Episode 2

Hari pertunangan itu berjalan meriah, walau tidak dengan hatiku. Rasanya hal buruk itu baru saja dimulai, semua bersorak mengucapkan selamat padaku dan Bara.

"Aku tunggu undangan pernikahan kalian," kata beberapa tamu padaku dan Bara.

"Segera," jawab Bara sambil menatap kearahku.

Itu kali pertama aku menatap wajahnya, wajah tampan dengan senyum tulus dibibirnya. Aku cukup terkesima menatap wajah laki-laki itu. Dia yang sedari tadi menyadari diriku memperhatikannya langsung mendekat kearahku.

"Ada apa? Kenapa kau menatapku sampai seperti itu," tawanya.

Aku tidak menjawab, enggan untuk berbicara atau hanya sekedar tersenyum. Aku berjalan menjauh dari hadapannya, tapi Bara meraih tanganku. Mencium lembut jemari tanganku, aku kaget sontak melepaskan tanganku yang digenggam erat olehnya.

"Beri aku kesempatan," kata Bara masih menatap wajahku.

"Tidak akan," teriakku sambil pergi meninggalkannya.

Aku masih sekuat tenaga menahan kesedihanku, sampai suara itu membangunkan hayalku.

"Sudah cukup menangisnya, besok kau akan segera jadi pengantin," senyum Ibu Ardi.

"Besok? Kenapa secepat itu?"

"Karna aku tak sabar menjadikanmu menantuku," tawa ramahnya.

"Tapi tante.."

"Chika, aku tahu apa yang ingin kau katakan! Mengertilah, kau dan Ardi itu tidak jodoh. Kau hanya akan menikah dengan Bara," kata Ibu Ardi dengan wajah kesal.

Aku diam, menutup mulutku rapat-rapat, karna tak ada satupun yang mau tahu kesedihanku saat ini. Saat acara selesai aku berjalan pelan kearah taman rumah itu. Aku lihat Ardi ada disana, duduk dikursi taman sambil melamun.

"Ardi," sapaku pelan.

"Kau? Kenapa kau ada disini? Apa yang sedang kau cari? Kakakku yang akan jadi calon suamimu itu?" Ardi tak menatap kearahku dia membuang pandangan kearah lain.

"Ardi, aku minta maaf," kataku sambil mengusap tangan kanan Ardi.

"Lepas, kau bahkan tidak punya hak lagi atas diriku. Menjauhlah, kau akan segera menikah dengan Kakakku. Jangan terus memberiku harapan, yang hanya akan membuatku semakin hancur." Ardi mengusap airmata yang jatuh dipipinya. Airmataku pun tak luput membasahi pipiku, aku memeluk hangat tubuh Ardi. Kulihat Ardi memejamkan matanya ikut merasakan hangatnya pelukkanku saat itu.

"Kenapa semua harus terjadi pada cinta kita," kata Ardi sambil mendekatkan wajahnya kearahku. Aku tidak menjawab, tapi aku merasakan sentuhan bibir Ardi mendarat dipipiku.

"Aku mencintaimu Chika," bisiknya diiringi tangis.

Aku mengusap wajah Ardi yang dipenuhi airmata, lalu kembali memeluk tubuh Ardi dalam kebisuan. Itu adalah pelukkan terakhirku untuk kekasihku, kekasih yang akan menjadi adik iparku.

****

Keesokkan harinya aku bangun lalu aku keluar dari kamar, aku menatap takjub pada rumahku yang sudah didekorasi sangat indah. Ibu menuntunku kearah kamarnya, disana ada perias yang siap mendandaniku.

"Apa aku akan menikahinya hari ini?" tanyaku pada Ibu. Bahkan aku tidak ingin menyebut nama calon suamiku itu.

"Iya, jaga sikapmu. Usahakan tidak menangis saat acara ijab kabul, kalau sampai kau mempermalukkan aku. Lihat saja adikmu yang akan menanggung semuanya," ancam Ibu dengan wajah marahnya.

Beberapa jam berlalu, ijab kabul sudah diucapkan oleh Bara dengan suara lantang. Itu tandanya sudah tidak ada harapan untukku bersama Ardi. Kini aku sudah syah menjadi istri Bara, Kakaknya Ardi. Aku membendung airmataku, berusaha untuk tersenyum didepan semua orang. Tapi hatiku menjerit keras, menolak semua sumpah pernikahan ini.

Bara mengecup keningku, dia juga memintaku untuk mencium tangannya tanda hormatku padanya. Kali ini aku tak menolak, karna kulihat Ibu berkali-kali mengancamku lewat tatapan matanya.

"Sekarang kau sudah syah menjadi istriku, bersiaplah untuk malam pertama kita," senyumnya.

Aku memalingkan pandanganku, untuk menjauh dari Bara. Aku begitu jijik membayangkan malam pertama yang bahkan bagai mimpi buruk bagiku. Menikah dengannya itu bukan bagian dari rencana hidupku, tapi aku tidak bisa menolaknya.

"Ayo," kata Bara sambil merangkul mesra tanganku.

Bara mengajakku menyambut para tamu yang hadir dipesta pernikahan itu. Aku tersenyum mengikuti langkah kakinya, walau sungguh hatiku benar-benar hancur saat itu. Ardi datang menghampiriku dengan senyuman yang sedikit dipaksakan.

"Selamat untukmu, semoga kau bahagia bersama Kakakku," kata Ardi sambil memberikan kado untukku.

Aku menatap cukup lama kearah Ardi yang berada dihadapanku, lalu dia tersenyum sambil berbisik,

"Tersenyumlah, kau kini sudah benar-benar menjadi Kakak iparku," bisiknya.

Bukannya tersenyum justru airmata yang sekuat tenaga sejak tadi kutahan, tak terbendung juga. Aku tanpa berpikir panjang memeluk tubuh Ardi didepan para tamu undangan. Aku memeluk erat tubuh Ardi sambil menangis histeris, aku lupa bahwa saat ini aku sudah menikah dan punya status sebagai istri dari Kakak Ardi.

Ibu tiriku menarik tanganku, melepaskan pelukkanku ditubuh Ardi.

"PLAK.."

Tamparan keras dilayangkan Ibu tepat dipipiku, rasanya begitu sakit. Tapi rasa sakit tamparan ini tak sebanding dengan rasa sakit dihatiku.

"Apa yang Ibu lakukan," ucapku sambil memegangi pipiku yang ditampar Ibu.

"Harusnya Ibu yang bertanya kepadamu, apa yang sedang kau lakukan? Kau sudah menikah, kenapa kau berani memeluk pria lain dihadapan suamimu?" bisik Ibu dengan geram.

"Maaf," kataku sambil menundukkan kepala, tak berani menatap Ibu.

"Mendekat pada suamimu, dan jangan berulah lagi," kata Ibu sambil pergi meninggalkanku.

Bara mendekatiku, memberi saputangan untuk menghapus airmataku.

"Jangan menangis lagi," bisiknya pelan ditelingaku.

Bara menuntunku keluar dari pesta itu, wajah lembut dengan senyum ramah menghiasi bibirnya.

"Aku tahu kau begitu membenciku, karna kau harus menikah denganku. Tapi aku percaya, seiring berjalannya waktu kau akan menerima kehadiranku dihatimu," senyum Bara.

"Sebenarnya apa alasanmu menikahiku? Bukankah kita ini tidak saling kenal?" tanyaku dengan raut wajah kesal.

"Kita saling kenal, hanya mungkin kau melupakannya," tawa kecil Bara.

"Kapan? Dimana?" aku benar-benar penasaran menunggu jawabannya.

"Di Australia saat kau dapat beasiswa disana! Kita pernah beberapa kali bertemu," tawanya.

Aku mengingat kembali kejadian beberapa tahun silam, dimana saat itu aku belum mengenal Ardi. Aku mendapat beasiswa di Australia, lalu aku bertemu dengan laki-laki tampan yang ternyata satu kebangsaan denganku. Dia salah satu seniorku di Universitas itu, laki-laki ramah dan baik hati namanya Farel. Aku menatap kearah Bara, sambil membandingkan wajahnya dengan Farel.

"Kau Farel?" tanyaku terkejut. Dia tersenyum sambil menganggukkan kepala, mengusap lembut wajah Chika.

"Bara Alfarel, itu nama lengkapku," ucapnya.

Aku mengingat kembali masa itu, disaat aku kehilangan dompet dan semua uangku. Laki-laki bernama Farel inilah yang menolongku, dia memberi uang tabungannya untukku agar aku bisa bertahan hidup disana.

Aku juga begitu mengingat jelas, saat dia harus hujan-hujanan untuk menjemputku selesai kuliah. Farel selalu bilang jika dia mengkhawatirkan aku, karna aku belum mempunyai kawan disana.

Aku masih menatap laki-laki itu, wajah tampan dan ramah yang dimiliki Farel. Memang sejak awal bertemu aku tidak pernah menatap secara detail seperti apa rupanya. Sampai tawanya membangunkanku dari hayalanku tentang sosok pria baik dimasalaluku.

"Apa kau mengingat aku?" senyumnya.

"Iya, aku mengingatmu. Kau laki- laki baik yang selalu menolongku saat aku kesulitan. Tapi, kenapa kau harus melakukan ini padaku? Kenapa kau menikahiku, sementara kau tahu kalau aku ini pacar adikmu Ardi," kataku agak kesal menatapnya.

"Kadang disaat kau mencintai, kau tak pernah memerlukan alasan. Begitupun aku, aku tidak punya alasan untuk semua rasa cintaku kepadamu," kata Bara sambil mencium pipiku. Seketika aku mematung, tubuhku tak dapat bergerak saat Bara memeluk tubuhku. Ada apa ini? Kenapa aku membiarkan laki-laki ini memeluk tubuhku?

Tetap beri dukungan untuk Author ya Kak. Tinggalkan jejak Komen, Vote, Like atau Jempol agar Author semangat lanjutin ceritanya.

Terimakasih.

Terpopuler

Comments

Dania

Dania

💜💜💜💜💕💕💕💛💛💛💕🖤🖤🖤🖤❤️💙💙❤️💗💖💖🌷🖤🖤🖤💝💝💚💚🖤🖤🖤♥️♥️💝🖤🖤🖤❤️💙💙❤️🖤🖤💛💛💕💜🖤🖤🖤🖤

2021-10-26

0

Farsdik Wind

Farsdik Wind

Katanya ud pcrn m ardi dr awal kuliah.. Lha kq ud dkt aj m farel... Bingung

2021-10-06

0

Farsdik Wind

Farsdik Wind

Katanya ud pcrn m ardi dr awal kuliah.. Lha kq ud dkt aj m farel... Bingung

2021-10-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!