“Hei!!! Jangan lakukan itu! Sungguh perbuatan itu dilarang oleh Allah S. W. T. Turun ya mari kita bicarakan apa masalah kamu,” Ia mendekat ke arah Hira yang sudah berdiri di sebuah jembatan.
“Aku! Aku capek hidup!” Diiringi tangisan yang ikut menyayat hati Axell.
“Enggak boleh begitu! Allah memberi cobaan karena ia percaya kamu pasti bisa melewatinya. Tak ada takdir yang jahat karena dari semua itu kita bisa mengambil sebuah pelajaran hidup.”
Perlahan menarik lengan Hira sampai keduanya terjatuh ke atas trotoar, Hira menindih badan Axell serta pandang kedua manik matanya saling mengunci. Hingga Hira tersadar ada yang terasa sakit diperutnya, Axell terkejut dan langsung berdiri mencoba menenangkan hatinya serta jantung nya yang kini berpacu lebih cepat.
“To-tolong,” Mencoba menggapai lengan Axell untuk membantunya berdiri sedangkan tangan kanannya memegangi perut.
“Kita ke rumah sakit sekarang ya!” Tanpa aba-aba Axell membopong tubuh mungil Hira, masuk ke dalam mobilnya. Menancap pedal gas menuju rumah sakit dengan kecepatan tinggi karena Hira semakin tersakiti.
Tak terasa kini keduanya sampai di rumah sakit, perlahan Axell membopong Hira masuk seraya memanggil suster untuk membawa brankar. Sedangkan sang empu sudah tidak sadarkan diri, Axell menunggu di depan ruangan sambil berjalan kesana kemari.
“Hallo bos, ada info terbaru.”
“Apa? “
“Gadis yang bos cari ada dirumah sakit sekarang” Ujar seseorang di seberang telepon.
“Seperti nya aku butuh asisten yang lebih gercep dan jeli serta cerdas lagi,” Menghela nafas panjang. “Sekarang saya ada di rumah sakit dan bersama orang yang saya cari jadi info kamu ini sebenarnya sudah terlalu basi ya Han!”
Lalu menutup panggilan secara sepihak ia kembali fokus dengan pemeriksaan dokter.
“Permisi dengan keluarga pasien?”
“Saya temannya dok, gimana keadaan Hira saat ini?”
“Dia sudah lama sebentar lagi akan sadar, akhir-akhir ini seperti nya ia tidak rutin minum obat yang saya resepkan. Dan juga seperti nya ia tidak konsultasi dengan psikiater yang saya sarankan dan mungkin belakang ini ia banyak tekanan. Tapi tidak usah khawatir saya sudah memberikan obat penenang untuk nya .”
“Baiklah lakukan yang terbaik dok, saya akan bayar berapapun biaya nya.”
Setelah dokter pergi Axell terdiam hingga badannya terperosok ke lantai yang dingin. Ia mengusap rambut nya kasar dan menenggelamkan wajah nya dibalik katupan tangan.
“Saya janji akan bertanggung jawab maaf saya lancang telah menyentuhmu yang notabene nya belum menjadi halal bagi ku. maaf ya saya lancang membuka ponsel kamu tak ada niatan lain hanya ingin mengabari keluarga mu saja ,” tuturnya pelan.
Ia mengetik beberapa pesan di ponsel Hira, tak berselang lama datanglah dua orang paruh baya satu laki-laki , satu perempuan. Axell menyambut.
“Maaf anda berdua ini bibi dan paman nya Hira?”
“Iya saya paman nya, dan ini istri saya,Kita permisi untuk menjenguk Hira.”
Axell menganggukan kepala, ia sedari tadi belum menjenguk Hira namun alangkah baiknya kini ia mengalah terlebih dahulu. Bagaimanapun juga mereka berdua lagi yang berhak tau kondisi Hira.
Namun hatinya terasa gelisah kala paman dan bibi nya Hira tak kunjung keluar dan terlebih ada terdengar suara sayup-sayup orang minta tolong. Dengan cepat ia berlari masuk ke dalam ruangan dan hal pertama yang ia lihat adalah Hira sudah tergeletak di lantai dengan beberapa bercak darah yang mengucur dari perutnya.
Ketenangan batin Hira belum sembuh total ditambah seperti nya paman dan Bibi menyiksanya hingga dia terkapar di lantai .
“Dasar menyusahkan!!! Kemarin kabur dari Pak Daniel dan sekarang,Masuk rumah sakit. Kamu ini saya suruh cari uang bukan buang-buang uang!!!”
“Iya merepotkan! saya menyesal merawatmu sampai besar jika ujung-ujungnya saya rugi banyak ! Harus mengurus kamu yang penyakitan!”Timpal Bibi Lili seraya menunjuk muka Hira dengan telunjuknya sedangkan pamannya menjambak rambut Hira sampai dia meringis kesakitan .
“Cukup! Apa-apaan kalian! Setidaknya jika sudah tak mau mengurus biar kan dia hidup sendiri jangan disiksa seperti ini! Lagi pula semua biaya rumah sakit sudan lunas!”
Tegas Axell.
“Halah ,tau apa kamu bocah tengik! Ayo ikut saya pulang dan kamu harus melayani Pak Daniel kalau tidak kamu akan didenda!”Sambil menyeret lengan Hira, dengan sekali raih Axell melayangkan bogem mentah ke pipi paman nya Hira.
“Jangan ikut campur urusan keluarga kami!”Tegasnya hingga kedua manik matanya serasa ingin keluar.
“Mas tolong aku, aku janji bakal lakuin apapun asalkan selamatkan saya dari mereka…”Bulir bening terus membasahi pipinya.
Axell menghapus air mata Hira dan menepuk pelan bahunya.
“Baiklah, apa syarat untuk membebaskan Hira dari kalian!?”
“Asik nih, 1 miliar !”
“Baik! Dimata kalian Hira hanya bernilai 1 m, ambil cek ini!” Menulis nominal di cek tersebut , “Dan setelah ini kalian tidak boleh muncul di kehidupan Hira entah itu sekedar batang hidung kalian!”
Setelah menerima uang dari Axell paman Hira yang bernama Beni itu keluar bersama istrinya. Hira masih tertunduk menangis di lantai yang dingin itu, perlahan Axell membantunya naik ke ranjang lagi.
“Aku janji akan mengganti uang terse___”
“Tidak usah di ganti, asalkan kamu mau menjadi pengganti pengantin wanita saya,”Lalu ia berjalan menjauh menuju jendela.
“Apa! Aku tidak bersedia.”
“Aku tau, kamu tau sesuatu dibalik kematian calon istri saya jadi tolong bantu Aku kali ini saja maka semua hutang mu ku anggap lunas. Jika perlu akan kubuatkan surat kontrak pernikahan kita.”
Hira terdiam bayangan mengerikan itu kembali mengisi pikiran nya hingga tak terasa ia menangis.
“Aku tidak tau siapa yang bunuh calon istri mu, dan aku juga tak ada hubungan dengan nya.”
“Tolong lah, apa perlu aku bersujud untuk memintamu membantu ku. Lagi pula aku sudah menyentuhmu yang bukan halal bagiku.”
Suasana hening tak ada yang berucap kata lagi, keduanya fokus dengan pikiran masing-masing. Hira merasa tak enak karena bagaimanapun juga Axell sudah membantunya keluar dari jeratan keluarga Bibi dan pamannya.
“Baiklah jika kamu terus diam berarti ku anggap kamu setuju untuk menikah dengan ku besok. Sekarang istirahat kan tubuh mu jangan sampai kelelahan,” lalu pergi meninggalkan Hira sendiri dengan pikiran yang sangat berkecamuk di dalam dirinya.
Ia masih belum bisa mencerna apa yang terjadi saat ini, setahu nya kemarin melihat pembunuhan dan mobilnya dibakar. Tapi ia tak bisa melihat dengan jelas dan saat ini ia harusnya sebagai saksi malah harus menjadi pengganti pengantin wanita.
Ruangan yang sunyi dengan malam yang semakin larut membuat nya tak bisa tidur dengan nyenyak terlebih pikiran nya belum tenang.
“Yaaa! Gimana aku tidurnya kalau bayangan mengerikan dan tawaran yang membuat jantung ku ingin copot ini selalu menghantui pikiran ku,” Membolak-balikkan badannya agar menemukan posisi yang membuat nya nyaman.
Keesokan harinya
Hira mulai membuka kedua matanya dan langsung melihat ada 2 orang perempuan satu seusianya dan satunya paruh baya. Merasa bingung dengan kehadiran dia orang tersebut hingga akhirnya Axell masuk ke dalam ruangan.
“Hallo selamat pagi calon istri.”
“Hah! Calon istri.”nadanya semakin merendah.
“Nak , ayo Umma dandanin nanti kalian akad jam 8 pagi.”
“Akad? Umma? Hah apa sih, ini mimpi ya?”
“Kamu gak mimpi nak, makasih ya kamu sudah mau menjadi pengganti pengantin . Umma janji akan menyayangi mu seperti umma menyayangi Ning Rea.”
Setelah bersiap-siap mereka langsung menuju masjid untuk melangsungkan akad dan baru nanti siang menuju tempat resepsi yang digelar privat.
Setibanya di masjid Hura masih bingung seumur hidupnya baru kali ini masuk masjid dan itu pun tepat hari ini ia menikah.
“Mas, sebelum kita nikah apa kamu gak mau nanya aku paham agama atau tidak?”
“Bagi ku paham atau tidak nya itu bukan hal masalah, karena aku sendiri yang akan membimbing nya sampai kamu paham dan menjadikan kamu istri sholehah serta satu-satunya.”
Hira tertunduk diam dan umma menghampiri nya seraya menggandeng lengan calon menantu nya itu.
“Nak, jangan risaukan hal lain, kamu mau menikah saja umma sudah berterima kasih karena kamu menyelamatkan keluarga kami dari rasa malu.”
“Nah iya kak, gak usah insecure kita semua sama-sama makhluk biasa di hadapan Allah. Mending kita mulai aja gimana akad nya.”
“Boleh,” Axell berjalan menuju penghulu sedang kan Hira beserta Aira dan umma duduk dibelakang.
“ Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan.” Dengan satu kali tarikan nafas.
“Alhamdulillah, mari semua kita panjatkan doa untuk kedua mempelai yang sedang berbahagia hari ini. Semoga keluarganya sakinah mawadah warahmah.”
“Aamiin.”
“Alhamdulillah selamat ya Nak Hira sekarang kamu adalah bagian dari keluarga kami. Semoga juga anak Umma bisa membimbingmu untuk meraih surga nya Allah. Amiin,” Mengusap pelan bahu Hira dan mencium kening ny.
“Makasih Umma dan Aira telah memberi restu untuk aku menjadi istri Mas Axell . Aku tau pasti dulu calon pengantinnya lebih paham agama dan aku minta maaf karena aku tidak seperti dia.”
Axell berjalan menghampiri Hira serta Umma dan adiknya, senyum tipis terukir jelas di sudut bibirnya. Hira tau manik mata itu tidak pernah bohong jika dibalik senyuman ada luka yang tak bisa ia ungkapkan.
“Sudah jangan risaukan hal itu, bangun lah rumah tangga seperti sejuknya rumah tangga Rasulullah SAW. Semoga anak umma ini bisa membimbingmu dengan baik. Dan jangan pernah tinggi kan suara mu kala istrimu berbuat salah atau berbeda pendapat. Ragukan lah ia seperti hal nya Rasulullah kepada istrinya.”
Umma menangis terharu melihat anaknya menikah. “Umma jangan nangis, kan Aku udah nikah dan nama baik keluar kita dan juga keluarga Rea.”
Bukannya berhenti Umma semakin menangis karena ia sangat tau persis anaknya begitu dalam mencintai Rea hingga ajal terlebih dahulu menjemputnya dari pada Qobiltu dari anaknya. Hira diam melihat keduanya namun ia sangat paham jika Mas Axell sangat mencintai calon istri nya yang meninggal kemarin.
Andai kata ia tak terjebak dalam kasus meninggal nya calon istri Axell serta ia tak dibantu lepas dari Paman dan Bibinya mungkin hari ini ia sedang menikmati kebebasan tanpa ada status pernikahan.
“Kak jangan melamun, gak baik loh. Eh ya Mas kan belum doa buat kak Hira.”
Axell menganggukan kepala lalu mendekati Hira namun dalam langkah pelan semakin mendekat dan tiba-tiba bayangan saat pamannya menyiksa diri nya berputar dalam ingatan.
Ketika Axell tepat di depannya ia malah memundurkan tubuhnya . “Kenapa? Jangan takut aku suamimu . Dan aku juga tidak akan menyiksamu, kemari lah.” mendengar ucapan lembut Axell meluluhkan hati Hira hingga mendekat kembali.
Dan untuk pertama kali ia mencium punggung tangan suaminya serta keningnya dikecup lama oleh Axell. Seumur hidup nya baru kali ini ada orang yang menciumnya dengan hangat dan tanpa paksaan.
“Assalamu'alaikum nak.”
“Wa'alaikum salam.”
Kedua orang tua ning Rea hadir dan memberi selamat serta doa untuk kedua nya. Mereka juga berterima kasih karena Hira mau menggantikan Rea , bagaimanapun juga undangan sudah disebar dan tak mungkin acaranya batal.
“Kenapa pelukan ini sangat nyaman, apa ini rasanya dipeluk seorang Ibu. Tapi ini Ibunya Ning Rea, andai saat ini aku masih bisa memeluk ibu ku pasti akan menjadi hari yang sangat membahagiakan.” Batinnya lalu mengukir senyum simpul serta menghapus air mata Ummi Marwa.
“Kami selaku orang tua Rea , meminta maaf sebesar-besarnya kepada keluarga bapak Kyai Hasyim karena musibah ini terjadi di luar kendali kita. Jujur saya sangat merasa kehilangan namun semua ini adalah sebuah takdir. Semoga Hira dan Gus Mahen bisa bahagia dunia akhirat menjadi pasangan yang rukun.”
“Kamu ikhlaskan anak ummi ya biar dia tenang dialam sana, Ummi yakin saat ini dia tersenyum melihat kamu menikah . Kalau kamu mau main ke pondok pesantren kami juga diperbolehkan Gus dan Ning ya sekarang.”
Setelah mengucapkan itu Kedua orang tua Rea pamit pulang. Hira tau persis seperti nya pernikahan ini sangat membahagiakan. Axell sangat mencintai Rea dan latar belakang keduanya sama-sama dari figur seorang Kyai hebat yang sudah terkenal.
Hira kembali berfikir mengingat siapa wanita itu karena ia yakin Ning Rea dibunuh oleh seseorang.
“Udah yuk kita kan harus ke tempat resepsi.”
Keempat nya berjalan ke tempat resepsi dan bisa dilihat gedung yang didesain begitu mewah dengan tamu papan atas seperti kolega bisnis dan para petinggi, serta ulama.
Saat mulai memasuki venue Hira mendapatkan sosok yang tak asing , seketika pegangan tangan nya semakin erat di lengan Axell. Tubuhnya bergetar dan nafasnya terasa tersengal kala melihat sosok itu semakin melotot kan manik matanya.
“Hira,”
“Hir… kamu gak papa? Atau ada yang mengganggumu?”
“Eh… nggak papa kok Mas.”
“Ayo kita ke altar , peluk lengan ku.”
Hira tersenyum lalu perlahan melangkah menuju altar dan selalu menundukkan wajahnya. Terlebih di hadapan wanita yang usianya sebaya dengan nya namun terlihat seperti ada dendam yang terselubung di kedua matanya.
“Mas kamu kenal itu siapa?” Bisiknya setelah duduk .
“Iya kenal , deket banget malah dia biasanya bantuin mbak-mbak di dapur ndalem sama dia mengajar juga udah ada gelar ustadzah nya.” Jawab Axell dengan senyuman renyah nya.
“Nanti lanjut deh, ada yang mau aku omongin lagi, tunggu acara nya selesai. Tapi ku ingin ke toilet deh.”
“Ya udah ayo aku antar.”
Hira menepuk paha suaminya, “Enggak ya, aku mau sama Aira aja tapi aira nya kaya lagi sibuk .”
“ Em… . Sama dia aja gimana yang tadi kamu omongin.”
Hira segera menggelengkan kepala,dengan cepat ia pergi ke toilet sendiri. Dalam benaknya masih menyimpan banyak pertanyaan hingga tanpa sadar ada seseorang yang tiba-tiba ada di samping nya.
“Kenapa? Kaget ya? Jangan takut aku gak akan makan kamu kok paling buat kamu kaya yang sebelumnya.” Ujarnya dengan senyum smirk membuat bulu kuduk meremang.
“Apa maksud nya?”
“Aku kasih kamu waktu 1 bulan untuk menikmati kebahagiaan, aku janji setelah itu kita akan sering bertemu wahai Britney Zahira Ayla yang manis.” Mengusap pipi Hira dengan lembut namun terasa menekan.
Mencekal tangan wanita tersebut, “Apa maksud mu? Apa kita saling mengenal?”
“Bukan hanya kenal tapi kita akan dekat sedekat nya haha, jadi nikmati dulu ya manis permainanku sangat seru loh. Dan kamu tahu ini apa?” Mengulurkan sebuah baju bercak darah bau anyir nya masih terasa menusuk di hidung.
“Da-darah!!!” Hira berteriak hingga histeris ia trauma darah.
“Pergi! Kamu pergi dari sini! Aku gak mau lihat lagi!”
“Baiklah aku pergi tapi ingat ya tanggal 11 bulan depan kita ketemu lagi,”Bisiknya terdengar jelas oleh Hira hingga membuat nya kembali histeris.
Hira terduduk di bawah samping wastafel ia menutup kedua telinga nya dan menyembunyikan wajahnya.
Venue
Axell mencari Hira kesana kemarin namun tak kunjung ketemu, sudah lama ia berada di toilet. “Loh kak kok sendiri, kak Hira dimana?”
“Tadi pamitnya ke toilet tapi belum kunjung ditemukan, kakak juga udah cek di toilet gak ada.”
“Aduhh… baru jadi istri belum sehari udah kabur, kakak galak pasti nih kaya kak ros.”
“Enak aja! Gini-gini bisa didik kamu jadi wanita yang kuat sekuat umma.”
Tiba-tiba ada bodyguard menghampiri Axell dan Aira jika mereka mendengar ada seseorang yang sedang berdiri di atas rooftop. Entah mengapa hati Axell mengatakan jika itu Hira dengan berlari sekencang nya ia menuju rooftop.
“Hira! Hira!.”
Axell melihat Hira yang sedang menangis histeris sambil menatap ke bawah.
“Hira plis ingat Allah ya sayang, sini kalau ada apa-apa cerita sama Mas. Turun ya , jangan begini okey.” Hira tak menghiraukan panggilan dari suaminya karena pikirannya dipenuhi dengan bayangan penyiksaan paman nya.
Dengan sekali tarikan Hira berhasil ditarik oleh Axel walaupun endingnya Tubuh Axell dijadikan seperti matras.
Axell membantunya berdiri dan mengusap pelan air mata yang membasahi pipi. Ia mendekap wanita yang baru hari ini sah menjadi istrinya itu, berharap dia menemukan kenyaman dibalik pelukan yang ia berikan.
Mengusap pelan bahu sang istri dan mencoba menenangkan, sedangkan Aira baru saja tiba bersama bodyguard lainnya dengan nafas tersengal-sengal.
“Alhamdulillah masih aman dan selamat, gak bisa bayangin lah kalau sampai ada apa-apa ini aja Mas Axell sudah setengah waras walaupun di depan orang lain ia mencoba tetap baik- baik saja.”
Setelah dirasa isakan tangis Hira tak terdengar lagi ia melepaskan pelukan dan mendapati Hira telah tertidur . Dengan penuh kehati-hatian ia membopong sang istri dikawal dengan beberapa bodyguard serta Aira.
“Ra sampaikan ke Umma kalau kakak langsung pulang ya, dan gak ke pondok.”
“Kakak masih gak mau pulang ke pesantren kah? janji nya kalau kakak udah sukses jadi Ceo terus udah punya istri mau balik lagi ke pesantren.”
“Iya lain waktu ya nanti Kakak diskusi dulu sama Hira, kita pilih jalan tengah aja.”
Setelah mengucapkan itu Axell membawa istrinya pulang. Sepanjang perjalanan Hira tak bangun sama sekali malah semakin memeluk lengan Axell dijadikan seperti guling.
“Masya Allah cantiknya.” Batin nya.
Tak butuh waktu mereka telah sampai di perumahan mewah dengan diawasi beberapa bodyguard. Terlebih lagi rumah yang dihuni saat ini sangat privat bahkan umma serta Aira saja tidak tau.
Langkahnya yang cepat mampu membawa Hira ke kamar dan merebahkan nya perlahan.
“Tidur lagi aja ya, bangun besok aku suruh maid yang hapus make up kamu.” Lalu mengusap pelan rambut Hira.
“Maaf sekali lagi ya, mungkin kamu akan tersakiti jika tau aku sangat-sangat mencintai Rea sehingga untuk mencintaimu pun aku tidak tau masih ada ruang atau tidak di hati kecil ini.”
Axel beranjak ke kamar mandi terlebih dahulu setelah selesai bebersih ja memanggil maid untuk membantu mengganti pakaian serta membersihkan wajah Hira.
Sedangkan dirinya langsung berkutat di ruang kerja hingga larut malam.
Sesekali ia memijat pelipis saat berdenyut nyeri, dan meneguk kopi .
“Rea kamu tahu hidupku hambar sekarang seperti minuman kopi tanpa gula dan bubuk kopi. Kamu tega ya tinggalin aku sendirian bersama mimpi-mimpi yang sudah kita susun rapi. Ya Allah hamba hanya bisa berencana namun engkau lah yang menentukan.”
Ia mengusap wajahnya frustasi, momen saat Rea dimakam kan masih terngiang jelas dalam ingatan terlebih baru saja 1 minggu dan dengan cepat juga ia harus menemukan pengganti disaat ijab qobul tiba.
“Aku tegar nya diluar dalam nya tetap hancur lebur bahkan tak sanggup lagi untuk berdiri,”Kini tangis nya pecah dan tanpa ia sadari ada Hira di depan ruangan nya .
Dengan ragu ia mengetuk pintu tersebut, Axell yang mendengar pun seraya membuka pintu terlihat jelas di depan nya. Wanita mengenakan piyama putih sambil menenteng secangkir teh hangat.
“Kamu kenapa gak tidur lagi, dan sekarang bisa bawa teh kesini.”
“Aku gak bisa tidur, aku bosan, ini teh untuk Mas . Sama aku lapar tapi para maid sudah beristirahat gak enakan kalau aku berisik.”
“Kamu bisa masak?”
Hira menganggukan kepala sebagai jawaban.
“Masak aja gak papa, pintu nya ditutup semua yang area dapur biar gak terlalu berisik, ayo aku temani.”
Axell menggandeng tangan Hira menelusuri beberapa ruangan hingga sampai di dapur. Dengan cekatan Hira memotong beberapa sayuran serta bumbu lainnya.
Sejenak Axell terkesima dengan Hira, jika dilihat-lihat wajah serta postur badannya mirip sekali dengan Rea bahkan suaranya sama persis. Dan entah mengapa pandangan nya enggan teralih ke arah lain.
“Tara… udah jadi, makan yuk Mas, cobain masakan aku semoga enak ya.”
Meletakkan 2 mangkok bakso yang dicampur dengan beberapa sayuran di atas meja makan ,tepat nya di hadapan Axell duduk menunggu Hira memasak.
Senyum manis terukir jelas dan dengan rasa penasaran yang tinggi ia mencoba bakso tersebut. Masakannya mirip sekali dengan masakan Umma, sudah lama ia tak makan di pesantren karena semenjak 3 tahun lalu memutuskan keluar ia jarang pulang .
Ketemu dengan Umma saja diluar dan sampai sekarang Umma belum tahu seberhasil apa anaknya karena yang umma tahu Axell berusaha hidup mandiri dan berjuang tanpa marga Gus yang diturunkan dari Kyai Hasyim seorang pesohor ulama yang dihormati dimanapun dia berada.
Hingga saat ini beliau sudah wafat pun masih ada yang mengenang dan berziarah ke makam Abah nya. Namun prinsip hidup Axell berbeda ia ingin mandiri dan tak ingin meneruskan pesantren karena beban memang terlalu berat baginya . Ia merasa tak mampu dan memilih untuk hidup diluar sebagai Axell bukan sebagai Gus Mahen.
“Nama asli kamu siapa Mas kok ada tamu yg manggil Gus Mahen,” Celetuk Hira saat sedang makan.
“Kenzo Axellano Mahendra.”
“Oh ,Aku panggil nya Mamas ya hehe, sama aku mau minta tolong bimbing aku sampai bisa khatam qur'an.”
“Na'am Ya Zaujati.”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!