Cantik

Seminggu berlalu dan setiap hari saat Abi kerumah Mentari, Mentari hanya diam sambil memeluk foto sang kakak. Lain halnya dengan bunda. Bunda sudah mengikhlaskan putranya menghadap sang Kuasa lebih dulu. Bunda sudah beraktifitas seperti dulu menyiapkan makan dengan para asisten dan sesekali dia memeluk anak gadisnya yang belum ikhlas atas kepergian kakaknya.

"Kakakmu udah ga sakit lagi sayang... Mas sudah sehat, adek yang sabar, yang ikhlas biar mas tenang." Ucapan Bunda yang Abi dengar saat memasuki rumah Mentari.

Setidaknya kata kata itulah yang sering Abi dengar dari bunda saat memeluk Mentari. Mungkin benar ikatan saudara kembar itu lebih erat. Bahkan jika salah satu dari mereka sakit yang lain pun merasakan kesakitan yang sama.

"Tar...Tari... Keluar yuk... Liat tuh mata lo jadi kaya apa..." Ajak Abi sambil menyodorkan cermin kehadapan Mentari.

"Iya terus, udah tau mata gue kaya gini mau ajakin gue keluar? Mau bikin gue malu?" Dia menyahut sambil manyun manyun. Setidaknya dia udah bisa diajak berkomunikasi. Pikir Abi.

"Emang lo tau mau diajak kemana? Emang lo ada rencana mau kemana?" Abi bertanya balik pada Mentari sambil menaik turunkan alisnya.

"Gue ga tau kak, gue kangen mas Surya." Sahutnya kemudian dengan nada sendu. Dia benar benar masih kehilangan kakaknya dan Abi akan mencoba masuk untuk menggantikan kakaknya seperti amanat Surya sang Kakak padanya.

"Yaudah yuk ikut aja... Emang lo ga bosen seminggu nangis mulu?" Ajak Abi sedikit memaksa.

"Yaudah deh, tunggu gue bentar ya kak..." Dia menerima ajakan Abi. Dan kini dia bergegas mengganti pakaiannya.

Sambil menunggu mentari yang berganti kostum, bunda mengajak Abi berbincang.

"Nak, bunda nitip jagain anak gadis bunda selagi di luar rumah. Sekarang Surya sudah ga ada, ga ada lagi yang bisa bunda andelin buat jagain dia. Boleh..." Pinta Bunda dengan mata berkaca - kaca.

"Iya bunda... Bunda gausah sungkan. Kan Surya sahabat baik Abi. Abi juga mau minta ijin nih bun." Pinta Abi kemudian.

"Ijin apa nak ..." Tanya Bunda dengan sedikit penasaran diantara kesedihannya.

"Abi boleh sesekali nginep disini kaya dulu waktu masih ada Surya ga Bun... Abi kangen sama kehangatan keluarga kalian , ga kaya keluarga Abi." Pinta Abi sambil menundukkan kepalanya berharap bunda mengijinkan permintaannya kali ini.

"Boleh Bi, Abi kan juga udah Bunda anggep anak Bunda sendiri, apalagi sekarang Surya ga ada. Pasti sepi." Jawab Bunda sambil tersenyum dan mengelus kepala Abi.

"Terima kasih Bunda..." Jawab Abi kemudian.

Abi memang sering menginap di rumah Surya apalagi setelah Surya divonis cancer stadium akhir. Bagi Abi Suryalah saudaranya. Sebab kakanya di rumah adalah orang yang sibuk, dingin dan sangat irit bicara.

Akhirnya Mentari selesai berganti kostum dan sekarang dia sedang berjalan menuruni tangga. Dengan atasan turtle neck dan blue jeans serta rambut yang diikat dua, dan beanie hat menempel diatasnya. Terlintas dalam otak Abi "cantik".

ABI POV

Aku tak pernah menyadari bahwa ternyata Mentari adalah gadis yang cantik. Karena sebelumnya aku hanya menganggap dia adik dari sahabatku. Dan kita terbiasa bermain bersama. Sehingga terkesan biasa saja. Tapi kali ini, dia cantik dipandanganku.

ABI POV END

"Ayo... Jadi ga?" Tanya Mentari sambil menepuk bahuku.

"Oh... O... Iya jadi dong." Jawab Abi tergagap. Masih terpesona dengan kecantikan terpendam yang baru dia sadari.

"Bun, aku ajak Tari jalan - jalan ya..." Pamit Abi sambil mencium tangan Bundanya Tari.

"Iya boleh, tapi hati - hati, jangan lupa waktu." pesan bunda.

"Siap Bunda." Jawab Abi mantap.

"Bunda, Tari keluar sama kak Abi dulu."

"Iya hati - hati sayang... Jangan pulang kemalaman ya..." Pesan bunda sambil mengecup anaknya.

Kami pun berjalan menuju keluar rumah. Sesampainya di teras depan rumah Mentari.

"Cieeee mobil baru..." Ledek Mentari ketika melihat sport city car di depan rumahnya.

"Ya iyalah... Ini mobil hadiah dari papi, kan gue lulusan terbaik ketiga setelah kalian." Jawab Abi seadanya.

Tiba - tiba Mentari langsung bergegas masuk ke dalam mobill dengan wajah mendadak sendu.

"Aduh...Salah..." Rutuk Abi dalam hati.

Abi segera menyusul Mentari memasuki mobil dan melajukan mobilnya.

Hening sesaat.

Suasana hening berlanjut beberapa lama hingga akhirnya Abi membuka suara.

"Maaf, lo pasti inget mas lo ya dek?" Tanya Abi memecah hening.

"Iya kak... Dan gue ga akan melupakan mas. Kita udah sama - sama bahkan sejak kita masih dalam perut Bunda." Jawab Tari dengan sedikit menahan tangis.

"Dia pasti juga dapet hadiah dari ayah kalo..." Tambah Abi menggantung.

"Dia udah dapet hadiah dari Allah, Allah sudah membebaskan dia dari rasa sakit yang menyiksanya selama ini." Lanjut Abi sambil mengelus kepala Tari.

Mentari mengangguk dan menyeka air matanya yang tanpa disadari bulir bulir itu menetes dari pelupuk mata indahnya.

Mata indah? Sejak kapan? Dulu biasa aja.

Abi menggeleng - gelengkan kepalanya saat tiba - tiba pikirannya mulai ngelantur.

"Lo bisa nyetir? Sejak kapan?" Tanya Tari kemudian.

"Udah lama lah Tari..." Jawabnya gemas sambil menarik hidung Tari.

"Ko gue baru tau?" Selidik tari penasaran.

"Ya... Emang lo pernah mau gue ajak jalan bareng sama Surya? Lo kan selalu nolak? Dan lo ga nyadar gue yang bawa mobil ayah waktu Surya pingsan di toko buku?" Jelas Abi panjang lebar. Sepertinya Tari melupakan kejadian itu karena saat itu dia sangat panik.

"Oh iya ya... Gue ga nyadar saking paniknya gue." Sambil mengingat dan menepuk dahinya sendiri.

Ishhh ko tiba - tiba Tari menggemaskan ya...

Kembali Abi menggeleng - gelengkan kepalanya.

"Kenapa lo? Sakit?" Tanya Tari ketika melihat tingkah gue yang tiba - tiba menggelengkan kepala kaya orang sakit kepala. Pfffft

"Enggak ko. Gak papa." Elak Abi singkat.

ABI POV

Kok Sekarang Tari makin cantik ya... Ngegemesin lagi. Apa aku yang baru sadar kalo Tari itu emang cantik? Apa karena dia ga pake kacamata? Ahhh... Aku kan juga sering liat dia ga pake kacamata. Tapi emang cantik kok.

Tenanglah Mentari apapun yang terjadi nanti, tak perlu risau. Karena kau bersamaku. Ujar Abi dalam hati dan tersenyum ke arah Tari.

ABI POV END

Tari yang melihat Abi tersenyum sendiri, merasa aneh dan menggidikkan badannya. Pffffft.

Tari memang cantik. Tubuh semampai, mata lebar dengan lensa coklat, alis tebal yang melengkung seperti bulan sabit, istilah jawanya "alis nanggal sepisan". Senyum yang menawan, rambut panjang hitam sedikit bergelombang. Bibir tipisnya selalu terkesan menebar senyum meski dia hanya diam mengatupkan kedua bibirnya. Dagu kecil yang terbelah. Berbanding terbalik dengan Surya yang memiliki kecil dan berlensa hitam. Alis tebal yang bertaut, dagu tegas namun sama sama memiliki belah serta kulit kuning langsat. Tari memiliki kulit putih. Bentuk wajah keduanya pun berbeda, Tari cenderung berwajah oval dan Surya cenderung berwajah kotak dengan rahang tinggi. Memang jika dilihat mereka tidak akan terlihat mirip secara fisik. Namun isi kepala mereka sama sama cerdas. Bahkan dalam kondisi sakit pun Surya masih bisa mendapatkan hasil terbaik dalam Ujian Akhir Sekolahnya.

Terpopuler

Comments

Neonnorey

Neonnorey

aku baca sambil senyum hehe

2023-06-15

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!