Bab 1 Moresa Haya

Moresa Haya. Akrab di panggil Resa, anak tunggal dari pasangan Hayati dan Garie Harahap. Gadis cantik dengan postur tubuh yang sangat ideal memiliki garis wajah, dengan kecantikan yang hampir sempurna. Ternyata memiliki semua itu, tidak menjamin takdir kehidupan yang ia jalani indah dan mudah.

****

Moresa POV

Kenapa kehidupan ini begitu kejam? Seharusnya papa berterima kasih pada mama, karena mama telah berbesar hati, mencarikan istri kedua untuk papa. Tapi ... apa balasannya? Setelah lima tahun pernikahan kedua papa dan wanita itu. Aku dan mama dilempar begitu saja dari rumah yang selama ini menjadi istana kami. Tanpa kami tahu apa kesalahan kami.

Aku sangat membenci wanita itu, dia berasal dari desa, dia pembantu kami yang mama pilih untuk menjadi istri kedua papa. Harusnya dia bisa berbagi suami dengan mama, tapi dia malah menjadi penyebab utama segala kepahitan ini. Hingga kami di usir dari rumah kami sendiri. Apa karena penyakit mama? Sehingga dia takut uang papa habis, hanya untuk membayar biaya pengobatan mama? Bukankah dia tahu dari awal, karena penyakit mama inilah, menjadi penyebab dia bisa menjadi Nyonya kedua di rumah ini.

Masih jelas, bagaimana kemarahan papa saat mengusir kami, entah apa salah kami. Tapi, aku yakin. Semua ini pasti karena nenek sihir itu.

Hidup sungguh tidak adil. Mama sakit parah, kanker pada rahimnya sudah menjalar. Kata dokter, mama harus menjalani operasi pengangkatan rahim, sebelum kanker itu menyebar pada organ vital yang lainnya. Tapi apa dayaku?

Kini kami hanya tinggal di sebuah kontrakan kecil, yang terletak di ujung gang, setelah aku dan mama dibuang oleh papa. Laki-laki yang tidak tahu di untung!

Satu tahun sudah, aku dan mama hidup di kontrakan kecil ini, menjadi buruh cuci, untuk menyambung kehidupan kami. Mama sungguh wanita yang berhati mulia, ia selalu memintaku, agar memaafkan papa dan istri mudanya, mama juga meminta, jangan menaruh dendam pada dua orang tersebut. Aku hanya tersenyum, saat mama memberikan nasehat itu.

Susana di kampung ini sangat sepi, hanya suara motor lewat, lalu lalang di gang itu, memecah kesunyian malam. Aku tengah mencuci piring, bekas makan malam kami. Tangan ini bergerak-gerak dengan gesit, menyabuni, menggosok dan membilas piring, gelas dan juga yang lainnya. Tapi pikiranku terbang entah kemana, otak ini terus bekerja, memikirkan cara, agar bisa mendapatkan dana, untuk biaya pengobatan mama.

Sudah satu bulan, aku tidak bisa membawa mama ke Rumah Sakit, wajah tua itu nampak pucat, karena obat-obatan yang selama ini membantunya bertahan dari rasa sakit tidak mampu kubeli.

"Resa …." Terdengar suara yang lemah dari arah luar.

Aku segera mencuci tangan dan langsung berlari menuju sumber suara itu. "Mama!" Jeritku.

Aku panik, ketika melihat mama pingsan di lantai rumah kami. Tanpa pikir panjang, aku berlari keluar rumah, meminta bantuan para tetangga untuk membantu membawa mama ke Rumah Sakit.

"Hei! Rumah Sakit? Dengan apa aku membayar biaya pengobatan mama?" Pikirku.

Aku menepis semua pikiran itu, saat ini kesembuhan mama yang paling penting. Atas bantuan beberapa warga, akhirnya mama bisa di bawa ke Rumah Sakit. Benar dugaanku, mama tidak akan mendapat pelayanan karena aku tidak mampu membayar biaya administrasi di UGD itu.

Dengan perasaan yang sangat hancur, kuseret kaki ini meninggalkan UGD. Aku tidak punya tujuan pasti, ku datangi siapa saja yang kami kenali untuk mengemis bantuan dari mereka untuk pengobatan mama.

Tidak terhitung berapa orang yang ku temui, berapa buah rumah yang ku datangi, tapi tak satupun dari mereka yang bisa membantu mama. Wajar saja, mereka juga susah, bagaimana mereka membantu kami.

Aku sangat frustrasi, pilihan terakhir, rumah laki-laki yang paling aku benci, menjadi tujuan langkah kaki ini. Dengan semangat, ku seret kaki ini berlari menyusuri jalanan kota yang gelap dan dingin. Berharap laki-laki yang tidak tahu di untung itu, punya sedikit hati nurani, untuk membayar biaya pengobatan mama kali ini.

Tokkk tok tok!

Dengan berat hati, terpaksa punggung tangan ini mengetuk pintu rumah.

Terlihat seorang pembantu membukakan pintu. "Non Resa?" Dia menyapaku.

"Bi Minah, papa ada?" tanyaku

"Ada Non, sebentar bibi panggilkan," balasnya.

"Siapa Minah?!" Terdengar suara yang tidak asing dari dalam, membuat perasaanku semakin kacau. Karena jika nenek sihir itu yang menemuiku lebih dulu, bisa dipastikan, bantuan tidak akan aku dapat.

"Ini, Non Resa datang." Bi minah menjawab pertanyaan wanita itu.

Pintu terbuka semakin lebar, sangat jelas aku bisa melihat keadaan dari dalam rumah itu. Aku sangat kaget melihat keadaan rumah itu, sangat jauh berbeda dengan keadaan saat kami tinggal di rumah ini. Barang-barang mewah papa yang menjadi pajangan tidak ada satupun, bahkan lampu gantung yang bernilai ratusan juta itu juga tidak ada.

"Ada apa, perlu apa kau kemari?" Pertanyaan istri kedua papa membuyarkan lamunanku.

"Apakah aku bisa bertemu papa?" Tanyaku, dengan wajah memasang wajah memelas.

"Siapa Sri?" Pertanyaan itu bersumber dari dalam rumah.

Seketika rona wajah ibu tiriku itu berubah masam. Jika aku bisa bertemu langsung dengan papa, pasti papa mau menolongku.

"Anakmu!" Ucapnya ketus, sambil memandang sinis kearah ku.

"Resa?" Papa menyapaku lebih dulu.

Aku hanya menunduk, bingung harus memulai perkataan dari mana.

"Kau nampak kacau, katakan kau mau apa?" Tanya papa padaku.

Hatiku merasa tereyuh, ini pertama kali papa berkata lembut, setelah menikah dengan nenek sihir yang berdiri si sampingnya itu.

"Pah, boleh minta tolong? Keadaan mama sangat lemah, pihak Rumah Sakit tidak mau menangani--"

"Kami tidak punya duit! Makanya kalau miskin! Jangan sok pergi ke Rumah Sakit segala!" Nenek sihir jahat itu seketika memotong ucapanku.

Aku menarik napas begitu dalam, untuk mengumpulkan keberanian. "Andai mama masih bisa bertahan, aku tidak akan membawanya ke Rumah Sakit, tapi mama pingsan, sangat terpaksa aku membawanya." Air mata terlepas begitu saja dari pelupuk mata ini.

Papa terdiam, melihatku menangis seperti ini. Dia menepuk pundakku.

"Keuangan papa sedang dalam masalah, saat ini kakak tiri kamu sedang berusaha membantu keuangan papa," ucapnya.

Doar!

Rasanya bom waktu meledak begitu saja dalam dadaku, terlihat sunggingan senyuman di wajah nenek sihir itu. Aku bodoh! Seharusnya tidak perlu datang ketempat ini.

Terlihat papa merogoh saku bagian belakang celananya. Membuat wajah nenek sihir yang tadinya tersenyum penuh kemenangan mendadak cemberut.

"Resa, hanya ini sisa uang papa," ucapnya. Dia menyodorkan beberapa lembar uang merah padaku.

Seketika hatiku merasa gembira, ternyata pria tua menyebalkan ini masih punya hati. Membuatku langsung memeluknya.

"Terima kasih papa …." Ucapku, aku sangat bahagia atas bantuan papa. Setidaknya, mama bisa mendapat pelayanan medis, walau jauh dari harapan bisa mengantar mama ke meja operasi. Tapi ini sungguh keajaiban.

Papa menepuk punggungku. "Sudah sana, cepat ke Rumah Sakit," pintanya.

Aku menarik diri dari pelukan papa. "Terima kasih," ucapku lagi.

"Kamu kesini naik apa?" Tanya papa padaku.

"Jalan kaki," jawabku.

Papa menarik napasnya begitu dalam.

"Pak Aceng!"

Papa berteriak memanggil supirnya yang bernama Aceng.

Pak Aceng berlari menghampiri papa. "Iya Tuan," sahutnya.

"Ceng, tolong antar Resa," pinta papa pada Pak Aceng.

"Baik Tuan," jawabnya.

"Pergilah, mama kamu butuh kamu, maafkan papa." Papa memelukku kembali. Dia melepaskan pelukannya, dan meminta kami untuk segera pergi.

Sekilas aku melirik wajah nenek sihir yang berdiri di samping papa, aku melempar senyuman penuh kemenangan ke arahnya. Bantuan papa tidak terlalu besar, tapi itu serasa kehilangan satu triliun, bagi nenek sihir itu, jika uang papa, di berikan padaku dan mama.

Aku menggelari istri kedua papa itu nenek sihir, namanya Sri Astuti, punya satu anak perempuan cantik katanya, tapi aku tidak penah tahu seperti apa wujud anak nenek sihir itu.

Aku segera kembali ke Rumah Sakit, tempat mama di rawat, di antar sopir papaku, bernama Pak Aceng.

Terpopuler

Comments

Jasmine

Jasmine

msh menyimak

2022-11-25

0

☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀

☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀

ohh Aceng sudah ganti profesi ya thor 😆 ku pikir masih ada di dunia terbalik, wkwkwk 🤪🤪🤪😆🤭
salken ya thor, baru mampir 🙏

2022-04-13

0

Ga kepo¹

Ga kepo¹

syukaaaa

2022-02-06

0

lihat semua
Episodes
1 Permulaan
2 Bab 1 Moresa Haya
3 Bab 2 Samuel Ozage
4 Bab 3 Tawaran
5 Bab 4 Demi Mama
6 Bab 5 Dua Cincin
7 Bab 6 Kagum
8 Bab 7 Masuk dalam Jebakan
9 Bab 8 Menderita
10 Bab 9 Kursi Roda
11 Bab 10 Insting Seorang Ibu
12 Bab 11 Nenek Suka Padamu
13 Bab 12 Pertanyaan Mama
14 Bab 13 Menarik Sesuatu
15 Bab 14 Kebersamaan
16 Bab 15 Perasaan Itu Lagi
17 Bab 16 Fans dan Idola
18 Bab 17 Egois
19 Bab 18 Apalagi
20 Bab 19 Tidak Enak
21 Bab 20 Pilihan
22 Bab 21 Asal Kau Bahagia
23 Bab 22 Kamu Menang
24 Bab 23 Sudah Kuduga
25 Bab 24 Kecewa
26 Bab 25 Hebat!
27 Bab 26 Syarat apa
28 Bab 27 Tergagap
29 Bab 28 Bodoh
30 Bab 29 Menyedihkan
31 Bab 30 Sepi
32 Bab 31 Aku Keterlaluan
33 Bab 32 Kamu Sehat?
34 Bab 33 Dibohongi
35 Bab 34 Dikunci
36 Bab 35 Bayi Kita Lapar
37 Bab 36 Seimbang
38 Bab 37 Lebay
39 Bab 38 Puas
40 Bab 39 Terbakar
41 Bab 40 Bulan Ketujuh
42 Bab 41 Joging
43 Bab 42 Astaga
44 Bab 43 Kekurangan
45 Bab 44 Tidak Boleh
46 Bab 45 Sesak
47 Bab 46 Giliranku Kapan?
48 Bab 47 Kenapa
49 Bab 48 Serasi
50 Bab 49 Melupakan
51 Bab 50 Dagu mu, Dua
52 Bab 51 Jarak
53 Bab 52 Berbisik.
54 Bab 53 Kecewa
55 Bab 54 Potong Kue
56 Bab 55 Besok Saja
57 Bab 56. Kesal
58 Bab 57 Jujurlah
59 Bab 58 Terungkap
60 Bab 59 Kebenaran
61 Bab 60 Resa Kembali .....
62 Bab 61 Bernyanyi
63 Bab 62 Terulang lagi
64 Bab 63 Kenapa Alvaro
65 Bab 64 Kuy Lanjut
66 Bonus Chapter 1
67 Bonus Chapter 2
68 Bonus Chapter 3
69 Bonus Chapter 4
70 Bonus Chapter 5
71 Bonus Chapter 6
72 Bukan Update, Hanya Promo Karya Baru
73 Promo lagi
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Permulaan
2
Bab 1 Moresa Haya
3
Bab 2 Samuel Ozage
4
Bab 3 Tawaran
5
Bab 4 Demi Mama
6
Bab 5 Dua Cincin
7
Bab 6 Kagum
8
Bab 7 Masuk dalam Jebakan
9
Bab 8 Menderita
10
Bab 9 Kursi Roda
11
Bab 10 Insting Seorang Ibu
12
Bab 11 Nenek Suka Padamu
13
Bab 12 Pertanyaan Mama
14
Bab 13 Menarik Sesuatu
15
Bab 14 Kebersamaan
16
Bab 15 Perasaan Itu Lagi
17
Bab 16 Fans dan Idola
18
Bab 17 Egois
19
Bab 18 Apalagi
20
Bab 19 Tidak Enak
21
Bab 20 Pilihan
22
Bab 21 Asal Kau Bahagia
23
Bab 22 Kamu Menang
24
Bab 23 Sudah Kuduga
25
Bab 24 Kecewa
26
Bab 25 Hebat!
27
Bab 26 Syarat apa
28
Bab 27 Tergagap
29
Bab 28 Bodoh
30
Bab 29 Menyedihkan
31
Bab 30 Sepi
32
Bab 31 Aku Keterlaluan
33
Bab 32 Kamu Sehat?
34
Bab 33 Dibohongi
35
Bab 34 Dikunci
36
Bab 35 Bayi Kita Lapar
37
Bab 36 Seimbang
38
Bab 37 Lebay
39
Bab 38 Puas
40
Bab 39 Terbakar
41
Bab 40 Bulan Ketujuh
42
Bab 41 Joging
43
Bab 42 Astaga
44
Bab 43 Kekurangan
45
Bab 44 Tidak Boleh
46
Bab 45 Sesak
47
Bab 46 Giliranku Kapan?
48
Bab 47 Kenapa
49
Bab 48 Serasi
50
Bab 49 Melupakan
51
Bab 50 Dagu mu, Dua
52
Bab 51 Jarak
53
Bab 52 Berbisik.
54
Bab 53 Kecewa
55
Bab 54 Potong Kue
56
Bab 55 Besok Saja
57
Bab 56. Kesal
58
Bab 57 Jujurlah
59
Bab 58 Terungkap
60
Bab 59 Kebenaran
61
Bab 60 Resa Kembali .....
62
Bab 61 Bernyanyi
63
Bab 62 Terulang lagi
64
Bab 63 Kenapa Alvaro
65
Bab 64 Kuy Lanjut
66
Bonus Chapter 1
67
Bonus Chapter 2
68
Bonus Chapter 3
69
Bonus Chapter 4
70
Bonus Chapter 5
71
Bonus Chapter 6
72
Bukan Update, Hanya Promo Karya Baru
73
Promo lagi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!