Sebulan telah berlalu sejak hari itu, hari di mana segala impian dan harapan hancur seketika. Ya, gadis yang dulu ceria kini berubah menjadi gadis yang pendiam. Selama satu bulan ini dia menjalani hari-harinya tanpa rasa bahagia. Rasa sakit dan kecewa yang ia dapatkan tidak mampu di lupakan begitu saja, bagaimana pengkhianatan yang di lakukan oleh orang terkasihnya dulu. Dia termenung kemudian ia berpikir, tak lama dari itu ia mengambil keputusan.
Keputusan yang dapat merubah dirinya menjadi seperti dulu lagi, ya dia memutuskan mengikhlaskan semuanya meski berat tetapi ia harus terima dengan lapang dada agar dia dapat menjalani hidup tanpa diiringi dengan rasa sakit dan kecewa yang dalam. Dia tidak ingin berlarut dalam keterpurukan. Cukup hanya satu bulan saja ia mengabaikan dunia di sekitar, orang-orang yang masih membutuhkannya. Terutama anak didiknya yang sudah ia anggap seperti anak sendiri. Ya , ia berprofesi sebagai Guru TK dimana menjadi Guru TK itu harus memiliki emosi yang stabil dan kesabaran yang extra.
___________________________________________
Lia, gadis itu mulai tersenyum menjalani hari-harinya, senyum yang sudah lama tidak terpancar dari wajahnya kini kembali. Ia tengah dalam perjalanan menuju ke tempat di mana ia mengajar, TK Ceria. Tempat yang memberikannya banyak pengalaman dan kasih sayang. Ia sudah sampai di sekolah itu dan ia melihat jam yang ada di tangannya ternyata baru menunjukkan pukul 07.00 masih ada waktu 30 menit untuk ia bersiap-siap mengajar. Saat di ruang guru.
"Assalamu'alaikum, Bunda Lia." Lia menoleh ternyata Bu Dini yang menyapanya
"Wa'alaikumsalam, Bu Dini." Jawab Lia sambil tersenyum
"Alhamdulillah, senyumannya sudah kembali lagi, tetap di pertahankan ya Bun. Kasihan itu anak-anak ngeliat Bunda mereka sedih," ucap Bu Dini
"Iya, Bu. Maafkan saya karena satu bulan kemarin saya telah membuat sedih anak-anak," ucap Lia merasa bersalah
"Tidak apa, Bun. Ya sudah kalau begitu saya permisi ya Bun, mau tekan bel masuk soalnya." Bu Dini pergi dari hadapan Lia
Lia : "Ya silahkan." tak lama bel pun berbunyi (Kringgg) semua anak-anak masuk ke kelasnya masing-masing. Lia pun berjalan ke kelas tempat ia mengajar.
"Assalamu'alaikum, anak-anak Bunda." Sapa Lia dengan senyuman anak-anak pun bersemangat menjawabnya.
"Wa'alaikumsalam, Bunda. Yee Bunda sudah senyum lagi."
"Iya sayang, maafkan Bunda ya nak, satu bulan kemarin Bunda jarang tersenyum ke kalian," ucap Lia merasa sangat bersalah pada mereka
"Iya Bunda, tidak apa. kami mengerti yang terpenting Bunda sekarang jangan sedih lagi kan ada kami." mereka pun berhamburan memeluk Bundanya.
Setelah acara berpelukan itu, pelajaran pun di mulai terdengar suara canda tawa anak-anak dan Lia. Lia merasa bersyukur berkat mereka ia dapat melupakan sedikit rasa sakitnya. Tak lama bel pulang pun berbunyi (Kringgg), setelah mengucapkan salam, anak-anak berhamburan keluar menemui orang tua mereka. Lia pun merapikan barang-barangnya dan bergegas pergi ke kantor guru.
Setelah dia meletakkan semua barangnya, ia pun berpamitan untuk pulang kepada guru yang lain. Dia pun memesan Ojek online. 15 menit perjalanan untuk sampai dari rumahnya, setibanya di rumah ia membersihkan dirinya terlebih dahulu kemudian beristirahat sebentar setelah itu memasak untuk makan siang.
Setelah makan, ia duduk di ruang tamu sambil menonton TV. Tiba-tiba suara bel rumah berbunyi ia pun bergegas ke depan dan membuka pintu ternyata itu adalah petugas pos. Ia menerima sebuah surat dan kemudian mengucapkan terimakasih. Kembali ke ruang tamu, ia duduk dan membuka surat itu lalu membacanya. Deg! Surat itu ternyata surat Undangan Pernikahan Kevan dan Tazqia, yang akan dilaksanakan 1 Minggu lagi. Ia melamun dan tersenyum kecut. Saat tengah asyik melamun dia di kagetkan dengan sidang dering ponsel. Dia pun menjawab telpon tersebut.
"Halo, Van?" ya yang menelpon itu adalah Vani, salah satu sahabatnya. Lia memiliki 3 sahabat yaitu Vani, Tania dan Putra.
"Emm, itu gue mau tanya lo sama Kevan baik-baik saja, kan? Ini ko ada Undangan pernikahan dari Kevan sama Tazqia? Ini serius?" Pertanyaan beruntun ditanyakan oleh Vani, Lia pun terdiam.
"Li, lo baik-baik saja kan?" tanya Vani khawatir
"Ya, gue sama Kevan engga baik-baik saja, kita udah engga ada hubungan apa-apa lagi dan apa yang lo liat di surat itu benar, Kevan akan nikah sama Tazqia," jelas Lia
"Wet wet, tunggu deh bukannya lo baik-baik aja sama Kevan ya? Ko tiba-tiba putus gini? Dan itu Tazqia mana coba? Lo kenal?" tanya Vani penasaran
"Engga tiba-tiba ko, satu bulan lalu gue putus sama Kevan dan Tazqia itu adik kelas kita waktu SMA," ujarnya
"Dan lo simpan semua hal ini sendiri? Lo sama sekali engga cerita apa-apa ke kita?" tanya Vani
"Bukan gitu Van, gue cuma engga mau lo, Tania sama Putra khawatir dan ikut sedih, kalian juga punya kesibukan masing-masing. Gue enggaa mungkin cerita masalah ini ke kalian." Vani menghela nafas kasar kemudian berkata
"Lo tau kita berempat sudah bersama dari masa SMA, wajar kalau kita khawatir. Suka duka selama jadi sahabat kita lalui bersama, dan lo malah enggaa cerita apa-apa ke gue, Tania atau Putra? Lo masih anggap kita sahabat engga sih?!" Vani mulai kesal karena pemikiran Lia
"Maafin gue, maaf. Gue sudah anggap kalian keluarga gue sendiri. Lain kali gue akan cerita ke kalian, maafin gue fan," ucapnya merasa bersalah
"Hmm, ya sudah. Sekarang lo ada dimana?" tanya Vani
"Di rumah."
"Lo sudah cerita masalah ini ke orang tua lo?" Lia hanya terdiam dan Vani pun sudah tahu apa jawabannya
"Lo harus cepet kasih tahu keluarga lo tentang hal ini, cepat atau lambat mereka pasti akan tahu, lebih baik lo duluan yang ngasih tahu ya." Vani menasehati
"Iya Van, makasih atas nasihatnya."
"Sudah, lo kaya sama siapa aja. Oh iya nanti malam kita ketemu di tempat biasa, gue sudah kabarin Tania sama Putra. Kalau gitu gue tutup ya. See you Lia." Sambungan terputus.
Lia pun merebahkan dirinya di sofa, dia memijat pelipisnya karena merasa pusing kemudian dia memutuskan untuk tidur.
Dua jam kemudian ia terbangun dan melihat jam di dinding ternyata sudah pukul 4 sore. Dia pun bangun dan ke dapur untuk pergi minum. Setelah itu dia mengambil ponsel dan menelpon seseorang. Setelah telponnya tersambung, dia mulai berkata.
"Assalamu'alaikum Bunda," ya dia menelepon Bundanya
"Wa'alaikumsalam, aduh anak Bunda ini ko baru telpon? Kamu lupa ya kalau masih punya Bunda?" ucap Bunda dengan nada merajuk
"Engga ko Bun, maaf ya Lia lagi sibuk-sibuknya ngajar jadi baru sempat kasih kabar ke Bunda. Oh iya besok Lia pulang, ada yang mau Lia bicarakan ke Ayah dan Bunda," ucap Lia
"Ya sudah sayang, Bunda tunggu ya."
"Iya Bunda, Lia tutup teleponnya ya Bun. Assalamu'alaikum,"
"Wa'alaikumsalam."
Ia pun bersiap-siap untuk pergi bertemu dengan sahabatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
nyimak di sini kk
2022-03-18
0
Frisky cipan
baca ny nyut nyutan hati aku
2020-10-09
0
Anonymous
sedih
2020-09-27
0