Samuel Ozage, anak tunggal keluarga Ozage. Wajah tampan, tinggi badan yang sangat ideal, terlahir sebagai anak orang kaya, sungguh beruntung, pastinya dia menjadi incaran semua wanita di belahan bumi ini.
****
Samuel Ozage POV
Sejak menduduki, posisi CEO di perusahaan keluarga, kehidupanku sudah terlanjur keliru. Menghabiskan waktu sepanjang malam bersenang-senang dengan banyak perempuan, menjadi hal lumrah dan kesenangan bagiku.
Menjabat posisi itu, meneruskan tampuk kepemimpinan, seakan beban di seluruh dunia ini bertumpu di leherku. Usia masih muda, 28 tahun, harus mengemban posisi paling sangat vital di perusahan Ozage Crypton Group. Itu bukan hal mudah, hingga kaki ini salah melangkah, untuk menyembunyikan beban dan menumpahkan segala kekacauan pada hatiku, hingga sampai kini, masih belum bisa bangkit dari lumpur dosa.
Kehidupan yang salah ini aku ambil, sebagai pelarian, karena aku sungguh tidak siap dengan semua tanggung jawab yang datang, setelah ayah tiada.
Hingga suatu malam, aku bertemu, wanita cantik, yang bekerja di tempat hiburan malam, yang bernama Vania Angela, wanita yang sangat istimewa, walau terlihat menor. Mungkin itu karena tuntutan pekerjaanya. Tapi, dia menyita seluruh perhatianku.
Wanita itu sungguh luar biasa, aku tidak bisa mengalihkan ingatanku, sejak pertempuran pertama kami.
Mungkin bagi dia, pelayanan yang dia berikan adalah hal lumrah, karena memang itu pekerjaannya, menyenangkan dan memuaskan nafsu para penjahat wanita seperti kami, yang mendatanginya. Tapi, aku tidak rela, melepaskan begitu saja wanita energik, aktif dan sangat bergairah itu.
Bermacam cara ku tempuh, sungguh sangat sulit dan payah, proses yang ku lalui, akhirnya aku bisa membawa wanita itu pulang.
Bukan hanya membawanya pulang, tapi aku akan menjadikan dia ratuku. Dia meminta syarat, mau menjadi istriku, jika dia di bantu menjadi model dan selebritis di negara ini. Itu bukan hal sulit, tentu saja semua keinginannya terkabul.
Dengan satu jentikkan jariku, dia menjelma menjadi artis terkenal di negara ini. Kami pun menikah, dia terkenal menjadi model, juga terkenal sebagai istriku, Tuan Sam. Pengusaha hebat di negara ini. Menyandang status sebagai istri Tuan Sam, juga profesinya yang kini sebagai artis dan model, membuat Vania tampil semakin cantik.
Balutan gaun yang harganya selangit, dengan aksesoris dari barang-barang brand ternama, semakin mendukung kecantikannya, Vania Angela, istri Tuan Samuel Ozage, wanita yang sangat luar biasa, mempunyai bentuk tubuh yang sangat seksi dan ideal, berpenampilan modis dan glamour, semakin bangga aku menyebutnya, 'dia istriku.'
Aku sangat bahagia dengan pernikahan ini, keluarga besarku juga tidak mempermasalahkan asal-usul Vania, nenek dan ibu sungguh sangat baik menerimanya. Tapi, satu hal yang masih mengganjal di hati ini. Vania menolak untuk hamil, padahal nenek sangat berharap bisa secepatnya menimang cicit.
Dua tahun sudah pernikahan kami, keadaan nenek semakin lemah, hati ini terasa berat, permintaan nenek sungguh tidak sulit, namun aku tidak mau memaksa Vania mengandung anak kami, dia sangat bahagia dengan karier keartisannya, dia takut, bentuk tubuhnya tidak ideal lagi, jika hamil dan melahirkan. Vania orang yang sangat kritis dalam memperhatikan lekuk tubuhnya, naik satu ons saja, ledakkan teriakannya mengguncangkan seisi rumah kami.
Aku sangat mencintai Vania, tapi aku juga sangat mencintai nenek dan ibu. Permintaan nenek dan keinginan Vania berlawanan. Apalagi Vania sungguh tidak menyukai anak kecil. Semakin lengkap dilema hati ini.
Seminggu sudah Vania syuting di luar kota, keadaan rumah terasa mencekam, karena lagi-lagi keadaan nenek drop. Nenek pun di rawat di Rumah Sakit. Aku dan ibu menunggui nenek di kamar perawatan nenek.
"Sam …." Sapaan itu, terdengar sangat lemah, terlihat nenek berusaha mengangkat tangannya, memintaku untuk mendekat padanya.
Aku berjalan menghampiri nenek, kuciumi tangan keriputnya. "Iya nek," jawabku.
"Sam, nenek ini adalah istri ketiga kakekmu, karena istri pertama dan istri kedua kakekmu, tidak bisa memberikan keluarga besar Ozage keturunan."
Ucapan nenek barusan bagaikan batu besar yang menghantam dadaku. "Apa maksud nenek?" Tanyaku.
"Jika Vania tidak mampu memberi kamu keturunan, nenek mohon, agar kamu menikah lagi," pintanya.
Aku sangat geram mendengar permintaan nenek, sampai kapanpun aku tidak akan menyakiti Vania.
"Sam, nenek faham kamu sangat mencintai istrimu, demi nenek sayang, menikahlah, berikan nenek tua ini kesempatan untuk menimang cicit," ucap nenek padaku.
Aku memandang kearah ibu, wajah ibu terlihat bingung, entah apa yang ibu rasakan. Ibu berjalan ke arah nenek. Dia memegang tangan nenek begitu lembut.
"Bu, aku akan bicara dulu pada Sam, ibu yang sabar, ya." Ucap ibu pada nenek.
Mendengar hal itu hatiku semakin kalut, dugaanku, sepertinya ibu mendukung keinginan nenek.
Ibu memandang kearahku. "Sam bisa kita bicara?" Ucapnya.
Aku menganggukkan kepalaku, menjawab pertanyaan ibu. Kami segera melangkah, keluar dari kamar nenek. Kini kami berdua berada di sudut Rumah Sakit yang sepi.
"Apa alasan Vania, kenapa sampai saat ini dia tidak mau hamil anakmu? Apa kalian bermasalah dengan kesehatan kalian? Atau---"
"Kami baik-baik saja bu," aku sengaja memotong perkataan ibu, agar ibu tidak menerka-nerka terlalu jauh.
"Kenapa sampai sekarang kalian tidak punya anak?"
"Bu, Vania tidak mau hamil, dia takut tubuhnya tidak ideal lagi jika dia hamil."
Mendengar penjelasanku ibu mengelengkan kepalanya.
"Kodrat wanita sayang, hamil, melahirkan, menyayangi anak-anaknya, mengurus--"
"Aku tahu bu." Lagi-lagi ku potong perkataan ibu, sebelum ibu ceramah lebih panjang lagi.
"Di sini, kamu harus membuktikan kamu lebih memilih siapa, jika memilih istrimu, silakan kalian berbuat apa yang kalian mau, jika menyayangi ibu dan nenek, maka kamu pinta istrimu agar mau mengandung anakmu, atau kau menikah lagi, secara diam-diam!" Ucap ibu, Ibu langsung pergi meninggalkanku.
"Kenapa serumit ini!" Gerutuku, dengan kedua telapak tangan, kuremas kasar rambut kepalaku
Kuputuskan untuk pulang ke rumah, karena Vania sebentar lagi akan kembali, rasa rindu ini sangat besar pada istriku yang sangat luar biasa ini.
***
Jam menunjukkan jam 9 malam, samar terdengar suara mesin mobil dari arah luar, aku tersenyum, karena itu Vania yang datang. Kupercepat langkah kaki untuk meyambutnya. Setelah sampai di pintu utama, benar saja, bidadariku datang.
"Selamat malam sayang." Sapaku, aku membuka kedua tanganku untuk memeluknya.
Dia tersenyum, dan berjalan cepat kearahku. "Selamat malam juga sayang," sapanya, dia langsung menenggelamkan wajanya di dadaku yang bidang.
"Sayang, kangen .…" ucapku, manja.
"Aku juga."
Kami melepaskan pelukan kami, dan langsung melangkah bersama masuk kedalam rumah. Tujuan kami, ruang pribadi, hanya ada aku dan dia di tempat itu, kamar kami.
Setelah masuk kamar, Vania langsung menuju kamar mandi untuk meyegarkan dirinya yang nampak lelah. Aku merebahkan tubuhku, di tempat tidur, untuk menunggunya, sambil memainkan ponsel.
30 menit berlalu, baru dia keluar dari kamar mandi, mengenakan lingerie seksinya. Dia berjalan kearah meja rias, seperti biasa, meng aplikasikan skincare pada setiap bagian kulitnya. Dari wajah sampai ujung kaki, seperti biasanya juga, dia akan menghabiskan waktu berjam-jam di depan cermin itu.
Aku bangkit dari posisi berbaring, melangkahkan kaki untuk mendekatinya. Aku memeluknya dari belakang, menenggelamkan wajah, dan bermanja di lekukan leher jenjang itu, terlihat di cermin, dia tersenyum karena ulahku.
"Sayang, boleh aku bicara?" Tanyaku.
"Silakan sayang," jawabnya, lengkungan senyuman masih terlihat di pantulan cermin itu.
"Nenek sakit, nenek minta---" ucapanku belum selesai, tapi dia langsung mendorongku.
"Kalau kamu, mau aku hamil! Lebih baik kita cerai!"
Doar!
Seakan geledek menembak hatiku. Saat mendengar permintaannya. Aku berusaha menetralkan ledakan dan perasaan ini.
"Bukan begitu, nenek dan ibu ingin mengadopsi anak dari panti asuhan, mereka memintaku untuk meminta persetujuanmu." Kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulutku.
Terlihat wajahnya yang penuh amarah mulai padam.
"Owh, aku kira, kamu memintaku hamil," dia menghela napasnya begitu santai.
"Aku tidak berani sayang, karena kebahagianmu adalah hal yang paling utama," godaku.
"Silakan kalian ingin mengadopsi anak, asal jangan aku yang kalian suruh, mengurus anak itu," Ucapnya.
"Walaupun ibu dan nenek memberi dia hak waris?" Tanyaku.
Dia mengerucutkan bibirnya dan mengangguk dengan santai.
"Aku akan kabari ibu, jika kau setuju," Seruku.
Vania kembali ke meja riasnya, melanjutkan kembali merawat kulit tubuhnya. Aku berjalan menuju tempat tidur, duduk di tepi tempat tidur memainkan ponselku, sambil memandangi dia dari kejauhan.
Rasanya aku sangat iri dengan kulit tubuhnya, Vania sangat memperhatikan setiap jengkal tubuhnya, dia rawat dengan sepenuh hatinya, aku sadar, Vania hanya mencintai dirinya sendiri. Dia tidak pernah mencintai orang lain.
Rasa cintaku yang teramat besar untuk Vania, membuat akalku di kalahkan oleh hatiku. Permintaan nenek, dan usul ibu saat di Rumah Sakit kembali terbayang.
Dengan berat hati, aku mengambil keputusan, menyetujui permintaan nenek dan ibu, untuk menikah lagi, demi mendatangkan penerus keluarga, yang tidak akan mau Vania penuhi.
Aku mengetik pesan di ponselku.
^Bu, baiklah aku bersedia menuruti permintaan kalian, dengan syarat hubungan kami, selamanya tidak boleh diketahui oleh pihak lain selain kita, dan pihak yang kita percaya. Terutama Vania, dia tidak boleh tahu pernikahan ini.^
Selesai mengetik pesan, langsung ku kirim pesan tersebut, juga langsung ku hapus. Agar tidak dibaca Vania.
Ku letakkan ponsel di atas nakas, sedang tubuh ini berbaring di tempat tidur, mataku pun terpejam, membayangkan permintaan ibu dan nenek.
Lalu tiba-tiba, aroma parfume yang sangat khas tercium, sentuhan lembut pun mendarat di dadaku. Siapa lagi? Dia wanita yang sangat aku cinta, yang mulai memberi sentuhan mautnya, yang nantinya membuat diri ini melayang jauh kepuncak kenikmatan tertinggi.
"Sayang ...." Desahku. Saat merasakan sentuhan Vania, yang tak dapat aku ungkapkan lewat kata-kata.
Dia hanya tersenyum, dan terus memanjakanku. Perasaan gundah hati ini, sesaat padam. Kami pun larut dalam kegiatan indah ini. Dia aktif di atasku, sedang aku terkulai tak berdaya karena ulahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Naufal Azka
imam kok gk bisa kasih ketegasan
2023-01-28
0
Jasmine
namanya ex pelacurr manalah mau terikat
2022-11-25
0
Arin
Dan sy berhrp Sam nanti bucin sama istri kedua'nya,dan nyerein si Vania....kok Sam buta sama cinta,pdhl Vania juga wnita malem
2022-07-19
0