Jonathan Point of view:
🌿🌿🌿
Karena dialog singkat dengan gadis tadi, aku terlambat pada hari pertamaku. Di pintu gerbang sekolah sudah ada beberapa guru yang menyambut kedatangan kami. Pak Wiji selaku pihak kesiswaan, dia menghukumku dengan menyuruhku hormat di bawah tiang bendera.
Setelah seperempat menit aku berdiri, datanglah gadis pink tadi yang menatap tajam ke arahku. Pak Wiji juga menghukum nya dengan hormat bendera seperti yang ku lakukan. Untung saja udara nya mendung jadi nggak begitu panas.
“Ternyata kita satu sekolah?” tanyaku pelan sembari melirik nya. Dia hanya diam saja tidak menjawab ucapanku.
“Cepat sekali nyampe sini?” tanyaku lagi agak lebih keras.
“Bukan urusanmu, awas ya kalau sampai aku masuk angin,” gerutu nya.
“Ya, berjemur di sini biar bajumu kering,” celetukku.
“Ini bahkan mendung, mana bisa kering,” kata nya mulai melotot kesal kepadaku.
“Jangan galak galak, bukan nya sudah ku ganti rugi,”
“Aku tidak mau barangmu, akan ku kembalikan,” sahutnya.
“Itu jam mahal loh,”
“Aku tau,” jawab gadis itu singkat.
“Mana mungkin kamu tau, brangkat sekolah aja jalan kaki,” ledekku.
“Aku jalan kaki dari rumah untuk mencapai jalan raya dan mencari angkutan umum, bukan berarti aku ini miskin. Kalau aku miskin, mana mungkin aku bisa sekolah di sini,” celetuk nya.
Sejenak aku memikirkan kata katanya. Dia benar, mana mungkin dia sekolah di sini kalau memang miskin.
“Lalu? Kenapa naik angkutan umum?”
“Bukan urusanmu, memang nya aku harus cerita semua padamu,” kata gadis itu ketus.
Setelah hukuman selesai, kami berjalan untuk memasuki kelas. Gadis itu merogoh saku nya dan memberikan jam tanganku tadi, dia menarik tanganku dan menaruh jam tersebut di telapak tanganku.
“Simpan saja, aku nggak butuh,” katanya cuek.
“Zea…” sapa seorang cowok pada gadis itu.
Zea? Jadi nama nya Zea?
“Ya,” jawab nya singkat.
“Kenapa bajumu kotor begitu?” Tanya cowok itu lagi.
“Bukan urusanmu,” jawab nya masih dengan wajah kesal melewati cowok itu begitu saja.
Ada ya perempuan sedingin itu? Apa sifat dingin itu keturunan? Jangan jangan ibu nya lebih dingin dari dia. Aku bergidik ngeri membayangkan ibunya.
Aku memasuki kelas baruku, aku juga mulai memperkenalkan diri karena aku siswa baru. Semua siswi bersorak kecuali gadis bernama Zea tadi. Dia bahkan mengacuhkanku yang sedang memperkenalkan diri.
Aku mulai melangkahkan kakiku menuju bangku yang masih kosong ketika guru mempersilahkanku untuk duduk. Aku berjalan melewati gadis itu.
BRUGH….
Aku terjatuh tersungkur di depan gadis bernama Zea itu. Seluruh kelas menertawakanku ketika aku terjatuh. Aku tau kenapa aku jatuh, kaki gadis bernama Zea itu sengaja terjulur ke samping untuk membuatku jatuh.
Dia tersenyum padaku sambil menjulurkan lidahnya sebentar. Aku bangkit berdiri dan mengabaikan ejekan teman sekelasku. Aku masih berdiri tepat di depan Zea, aku membungkukkan badanku dan membisikkan sesuatu di telinga nya.
“Jaga cara dudukmu, celana dalam pinkmu terlihat. Besok besok pakailah luaran, apa kamu lupa memakai luaran untuk hari ini?” tanyaku berbisik pelan sekali.
Wajah nya memerah dan dia mengepalkan tangan nya dengan kuat.
BUGH….
Mendaratlah tinju nya di hidungku hingga berdarah. Aku meringis mengusap darah yang mengalir di hidungku.
“Zea, Ibu tau kamu juara ilmu beladiri jujitsu, tapi nggak buat mukul orang sembarangan. Ayo ikut Bu Eva ke ruang guru,” kata Bu Eva.
Dia berdiri dan menatapku kesal, tidak ada satupun kata yang keluar dari mulut mungil nya itu. Jujitsu’? Apa itu ilmu beladiri yang dari jepang itu? Jadi gadis itu pintar beladiri?
“Kamu juga Jo,” tambah bu Eva.
Kami berdua mengikuti bu Eva ke ruang BK. Guru bimbingan konseling tersebut bertanya banyak sekali pertanyaan, ini masih hari pertama dan aku harus masuk ke ruang BK.
“Kenapa kamu memukul Jonathan?” Tanya Bu Eva.
Zea hanya diam tidak menjawab satupun pertanyaan, mulut nya benar benar terkunci.
“Coba ceritakan yang terjadi,Jonathan,” kata Bu Eva.
“Saya hanya berjalan tapi kaki nya terjulur ke samping hingga saya jatuh,” kataku sedikit melirik ekspresi apa yang akan keluar dari wajah gadis itu.
“Kamu nggak bakalan jatuh kalau kamu jalan nya hati hati, lihat sana sini dan nggak nylonong gitu aja,” cerocosnya dengan tatapan penuh dendam.
“Mazea, minta maaf pada Jo,” kata Bu Eva.
“Dia juga harus minta maaf ke saya, Bu,” sahut nya.
“Salah apa aku?” kataku.
“Banyak! Aku nggak akan terlambat kalau nggak ketemu kamu,” gerutu nya.
“Lalu kenapa kamu tadi meninju Jo?” Tanya Bu Eva.
“kata katanya tidak sopan, Bu,” kata Zea.
Dia diam tapi menatapku kesal.
“Aku hanya memperingatkanmu untuk menjaga cara dudukmu, coba lihat kakimu mencelakaiku,” kataku membela diri.
Setelah berdebat dengan cukup lama. Hasil nya adalah kami berdua mendapatkan point, jika point melakukan kesalahan itu semakin banyak maka terpaksa pihak sekolah memanggil orangtua kami. Kami kembali ke kelas dalam keadaan hening. Dia bahkan melenggang dengan santai nya di depanku dan menganggapku tak ada.
Itulah sekelumit kisahku di hari pertama kali sekolah di sekolah baruku. Tidak ada hal menarik yang bisa ku ceritakan di rumah. Yang ku bisa hanya duduk di depan tivi dan menonton tayangan nickelodeon sambil makan kue buatan mommy tadi pagi. Mommyku tidak akan pulang jam pulang sekolah, dia perempuan yang sibuk dengan proyek nya bersama tante Mika.
“Kenapa kayak orang galau gitu sih?” Tanya Zizi.
Dia adalah putri dari manajer daddy tapi entahlah kenapa dia memanggil daddy dan mommy juga pada kedua orangtuaku. Umur nya beberapa tahun lebih tua dariku. Tapi kami masih terlihat seumuran.
“Aku ketemu cewek aneh, Zi," sahutku.
"Panggil aku kakak, aku lebih tua darimu," sahut Zizi.
"Males," sahutku singkat.
"Cewek aneh kayak apa? Bukan kayak Briana kan?"
"Hampir, tapi gaya nya doank, serba pink. Aku benci cewek manja," kataku bergidik.
"Benci dan cinta itu beda tipis, manja itu beda sama aneh, Jo," sahut Zizi.
"Tapi nggak seluruh nya mirip Briana, Zi. Brianna ceria, sedangkan dia dingin kayak es batu. Apa sikap dingin itu keturunan ya, Zi?" tanyaku.
"Ada beberapa orang yang memang bersikap seperti itu tapi bukan berarti hatinya juga dingin, Jo," sahut Zizi.
"Gayamu ngomong uda mirip psikolog saja," celetukku.
"Iyalah, aku kan memang mahasiswa jurusan psikolog. Ada beberapa type dan jenis orang yang sedang ku pelajari. Termasuk kamu, seseorang yang sulit beradaptasi dengan lingkungan baru," sahut Zizi.
"Pulang sana dah, aku nggak mau jadi bahan observasimu," kataku malas.
"Aku kesini kan nyari uang, Jo. Aku mau minta uang sama mommy," celetuk Zizi.
"Dia bukan mommy mu, berhentilah menganggap orangtua ku seperti orangtuamu," kataku malas.
Like, like, like... 😀
Comment, comment, coment... 😀
Vote, vote, vote.... 😀
Kasih bintang lima juga ya... 🍂🍂🍂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Erni Fitriana
aku baca ulang karya mu k misbach
2022-08-29
0
Erni Fitriana
i like u story k author....kata" nya enak dibaca kyk percakapan langsung...face to face...
2022-08-29
1
Riska Wulandari
hemmm Jo & Zea
2022-03-19
0