Moresa Haya. Akrab di panggil Resa, anak tunggal dari pasangan Hayati dan Garie Harahap. Gadis cantik dengan postur tubuh yang sangat ideal memiliki garis wajah, dengan kecantikan yang hampir sempurna. Ternyata memiliki semua itu, tidak menjamin takdir kehidupan yang ia jalani indah dan mudah.
****
Moresa POV
Kenapa kehidupan ini begitu kejam? Seharusnya papa berterima kasih pada mama, karena mama telah berbesar hati, mencarikan istri kedua untuk papa. Tapi ... apa balasannya? Setelah lima tahun pernikahan kedua papa dan wanita itu. Aku dan mama dilempar begitu saja dari rumah yang selama ini menjadi istana kami. Tanpa kami tahu apa kesalahan kami.
Aku sangat membenci wanita itu, dia berasal dari desa, dia pembantu kami yang mama pilih untuk menjadi istri kedua papa. Harusnya dia bisa berbagi suami dengan mama, tapi dia malah menjadi penyebab utama segala kepahitan ini. Hingga kami di usir dari rumah kami sendiri. Apa karena penyakit mama? Sehingga dia takut uang papa habis, hanya untuk membayar biaya pengobatan mama? Bukankah dia tahu dari awal, karena penyakit mama inilah, menjadi penyebab dia bisa menjadi Nyonya kedua di rumah ini.
Masih jelas, bagaimana kemarahan papa saat mengusir kami, entah apa salah kami. Tapi, aku yakin. Semua ini pasti karena nenek sihir itu.
Hidup sungguh tidak adil. Mama sakit parah, kanker pada rahimnya sudah menjalar. Kata dokter, mama harus menjalani operasi pengangkatan rahim, sebelum kanker itu menyebar pada organ vital yang lainnya. Tapi apa dayaku?
Kini kami hanya tinggal di sebuah kontrakan kecil, yang terletak di ujung gang, setelah aku dan mama dibuang oleh papa. Laki-laki yang tidak tahu di untung!
Satu tahun sudah, aku dan mama hidup di kontrakan kecil ini, menjadi buruh cuci, untuk menyambung kehidupan kami. Mama sungguh wanita yang berhati mulia, ia selalu memintaku, agar memaafkan papa dan istri mudanya, mama juga meminta, jangan menaruh dendam pada dua orang tersebut. Aku hanya tersenyum, saat mama memberikan nasehat itu.
Susana di kampung ini sangat sepi, hanya suara motor lewat, lalu lalang di gang itu, memecah kesunyian malam. Aku tengah mencuci piring, bekas makan malam kami. Tangan ini bergerak-gerak dengan gesit, menyabuni, menggosok dan membilas piring, gelas dan juga yang lainnya. Tapi pikiranku terbang entah kemana, otak ini terus bekerja, memikirkan cara, agar bisa mendapatkan dana, untuk biaya pengobatan mama.
Sudah satu bulan, aku tidak bisa membawa mama ke Rumah Sakit, wajah tua itu nampak pucat, karena obat-obatan yang selama ini membantunya bertahan dari rasa sakit tidak mampu kubeli.
"Resa …." Terdengar suara yang lemah dari arah luar.
Aku segera mencuci tangan dan langsung berlari menuju sumber suara itu. "Mama!" Jeritku.
Aku panik, ketika melihat mama pingsan di lantai rumah kami. Tanpa pikir panjang, aku berlari keluar rumah, meminta bantuan para tetangga untuk membantu membawa mama ke Rumah Sakit.
"Hei! Rumah Sakit? Dengan apa aku membayar biaya pengobatan mama?" Pikirku.
Aku menepis semua pikiran itu, saat ini kesembuhan mama yang paling penting. Atas bantuan beberapa warga, akhirnya mama bisa di bawa ke Rumah Sakit. Benar dugaanku, mama tidak akan mendapat pelayanan karena aku tidak mampu membayar biaya administrasi di UGD itu.
Dengan perasaan yang sangat hancur, kuseret kaki ini meninggalkan UGD. Aku tidak punya tujuan pasti, ku datangi siapa saja yang kami kenali untuk mengemis bantuan dari mereka untuk pengobatan mama.
Tidak terhitung berapa orang yang ku temui, berapa buah rumah yang ku datangi, tapi tak satupun dari mereka yang bisa membantu mama. Wajar saja, mereka juga susah, bagaimana mereka membantu kami.
Aku sangat frustrasi, pilihan terakhir, rumah laki-laki yang paling aku benci, menjadi tujuan langkah kaki ini. Dengan semangat, ku seret kaki ini berlari menyusuri jalanan kota yang gelap dan dingin. Berharap laki-laki yang tidak tahu di untung itu, punya sedikit hati nurani, untuk membayar biaya pengobatan mama kali ini.
Tokkk tok tok!
Dengan berat hati, terpaksa punggung tangan ini mengetuk pintu rumah.
Terlihat seorang pembantu membukakan pintu. "Non Resa?" Dia menyapaku.
"Bi Minah, papa ada?" tanyaku
"Ada Non, sebentar bibi panggilkan," balasnya.
"Siapa Minah?!" Terdengar suara yang tidak asing dari dalam, membuat perasaanku semakin kacau. Karena jika nenek sihir itu yang menemuiku lebih dulu, bisa dipastikan, bantuan tidak akan aku dapat.
"Ini, Non Resa datang." Bi minah menjawab pertanyaan wanita itu.
Pintu terbuka semakin lebar, sangat jelas aku bisa melihat keadaan dari dalam rumah itu. Aku sangat kaget melihat keadaan rumah itu, sangat jauh berbeda dengan keadaan saat kami tinggal di rumah ini. Barang-barang mewah papa yang menjadi pajangan tidak ada satupun, bahkan lampu gantung yang bernilai ratusan juta itu juga tidak ada.
"Ada apa, perlu apa kau kemari?" Pertanyaan istri kedua papa membuyarkan lamunanku.
"Apakah aku bisa bertemu papa?" Tanyaku, dengan wajah memasang wajah memelas.
"Siapa Sri?" Pertanyaan itu bersumber dari dalam rumah.
Seketika rona wajah ibu tiriku itu berubah masam. Jika aku bisa bertemu langsung dengan papa, pasti papa mau menolongku.
"Anakmu!" Ucapnya ketus, sambil memandang sinis kearah ku.
"Resa?" Papa menyapaku lebih dulu.
Aku hanya menunduk, bingung harus memulai perkataan dari mana.
"Kau nampak kacau, katakan kau mau apa?" Tanya papa padaku.
Hatiku merasa tereyuh, ini pertama kali papa berkata lembut, setelah menikah dengan nenek sihir yang berdiri si sampingnya itu.
"Pah, boleh minta tolong? Keadaan mama sangat lemah, pihak Rumah Sakit tidak mau menangani--"
"Kami tidak punya duit! Makanya kalau miskin! Jangan sok pergi ke Rumah Sakit segala!" Nenek sihir jahat itu seketika memotong ucapanku.
Aku menarik napas begitu dalam, untuk mengumpulkan keberanian. "Andai mama masih bisa bertahan, aku tidak akan membawanya ke Rumah Sakit, tapi mama pingsan, sangat terpaksa aku membawanya." Air mata terlepas begitu saja dari pelupuk mata ini.
Papa terdiam, melihatku menangis seperti ini. Dia menepuk pundakku.
"Keuangan papa sedang dalam masalah, saat ini kakak tiri kamu sedang berusaha membantu keuangan papa," ucapnya.
Doar!
Rasanya bom waktu meledak begitu saja dalam dadaku, terlihat sunggingan senyuman di wajah nenek sihir itu. Aku bodoh! Seharusnya tidak perlu datang ketempat ini.
Terlihat papa merogoh saku bagian belakang celananya. Membuat wajah nenek sihir yang tadinya tersenyum penuh kemenangan mendadak cemberut.
"Resa, hanya ini sisa uang papa," ucapnya. Dia menyodorkan beberapa lembar uang merah padaku.
Seketika hatiku merasa gembira, ternyata pria tua menyebalkan ini masih punya hati. Membuatku langsung memeluknya.
"Terima kasih papa …." Ucapku, aku sangat bahagia atas bantuan papa. Setidaknya, mama bisa mendapat pelayanan medis, walau jauh dari harapan bisa mengantar mama ke meja operasi. Tapi ini sungguh keajaiban.
Papa menepuk punggungku. "Sudah sana, cepat ke Rumah Sakit," pintanya.
Aku menarik diri dari pelukan papa. "Terima kasih," ucapku lagi.
"Kamu kesini naik apa?" Tanya papa padaku.
"Jalan kaki," jawabku.
Papa menarik napasnya begitu dalam.
"Pak Aceng!"
Papa berteriak memanggil supirnya yang bernama Aceng.
Pak Aceng berlari menghampiri papa. "Iya Tuan," sahutnya.
"Ceng, tolong antar Resa," pinta papa pada Pak Aceng.
"Baik Tuan," jawabnya.
"Pergilah, mama kamu butuh kamu, maafkan papa." Papa memelukku kembali. Dia melepaskan pelukannya, dan meminta kami untuk segera pergi.
Sekilas aku melirik wajah nenek sihir yang berdiri di samping papa, aku melempar senyuman penuh kemenangan ke arahnya. Bantuan papa tidak terlalu besar, tapi itu serasa kehilangan satu triliun, bagi nenek sihir itu, jika uang papa, di berikan padaku dan mama.
Aku menggelari istri kedua papa itu nenek sihir, namanya Sri Astuti, punya satu anak perempuan cantik katanya, tapi aku tidak penah tahu seperti apa wujud anak nenek sihir itu.
Aku segera kembali ke Rumah Sakit, tempat mama di rawat, di antar sopir papaku, bernama Pak Aceng.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Jasmine
msh menyimak
2022-11-25
0
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
ohh Aceng sudah ganti profesi ya thor 😆 ku pikir masih ada di dunia terbalik, wkwkwk 🤪🤪🤪😆🤭
salken ya thor, baru mampir 🙏
2022-04-13
0
Ga kepo¹
syukaaaa
2022-02-06
0