Alisya Clarissa Kirania. Anak bungsu dari pasangan Arvin dan Alina kini sudah tumbuh menjadi remaja yang lebih dewasa. Saat ini ia sedang menempuh pendidikan sebagai seorang dokter. Alisya kuliah di salah satu Universitas ternama di Jakarta. Sudah berjalan hampir dua tahun Alisya menjadi mahasiswa di Universitas tersebut.
Jauh dari orang tua membuatnya menjadi wanita yang mandiri dan semakin dewasa. Jika dulu ia selalu bermanja pada orang tuanya karena ia adalah anak perempuan satu-satunya, kini ia berbeda. Hanya satu kekurangannya, yaitu tidak bisa memasak makanan sendiri seperti ibunya, wkwk.
Sikap Alisya yang pemberani dan tegas, juga terkadang sedikit ceroboh membuat sebagian pria kagum terhadapnya. Apalagi saat di kelas waktu jam perkuliahan, Alisya terkenal dengan pemikiran kritisnya. Dan itu membuat sebagian temannya terkagum melihatnya.
Saat ini, ia sedang duduk di bawah pohon sekitar kampus bersama sahabatnya, Laura. Sudah hampir dua tahun ini mereka menjadi dekat dan saling mencurahkan cerita kehidupan masing-masing. Alisya sedang membaca buku sedangkan Laura menyusun laporan tugasnya di laptop.
"Cha, bagaimana dengan cowok yang kemarin? Ada perkembangan?" tanya Laura. Alisya akrab disapa dengan sebutan Icha saat di kampusnya.
Alisya menghentikan membacanya. Ia memutar bola matanya dengan malas. Lalu beralih menatap Laura.
"Aku tidak tertarik padanya. Lagipula dia cukup terkenal di kalangan cewek-cewek," jawab Alisya. Laura menghela napasnya sejenak.
"Terkenal di kalangan cewek-cewek bukan berarti tidak serius denganmu Cha! Sepertinya dia serius ingin menjalin hubungan sama kamu," ujar Laura.
"Aku tidak peduli. Untuk saat ini aku hanya ingin fokus dengan kuliahku," ucap Alisya. Ia melanjutkan kembali membaca bukunya.
"Semenjak kejadian itu, aku takut untuk membuka hatiku pada pria lain. Aku hanya tidak ingin mereka mencintaiku karena fisik. Aku ingin mereka mencintaiku dengan tulus dari hatinya. Itulah kenapa aku selalu tidak percaya dengan adanya cinta. Bagi mereka kaum lelaki, itu hanya bualan saja untuk mendapatkan apa yang mereka mau," gumam Alisya.
Ia teringat peristiwa saat ia masih duduk di bangku SMA. Saat itu ia masih kelas X semester dua.
"Cha? Kenapa bengong?" tanya Laura. Ia menggoyangkan lengan Alisya agar Alisya mendapatkan kesadarannya kembali.
"Eh, nggak apa-apa kok. Ayo ke kelas, pelajaran akan segera dimulai," ucap Alisya. ia berdiri dan disusul dengan Laura. Mereka berjalan menuju kelas mereka.
Alisya sampai di dalam kelasnya. Namun di tempat duduknya sudah ada seorang laki-laki tengah berdiri di sana. Alisya menghela napasnya sejenak. Laki-laki itu sungguh serius mengejar dirinya.
"Kamu bukan dari kelas ini kan? Ngapain di sini?" tanya Alisya datar. Ia menampilkan ekspresi tak suka pada pria itu.
Pria itu berdiri dengan tegap. Ia tersenyum tipis melihat sikap Alisya padanya. Sungguh manis dimatanya.
"Aku hari ini akan belajar di kelas ini dan duduk di sampingmu," jawab pria itu santai.
"Ayo duduklah, kelas akan segera dimulai," ucap pria itu dan mempersilakan Alisya untuk duduk.
"Kau!" ujar Alisya kesal. Namun ia tidak ingin mencari gara-gara saat ini. Alisya terpaksa duduk di samping pria itu.
Rayputra Arjun Favian. Laki-laki tampan yang selalu menjadi pusat perhatian para wanita di sekelilingnya. Saat ini ia sedang mengejar cinta dari gadis yang bernama Alisya. Ya, pria yang akhir-akhir ini selalu datang kepadanya dan mendekatinya. Ray, sapaan akrabnya.
Ray satu jurusan dengan Alisya. Mereka hanya berbeda kelas saja. Ray ingin mengenal Alisya lebih jauh lagi. Ia terpesona pada Alisya saat pandangan pertama. Kebetulan juga mereka satu organisasi di program studi mereka. Jadi, sudah sering juga Alisya dan Ray bertemu.
Alisya tak pernah menanggapi serius sikap Ray padanya. Berbicara seperlunya dan bersikap semestinya, itu yang dilakukan Alisya saat bertemu dengan Ray.
Seperti hari ini, Ray nekad masuk ke kelas Alisya demi untuk berdekatan dengan Alisya. Ia sungguh terpesona dengan Alisya.
Tanpa terasa jam mata kuliah hari ini selesai. Alisya hanya diam saja sedari tadi. Sedangkan Ray senyum-senyum sendiri sambil memperhatikan Alisya.
"Mau pulang sekarang? Bagaimana kalau kita makan dulu di kantin," ucap Ray saat melihat Alisya berdiri dan ingin beranjak dari tempat duduknya.
"Maaf ya, aku sibuk," jawab Alisya. Ia berlalu begitu saja.
Ray berlari untuk menghentikan langkah Alisya. Ia menarik tangan Alisya dan tidak mempedulikan teriakan Alisya yang minta melepaskan genggaman tangan Ray. Ray membawa Alisya menuju kantin.
"Hei, apa kamu tidak dengar? Aku tidak ingin makan di kantin bersamamu!" ucap Alisya. Namun Ray hanya acuh.
Sampainya di kantin, Ray memesan beberapa makanan dan minuman. Ia tidak melepas genggaman tangannya. Ray dan Alisya duduk bersandingan.
"Lepaskan tanganmu dariku! Kenapa kamu tidak sopan sama sekali?" ujar Alisya kesekian kalinya.
"Duduk dan nikmati makanannya saja," balas Ray.
"Bagaimana bisa menikmati makanannya? Kamu menggenggam tanganku terus," ujar Alisya.
"Ya sudah, biarkan aku yang menyuapimu," jawab Ray santai.
"Tidak! Lebih baik aku tidak makan!" tolak Alisya.
Ray menghela napasnya sejenak. Ia menyendok makanannya dan memakannya dengan nikmat. Alisya hanya memandangi Ray dengan kesal. Tiba-tiba Ray menyodorkan sendok berisi makanan ke depan bibir Alisya. Alisya masih menatap Ray dengan geram.
"Makanlah, aku tahu kamu sudah lapar. Jika kamu tidak mau memakannya, aku tidak akan melepas genggaman tanganku," ujar Ray. Alisya memutar bola matanya dengan malas. Betapa tidak tahu malunya pria dihadapannya ini. Alisya terpaksa makan siang bersama dengan Ray. Namun bukannya makan sendiri, ia justru disuapi oleh Ray.
Laki-laki ini kenapa terasa tidak asing bagiku? Siapa dia sebenarnya? gumam Alisya yang memperhatikan Ray. Ia sedang mengingat-ingat siapa laki-laki ini sebenarnya.
Selesai makan, Alisya langsung meninggalkan Ray begitu saja. Ia tidak ada niatan untuk dekat dengan Ray apalagi sampai menjalin hubungan dengannya. Setelah membayar makanan yang ia pesan tadi, Ray segera menyusul Alisya. Hari ini, ia harus mendapatkan nomor telepon gadis itu. Ia sungguh tergila-gila dengan Alisya.
"Cha tunggu!" ucap Ray.
Alisya seketika menghentikan langkahnya. Baru kali ini ia melihat laki-laki yang begitu tak tahu malunya yang terus mengejarnya. Padahal Alisya sudah menolaknya berkali-kali namun tetap saja Ray masih kekeh mengejar Alisya.
"Ada apa lagi? hari ini aku sudah menuruti semua kemauanmu ya! Kamu jangan tidak sopan padaku!" ucap Alisya geram.
Ray hanya menyengir sambil menatap Alisya. Ia tidak peduli bahwa Alisya sudah menolaknya berkali-kali.
"Minta nomor telepon kamu dong, boleh ya?" ujar Ray.
Alisya hanya menatap Ray dengan kesal. Ia mendorong Ray lalu Alisya segera berlari meninggalkan Ray. Ray terdiam di posisinya. Tak mungkin juga ia terus menyusul Alisya. Ray duduk di kursi yang terletak di dekatnya. Ia mengacak rambutnya dengan kasar. Baru kali ini ia ditolak oleh seorang gadis yang ia cintai. Biasanya mereka yang selalu merebutkannya dan Ray selalu berganti pacar setiap tiga bulan sekali atau setiap kali ia merasa bosan.
"Apa dia sama sekali tidak terpesona olehku? Menarik juga dia," gumam Ray. Sebelum ia mendapatkan Alisya, ia tidak akan berhenti mengejarnya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Asri Devi
semangat
2021-01-01
0
Aisyah Isyah
menarik sii
2020-12-31
1
Rah27
Mulai baca😊
2020-09-23
1