Dengan geram akhirnya Alisya pergi ke perpustakaan bersama dengan Ray. Ray justru senang akhirnya bisa berduaan dengan gadis yang tengah ia kejar. Namun berbeda dengan Alisya. Gadis itu nampak begitu kesal karena tak dapat mengikuti kelas pagi ini. Dan lagi, ia harus membuat laporan penelitian sebagai hukumannya.
Alisya memilih duduk di pojok yang tidak terlalu banyak orang. Ia ingin fokus dengan tugasnya dan tak ingin ada gangguan. Sedangkan Ray duduk di depan Alisya sambil terus memandanginya tanpa jemu.
"Sudah puas menatapku belum? Kalau sudah, bisa minta tolong carikan beberapa buku sebagai referensi," ucap Alisya datar. Ray tersenyum tipis.
"Apa hadiahku?"
"Hadiah?" ucap Alisya terkejut.
"Iya, hadiah jika aku membantumu mencarikan buku-buku itu," balas Ray santai. Alisya menghela napasnya sejenak.
"Aku dihukum dan tidak bisa mengikuti kelas pagi ini semua gara-gara kamu. Tapi kamu masih ingin hadiah?" ujar Alisya sambil menatap Ray dengan tajam. Ray mendekatkan wajahnya tepat di depan wajah Alisya. Membuat Alisya membelalakkan matanya.
"Aku ingin makan siang sama kamu," ucap Ray. Alisya masih terdiam.
"Ya sudah kalau tidak mau, aku pergi," ujar Ray lalu ingin beranjak dari sana. Buru-buru Alisya menahannya.
"Baiklah, tapi kamu harus ikut membantu membuat laporan ini. Aku tidak mau nilaiku jadi jelek gara-gara kamu." Akhirnya Alisya menyetujuinya meskipun masih kesal. Ia juga tidak ingin mengerjakan tugas itu sendirian. Karena ini adalah salah Ray, bukan salahnya.
"Serahkan semua padaku," balas Ray sambil mengedipkan sebelah matanya. Membuat Alisya bergidik ngeri.
Akhirnya Ray dan Alisya bersama-sama mencari beberapa buku sebagai referensi tugasnya. Ini adalah pertama kalinya Alisya dihukum dan tidak diizinkan mengikuti kelas.
Ray mengambil laptop Alisya dan mulai mengerjakannya. Sedangkan Alisya yang mencari sumber mana yang akan ia tulis. Ray begitu fokus dengan pengerjaan tugasnya.
"Kalau lagi fokus begini keren juga dia," batin Alisya yang diam-diam mengamati Ray.
"Tidak, tidak! Pria playboy seperti dia mana ada kerennya, huh!" gumamnya lagi.
"Oke, sudah selesai, tinggal cetak saja," ucap Ray sambil merenggangkan tubuhnya.
"Sudah selesai? Kau yakin?" tanya Alisya tak percaya. Ia mengambil alih laptopnya dan mengeceknya. Membaca sekilas hasil laporan yang dikerjakan oleh Ray.
"Kau meremehkanku? Hmm?" tanya Ray lalu mendekat ke arah Alisya. Ia menyeringai menatap Alisya. Membuat Alisya salah tingkah dan gugup.
"Baiklah, nanti aku yang cetak dan menyerahkan kepada pak Wijaya," tutur Alisya. Ray tersenyum tipis melihat tingkah Alisya.
***
Saat ini mereka sudah berada di kantin kampus. Alisya dan Ray duduk saling berhadapan dengan beberapa menu makanan di depan mereka. Ray merasa senang, karena akhirnya Alisya mau makan siang dengannya. Berbeda dengan Alisya yang merasa tertekan dan tak nyaman. Ray tersenyum kala memperhatikan Alisya yang sedang menikmati makanannya.
"Kamu kenapa sih? Sepertinya gelisah," tanya Ray. Alisya menengok ke kanan dan ke kiri.
"Aku hanya takut diserang oleh pacar kamu," jawab Alisya. Ray tertawa lebar mendengar jawaban tersebut.
"Aku nggak punya pacar, tenang aja," balas Ray santai. Alisya hanya memutar bola matanya dengan malas.
Beberapa menit berlalu. Mereka sudah selesai makan siang. Alisya sedikit menyandarkan tubuhnya pada kursi karena sedikit kekenyangan. Sedangkan Ray pergi untuk membayar makanannya di kasir.
"Makasih ya traktirannya," ucap Alisya sambil berdiri. Ia meraih tasnya dan ingin pergi dari sana. Namun Ray menghentikan Alisya.
"Setelah ini mau ke mana?" tanya Ray. Alisya berbalik menatap Ray.
"Kelas," jawab Alisya singkat. Ia melepas genggaman tangan Ray darinya dan segera pergi dari sana. Sebelum ke kelasnya, Alisya mengumpulkan tugas yang diberikan oleh pak Wijaya tadi lagi.
Ray ikut pergi dari sana dan memilih untuk menemui teman-temannya. Di kafe seperti biasa yang tak jauh dari kampusnya. Tempat yang biasa untuknya nongkrong di saat senggang.
"Bro, dari mana saja kamu?" tanya Vino yang melihat Ray baru tiba. Ia segera duduk di samping Vino lalu menghela napasnya sejenak.
"Aku tadi dihukum sama pak Wijaya. Tapi, lebih senangnya lagi aku bisa dekat dengan Icha," ujar Ray senang. Ray mengeluarkan ponselnya dan membuka game onlinenya.
"Trus gimana dengan Gita? Kamu tinggal gitu aja?" tanya Andre. Ray menatap Andre sekilas lalu kembali fokus pada ponselnya. Ia tersenyum tipis.
"Gita itu hanya untuk teman kencan saja. Aku juga tidak punya perasaan padanya. Berbeda dengan Icha," jawab Ray yang masih fokus bermain game online.
Tanpa mereka sadari, Gita sudah berdiri di belakang mereka. Ia merasa sedih saat Ray mengatakan demikian.
"Ray," panggil Gita dan berusaha baik-baik saja. Ia duduk di samping Ray dan bergelayut manja di bahu Ray. Ray menatapnya dan mencium kening Gita sekilas.
"Nggak kuliah?" tanya Ray. Gita menggeleng pelan. Ia menatap layar ponsel Ray yang sedang memainkan game.
"Kenapa?" tanya Ray.
"Males, dosennya bosenin," jawab Gita. Ray hanya tersenyum.
Vino dan Andre hanya bisa terdiam. Mereka berdua tidak ingin mengganggu Ray dan Gita. Suasana di sana menjadi canggung bagi Andre dan Vino.
***
Alisya baru tiba di kelasnya. Ia mendudukkan dirinya di kursi yang biasa ia tempati. Alisya menopang dagunya dengan kedua tangannya. Tatapannya lurus ke depan yang berarti ia sedang melamun.
"Cha!" ujar Laura yang mengagetkan Alisya.
"Hmm..."
"Ciyee.. Yang tadi makan siang sama Ray," goda Laura. Kini Laura duduk di depan Alisya. Alisya menjadi salah tingkah.
"Apaan sih. Biasa aja tuh," balas Alisya. Laura justru semakin tertawa.
"Hah, itu hanya karena Ray mengerjakan laporannya saja. Aku juga tidak mau makan siang sama dia kalau tidak terpaksa," jelas Alisya. Semakin Alisya berusaha menjelaskannya kepada Laura, membuat Laura semakin gencar menggodanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Sweet_Seventeen
lanjut kak😊
2020-08-30
0
Syamna Syam
lnjut thor...
2020-08-30
1
Mita Yuniarti
ciiieee Icha mulai muji Rey,,🤭
2020-08-30
0