Episode 3

Malam pun tiba, setelah selesai bersiap Lia pun segera pergi ke restoran dengan taksi. Untungnya jalan tidak terlalu ramai sehingga ia bisa cepat sampai. Sesudah membayar taksi ia masuk ke dalam restoran dan kemudian melihat sekeliling untuk mencari dimana tempat duduk sahabatnya. Setelah berhasil menemukan ia berjalan menghampiri sahabatnya, di sana sudah ada Vani dan Tania.

"Ini dia sudah datang." Ucap Vani

"Hm, Putra mana?" tanya Lia setelah duduk

"Dia lagi ke toilet," Lia hanya manggut-manggut

"Kalian sudah pesan?" Mereka berdua mengangguk

"Sudah, kita juga sudah pesan ko buat lo sahabat kita yang paling bontot," ucap Vani dengan nada mengejek

"Enak aja, lu kira gue apaan di kata bontot." Lia kesal dengan sebutan Vani itu

"Hehe, sensi amat. PMS lo ya?" Lia hanya memutar bola matanya malas. Tak lama Putra pun datang. Dia sengaja mengendap-endap karena posisi Lia membelakanginya, kemudian,

"Dorrr" Putra mengejutkan Lia,

"Ish ga ada kerjaan lo ngagetin orang mulu," ucap Lia dengan nada kesal karena terkejut

"Anggap aja sambutan karena sudah lama engga ketemu," sambil duduk di sebelah Lia, Lia pun memukul pelan tangan putra.

Mereka berbincang-bincang sampai makanan datang lalu memakan makanan yang mereka pesan itu sesekali mengobrol di selingi dengan canda tawa. Setelah selesai makan Putra pun membuka pembicaraan yang lebih serius ia ingin bertanya tentang masalah yang menimpa sahabatnya satu ini, ya dia Lia.

"Li gue mau tanya sesuatu." Ucap Putra serius

"Ya udah nanya aja, biasanya kan ga perlu izin dulu," ucap Lia sambil terkekeh pelan

"Gue serius." Lia pun menatap Putra

"Nanya apa Put? Jangan bikin tegang dong," Putra menghela nafas kemudian bertanya

"Hubungan lo sama Kevan benar-benar berakhir? Kenapa di gue ada surat Undangan Pernikahan dia sama Tazqia?" tanya Putra

"Lo sudah tahu kenapa nanya?" sungguh Lia merasa malas harus membahas hal ini

"Jawab pertanyaan gue!" Ucap Putra dengan nada sedikit membentak, Lia tersentak. Baru kali ini Putra membentaknya. Lia pun menunduk, Putra sadar apa yang telah dia lakukan, kemudian dia mengusap punggung Lia perlahan.

"Maaf, gue cuma mau tahu kenapa hal ini bisa terjadi, yang gue tahu lo sama dia baik-baik saja selama ini tapi kenapa sekarang kaya gini?"

"Apa yang bisa gue lakuin? Semua ini karena permintaan dari Papanya, lo tahu kan kalau Papanya itu engga terlalu suka sama hubungan gue dan Kevan. Gue harus apa Putra? Disaat dia saja ternyata sudah ngejalin hubungan sama perempuan itu sebelum adanya perjodohan ini?" Lia berkata dengan lirih, air mata mulai membasahi pipi gadis itu, gadis yang selama ini berusaha untuk tetap tegar.

"Hiks, gue juga engga nyangka akhirnya bakal kaya gini, semua mimpi yang sudah gue bangun sama dia hancur begitu saja.. Dia.. Hiks.. Dia hancurin segalanya Put," Vani, Tania dan Putra tahu bagaimana perasaan Lia saat ini. Gadis yang selama ini selalu ceria, gadis yang sudah dianggap sebagai adik mereka karena umurnya yang paling muda dan gadis itu lah yang selalu bisa membuat orang disekitarnya tertawa bahagia. Kini ia menangis karena apa yang dilakukan oleh orang terkasihnya sangat melukai hatinya.

Putra membawa Lia ke dalam pelukannya,

"Kenapa lo engga cerita sama gue atau sama yang lain? Kenapa lo pendam semuanya sendiri? Lo simpan semua rasa sakit lo dan lo selalu tersenyum seakan engga terjadi apa-apa, kenapa?" tanya Putra

"Maaf, gue.. Hiks.. Gue cuma engga mau lo semua khawatir."

"Hei, lihat gue!" Putra mengangkat dagu Lia agar melihatnya.

"Kalau lo engga cerita kita malah takut terjadi sesuatu sama lo, kita semua tahu Kevan itu udah bagaikan sandaran bagi lo karena dia selalu ada buat lo dan sekarang sandaran itu hilang bukan berarti lo harus pendam semuanya sendiri, masih ada kita. Sahabat sekaligus kakak lo," Putra berkata dengan nada lembut. Lia pun semakin terisak di dalam dekapan Putra, Vani dan Tania yang melihat itu turut menitikan air mata, mereka tidak menyangka laki-laki yang mereka anggap dapat menjaga sahabatnya ini malah menyakitinya.

Putra yang sedari tadi sudah meredam emosi ditambah dengan mendengar suara tangis Lia, gadis yang sudah dia anggap sebagai adiknya sendiri yang dia sayangi. Putra merasa tidak terima dengan apa yang telah di lakukan Kevan pada adiknya. Tangannya mengepal kemudian dia melepaskan pelukannya dari Lia. Lia pun tersentak lalu menatap Putra.

"Gue enggaa akan pernah terima Kevan nyakitin lo kaya gini, orang yang gue percaya buat ngejaga lo malah nyakitin lo. Gue engga terima, gue akan balas perbuatan dia." Putra pun meninggalkan restoran. Lia yang mendengar apa yang di katakan Putra lantas langsung mengejarnya, ia takut Putra akan terkena masalah karenanya. Vani dan Tania menyusul setelah mereka membayar makanan.

"Put, Putra! Tunggu! Put!!!" Lia meraih tangan Putra.

"Apa lagi? Gue mau bales perbuatan dia yang sudah nyakitin lo." Lia pun menggeleng.

"Engga Put, Engga! Lo engga boleh balas perbuatan dia," ucap Lia

"Kenapa? Karena lo masih sayang sama dia makanya lo engga mau sampe dia kenapa-napa?" Lia menggeleng.

"Engga, bukan gitu Put. Gue engga mau lo kena masalah cuma karena gue, lo tau bukan Papanya kaya gimana? Gue ga mau lo terlibat dalam masalah yang lebih rumit, please Putra. Cukup dia yang kaya gitu ke gue. Lo jangan, jangan buat gue takut lo kenapa-napa," Lia berkata dengan memelas agar Putra tidak bertindak lebih jauh. Putra yang sudah terbawa emosi lantas memukul pohon yang ada di sebelahnya kemudian dia menarik tubuh Lia ke dalam dekapannya.

"Lo baik, lo baik banget. Dia bodoh, dia ga bersyukur dan malah ninggalin lo demi perempuan lain. Gue minta maaf, oke gue engga akan kasih pelajaran ke dia. Minta maaf oke. Tapi lo janji jangan sedih dan nangis lagi, lo harus janji untuk selalu cerita ke gue, Vani atau Tania."

"Iya Put, gue janji." Putra semakin mengeratkan pelukannya. Dan semua kejadian itu di saksikan oleh seseorang yang mereka tidak sadari kehadirannya.

Vani dan Tania pun datang ikut memeluk mereka. Saling memberikan kekuatan terutama pada Lia. Setelah sepuluh menit pelukan mereka baru terlepas, Lia pun sudah tidak menangis lagi. Kemudian mereka pergi mengantar Lia untuk pulang ke rumah, mereka ingin memastikan bahwa Lia baik-baik saja. Setelah sampai di rumah Lia, ia meminta untuk para sahabatnya mampir sebentar karena ia masih merindukan sahabatnya. Dia pun kembali berbincang-bincang.

"Oh iya, gue besok mau pulang ke rumah Ayah Bunda," ucap Lia

"Serius? ko ngedadak! Gue boleh ikut?" tanya Vani antusias

"Gue juga," Tania angkat bicara

"Lo berdua engga kerja? Sudah biar gue saja yang nganterin Lia."

"Engga!" Ucap Vani dan Tania

"Please gue ikut, gue kangen banget sama Bunda. Lagi pula besok gue libur," Vani berucap dengan tatapan memohon

"Gue juga, ambil cuti sehari gak apa lah, please boleh ya?" Lia pun mengangguk. Kemudian ia menatap Putra.

"Ngapain natap gue gitu?" tanya Putra curiga

"Besok kita ke rumah Ayah Bunda, di antar Putra pake mobil Putra."

"Yes!!!" Vani dan Tania bersorak gembira

Putra hanya pasrah dan menuruti keinginan para adiknya ini.

____________________________________________

Hai, teman-teman. Ini cerita yang baru pertama kali aku buat. Jangan lupa baca, kasih vote dan klik likenya ya,

Dan jangan lupa juga Add ke Favorit♥

___________Semoga kalian suka__________

Terpopuler

Comments

Alanna Th

Alanna Th

senangnya punya shbt sbaik mrk

2023-08-05

0

Sarlian Msi

Sarlian Msi

cerita bagus uang semangat yah Thor rajin up yah

2022-08-28

0

☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀

☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀

gregetan ya put

2022-03-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!