggu...! Aku sungguh-sungguh mengajakmu untuk menikah, dan aku tidak bercanda, aku serius dengan ucapanku. Please menikahlah denganku." Suara itu terdengar memohon, membuat Anaya mengernyit.

"Heeeh... Siapapun Anda, saya tidak peduli! Kita tidak saling mengenal, kenapa mengajak saya menikah? Maaf, sebenarnya Anda ini siapa? Tengah malam membangunkan orang tidur dan berbicara ngelantur. Anda ini mengigau atau apa?" tanya Anaya dengan intonasi tinggi.

"Maaf, jika aku mengganggu tidurmu, tapi aku bersungguh-sungguh dengan ucapanku, dan bukan mengigau atau apapun itu," jawab Akmal.

"Saya tidak mengenal Anda! Lagi pula darimana Anda tahu nomor ponsel saya? Pasti Anda mendapatkannya secara acak kan? Dan Anda pasti ingin menjebak saya, untuk kepentingan Anda sendiri!" Anaya tetap keukeuh pada pemikirannya sendiri.

"Lagipula saya belum ingin menikah, saya adalah tulang punggung keluarga dan masih harus membiayai kedua adik saya yang masih sekolah. Memangnya Anda sanggup menanggung beban keluarga saya? Lebih baik Anda menikah sama orang lain saja!" sambung Anaya.

"Tidak mau, aku maunya sama kamu, dan aku akan menggantikanmu bertanggungjawab atas keluargamu juga menyekolahkan adik-adikmu! Percayalah padaku, please!" Di seberang telepon, Akmal tampak hampir putus asa.

"Hahahaha...!" Anaya tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan pemuda tersebut.

"Heh...Anda pikir saya percaya? Sekarang Anda bicara seperti itu, tapi setelahnya pasti Anda akan ingkar janji. Itu sudah banyak terjadi di sekitar saya. Awalnya saja manis karena....eeehh?" Ucapan Anaya terhenti, ketika suara di seberang telepon mendadak berubah menjadi suara perempuan.

"Tolong, dengarkan saya ya, Nak. Seorang ibu dengan tulus meminangmu untuk menjadi pendamping anak lelaki saya. Dia pria yang baik, dan sangat setia," Bunda Marini mengambil alih ponsel Akmal, karena merasa gemas dengan perdebatan mereka.

"Sebenarnya besok adalah hari pernikahannya, tapi pihak mempelai wanita tiba-tiba membatalkan pernikahan tanpa alasan yang jelas. Jadi saya mohon, tolonglah kami dari rasa malu yang akan kami terima."

Anaya mendengarkan tanpa sedikitpun menyela perkataan ibu itu dari seberang telepon. Entah kenapa rasanya ada sesuatu menggelitik hatinya dan ia merasa bersimpatik pada ibu itu.

"Dan mengenai dirimu yang menjadi tulang punggung keluarga, insyaAllah anak saya akan mengambil alih tanggungjawab tersebut. Dan setelah menikah nanti, jika kamu kurang merasa cocok dengan anak saya, kamu boleh menggugatnya."

"Bun...! Aku tidak seburuk itu!" Terdengar suara protes dari seberang.

"Bagaimana, Nak? Tolong beri jawaban secepatnya, karena waktu sudah mepet tinggal besok. Saya sangat berharap kamu mau menerimanya," ucap Ibu itu penuh harap.

"Tapi, Bu. Saya belum mengenal putra Ibu, bagaimana mungkin saya menikah dengannya?" Ada rasa ragu menggelayut di hati Anaya.

"Percayalah, Nak! Kamu tidak akan menyesal, jika menikah dengannya. Saya yang akan menjamin dan kalau perlu saya akan membuat perjanjian tertulis untuk kalian," ucap Ibu itu meyakinkan.

Anaya menggigit ibu jarinya, pikirannya kacau tetapi dia tidak punya waktu banyak untuk berpikir. Satu kata 'iya' atau 'tidak' akan menentukan nasibnya ke depan.

Anaya memejamkan mata, mengambil napas dalam-dalam dan meniupkannya kasar. Keputusannya malam ini akan merubah hidupnya.

Sementara di tempat lain sedang harap-harap cemas menunggu keputusan dari Anaya.

Dia adalah Akmal Pratama, dan besok adalah hari yang sangat bersejarah dalam hidupnya. Dia akan mengakhiri masa lajangnya bersama seorang gadis yang sangat dicintainya.

Namun sehari penjelang pernikahan tiba-tiba pihak calon mempelai wanita datang bersama orangtuanya membatalkan pernikahan mereka.

Sakit dan kecewa tentu Akmal rasakan. Waktu, tenaga, dan pikiran tercurah untuk mewujudkan pernikahan impiannya, apalagi dia sudah menggelontorkan dana yang tidak sedikit untuk pernikahannya tersebut.

Akmal terus menatap layar ponselnya berharap segera mendapatkan jawaban. Dia duduk gelisah sambil meremas jemari tangannya dengan pikiran berkecamuk.

"Bagaimana, Nak? Apa keputusanmu?" tanya Bunda Marini dengan tidak sabar.

Hening dan tidak ada suara. Maka dengan segera Bunda Marini mengambil kesimpulan

"Baiklah, diammu berarti iya dan kamu setuju menikah dengan anak saya," kata Bunda Marini.

Klik

Anaya tampak terkejut mengetahui sambungan telepon telah terputus, padahal dia belum memberikan jawaban. Tak lama kemudian muncul pemberitahuan pesan di aplikasi whatsap miliknya.

Anaya segera membukanya, dan seketika matanya membulat dengan mulut terbuka. "Hahhh...apa-apaan sih, ini? Aku kan belum bilang iya, tapi kenapa si ibu itu mengambil kesimpulan sendiri?"

Lama Anaya termenung sampai akhirnya, terdengar bunyi klakson di halaman rumah tempat tinggalnya. Tak lama kemudian bel berbunyi .

Ting tong

 Anaya bergegas keluar kamar, lalu menyibak tirai jendela untuk melihat mobil siapa yang datang.Tampak olehnya seorang pria dewasa berusia sekitar empat puluh tahunan, berdiri di depan pintu.

Dilanda rasa penasaran, Anaya memberanikan diri untuk membuka pintu.

"Selamat pagi...Nona Anaya." Pria itu berkata dengan sopan.

"Se-selamat pagi, Anda siapa? Dan ada keperluan apa datang kemari?" tanya Anaya dengan terbata.

"Saya mendapat perintah untuk datang menjemput Anda. Mari, silakan ikut saya. Mempelai pria sudah menunggu Anda di sana," ucap pria itu.

"Hahhh....jadi ini beneran?" gumamnya dalam hati

Selanjutnya Anaya hanya mampu diam terpaku di tempatnya berdiri, pikirannya kosong, lidahnya seakan kelu tak mampu berkata-kata, saat dua wanita memegang kedua lengannya dan membawanya masuk ke dalam mobil.

°

Pagi itu di kediaman Pak Deni, mendung yang sempat menggelayuti kini seolah sirna tanpa bekas. Senyum ceria menghiasi wajah-wajah para penghuni rumah mewah itu. Seakan mereka telah terlepas dari beban berat yang menghimpit.

Bunda Marini menampakkan wajah sumringah, bibirnya terus menyunggingkan senyum merekah. Setelah mengklaim bahwa sahabat dari Adzana itu menyetujui menikah dengan Akmal putranya, beliau begitu bersemangat.

Pak Deni meskipun tidak secara terang-terang menunjukkan sikapnya, tetapi ayah Akmal itu langsung mempersiapkan semuanya. Mulai dari menghubungi seseorang untuk menjemput Anaya, dan juga menjemput keluarga Anaya yang ada di kampung.

°

Hotel yang menjadi akad nikah itu ramai oleh kerabat dekat maupun jauh, dari Pak Deni dan Bunda Marini. Bahkan Ibu Anaya dan kedua adik lelakinya, pun sudah tiba di sana dan tengah beristirahat di salah satu kamar.

Rombongan keluarga Akmal sampai di hotel, lalu menghampiri keluarga Anaya untuk berkenalan. Sedangkan Akmal sendiri sudah datang sejak pagi bersama Arbi. Akmal ingin memastikan moment pernikahannya berjalan lancar tanpa ada kendala, meskipun dirinya menikah dengan gadis yang tidak atau belum ia cintai.

Beberapa saat kemudian Anaya datang dengan wajah bingung, dan langsung disambut oleh pegawai hotel menuju kamarnya. Di sana sudah menunggu MUA yang akan menyulap wajahnya menjadi ratu sehari.

Sementara itu, beberapa saat kemudian di ballroom hotel, Akmal telah siap dengan balutan baju pengantin pria. Wajahnya terlihat berseri dan semakin menambah aura ketampanannya. Disampingnya duduk Pak Deni juga Arbi, serta pejabat setempat sebagai saksi pernikahan. Pak Penghulu telah hadir bersama stafnya, juga Bagas adik lelaki Anaya yang bertindak sebagai wali nikah.

Pukul sembilan tepat akad nikah dimulai. Pak Penghulu segera melakukan tugasnya.

Akmal mengucapkan ijab kabul dengan lantang dalam satu tarikan napas tanpa keraguan, dan kata 'SAH' menggema memenuhi udara di ruangan ballroom hotel tersebut.

°

Ibu Miyatun dan Bunda Marini mengapit mempelai wanita di kiri dan kanan, menuju tempat ijab kabul dilaksanakan. Namun begitu sampai di sana, Anaya langsung terpaku di tempatnya. Mata dan bibirnya membulat sempurna.

"Kak Akmal...? Jadi...???" Anaya langsung membekap mulutnya tak percaya.

°

°

°

°

°

Siapa yang pengin seperti Anaya,,,?😂😂😂

Terpopuler

Comments

👑Queen of tears👑

👑Queen of tears👑

SAH/Curse//Curse//Curse//Curse//Curse//Curse//Curse//Curse//Joyful//Joyful//Facepalm/
tak kantongin langsung sertifikat lahannya /Proud//Proud//Joyful//Joyful/

2025-01-08

1

👑Queen of tears👑

👑Queen of tears👑

ini orang taunya knp gak komplen sikap anaknya yang sebentar-sebentar mau,, sebentar² tdk 🤣🤣🤣

2025-01-08

1

Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah)

Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah)

jangan sampai kamu jd pengganggu dlm rumah tangga akmal nanti ya

2025-01-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!