Wanita Satu Milyar
"Nduk, kamu mau ya, nikah sama Asep juragan ternak itu! Sapinya banyak. Gantengnya melebihi artis favorit Emak dulu, Roma Irama itu lho. Kamu itu dah berumur 25 tahun. Saatnya kamu menikah!"
Ibu paruh baya sedang menawarkan jodoh untuk anaknya. Beliau duduk di bangku kayu sambil membuat sapu lidi.
"Emoh, Mak. Yolanda maunya sama pria ganteng, terus, harus ngasih aku uang satu miliar, satu mobil mewah dan rumah mewah! Selain itu, Yolanda tolak! Dah ya Mak, Yolanda mau kerja dulu. Kalau nggak kerja nggak makan!"
Sambil menenteng tas jinjing berwarna merah muda, ia menyalami emaknya yang sudah tua. Yolanda akan bekerja sebagai guru PNS di salah satu sekolah pemerintah di kampungnya. Lumayan, bisa buat biaya hidup dirinya dan sang emak yang sudah tua.
Sementara Emak berprofesi sebagai petani dan penjual kerajinan rumah tangga seperti sapu lidi, tampah, bakul nasi dan sebagainya. Di umurnya yang sudah menginjak 60 tahun,
Emak geleng-geleng kepala. "Astaghfirullah, Nduk, Emak saja orang kecil. Kamu mintanya anak Sultan. Wong Emakmu hanya seorang petani, mana bisa carikan laki-laki seperti itu. Paringono sabar, Gusti!"
Terlihat ibunya Yolanda mengelus d4 d4 karena anak gadis semata wayangnya pilih-pilih dalam mencari jodoh.
***
Yolanda naik motor beat untuk menuju ke sekolah untuk mengajar pelajaran Bahasa Inggris. Selain cantik, ia juga cakap berbahasa Inggris, sehingga ia diterima sebagai guru PNS di salah satu sekolah Negeri.
Yolanda adalah anak semata wayangnya Bu Darmi yang bisa mengangkat derajat orang tuanya. Namun, kelemahannya, ia belum menikah dan pilih-pilih.
Jam 06. 45 pagi Yolanda sudah sampai di sekolah. Ia mulai turun dari motor eksotiknya yang ia modif dengan gambar bunga-bunga dan kaligrafi berwarna merah muda.
Yolanda memang terkenal dengan Ibu Guru yang aneh. Beda dari guru yang lain.
Yolanda melangkahkan kaki menuju kantor guru yang terlihat belum semua guru datang. Ia memutuskan untuk menyalakan komputer dan mengerjakan tugas yang belum kelar.
"Bu Yolanda? Ada waktunya sebentar nggak ya?"
Seorang pria muda yang memakai seragam atasan batik dan celana navy, menghampiri Yolanda.
Yolanda menoleh ke sumber suara. "Pak Reynan. Ada apa Pak? Pagi-pagi sudah nyamperin saya?" tanya Yolanda dengan sedikit ketus. Waktu itu Yolanda sedang memakai kaca mata dan terlihat wajahnya semakin ayu.
"Nanti aku dan keluarga mau ke rumah kamu. Dipersiapkan ya?" ujar Pak Reynan yang sedikit canggung menyampaikan hal penting tersebut kepada Yolanda.
Yolanda mengerutkan alis matanya. "Ada keperluan apakah? Apa itu penting?" tanya Yolanda dengan penasaran.
Pak Reynan menghela nafas. "Nanti kamu juga tahu. Nanti saja bilangnya kalau nanti sudah di rumah Anda!" ujar Reynan dengan kalem.
Setelah itu Reynan kembali ke tempat semula.
Waktu berangsur cepat dan berganti menjadi pukul 08.00 pagi. Waktunya Yolanda mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris.
Tidak terasa waktu sudah pukul 12.30. Anak SD berhamburan untuk pulang. Kini waktunya Yolanda juga akan pulang.
Sebelum pulang, ia akan mampir ke Pasar Tradisional terlebih dahulu karena ia akan membeli keperluan pribadi yang sudah menipis.
Tidak perlu lama, ia sudah di atas motor dan mulai menstarter motornya menuju Pasar Tradisional.
Lima belas menit, ia sudah sampai Pasar. Motor sudah ia parkir. Kini tinggal berbelanja ikan patin kesukaan Emak tercintanya. Setelah membeli ikan patin, ia juga membeli bumbu dan jajanan lainnya untuk mengurangi rasa bosan ketika sedang mengerjakan tugas di rumah.
"Yol, kamu beli apa saja kok banyak banget? Kalau beli Suak boros! Kasihan Emak kamu!"
Ibu-Ibu berperawakan gempal menyindir Yolanda yang berbelanja sangat banyak.
Yolanda terkekeh. "Sekalian untuk sepekan Bu Tumi. Bu Tumi mau cilok! Nih aku beli sekebon. Yang tiga bungkus untuk Ibu! Mau minta apa lagi! Bakso? Mie ayam? Aku beliin!"
Yolanda memberikan beberapa bungkus cilok kesukaannya kepada Bu Tumi yang sepertinya ingin mencicipi cilok yang ia beli.
Bu Tumi mengacungkan dua jempol. " Nah, itu baru anak Emak Darmi yang cantik, yang kinclong, cetar membahana. Haha!"
Bu Tumi suka jaim dengan Yolanda karena ia suka berbelanja barang-barang yang seharusnya tidak dibeli.
Walaupun boros, Yolanda itu sangat dermawan, suka senyum dan lucu. Namun, jika ia marah, bagai singa yang siap menerkam.
***
Setengah jam kemudian, Yolanda sudah sampai rumah. Ia tercengang melihat pemandangan yang tidak biasanya.
Ada mobil Pict Up berjumlah lima yang di dalamnya banyak barang-barang yang membuatnya tertawa.
Salah satu mobil berisi kambing, bebek, ayam jago dan sapi. Sementara di mobil yang lain berisi makanan dan barang-barang seperti makanan, buah-buahan, pakaian dan perhiasan.
Ketika ia ingin masuk ke pekarangan rumah, sudah banyak orang datang dan membuat Yolanda semakin penasaran.
"Emak ngadain acara apaan sih? Berisik sekali? Huft, motorku jadi nggak bisa lewat. Mana aku bawa barang banyak beginian!" ujar Yolanda sambil cemberut.
Yolanda melangkahkan kaki menuju dalam rumahnya yang berukuran cukup. Tidak terlalu besar dan tidak terllau kecil.
Rumah Bu Darmi yang tadinya hanya terbuat dari kayu, setelah Yolanda menjadi PNS, ia bisa memperbaiki rumah menjadi berbahan batu bata.
Di antara kerumunan Bapak dan Ibu ibu yang banyak, Yolanda menerobos agar bertemu dengan Sang Emak.
Tidak lama, ia menemukan ibunya berada di ruang tamu dan duduk bersama tiga orang dan tamu-tamu lainnya. Ada yang duduk di tikar dan ada yang berdiri. Mereka menyambut kedatangan Yolanda yang sedang menenteng barang belanjaan.
"Nduk, kamu kesini. Letakkan belanjaanmu itu!" titah Bu Darmi dengan raut wajah senang.
Tidak lama, Yolanda menaruh barang belanjaan tersebut di dapur. Tidak lama, ia menuju ke ruang di mana ibunya berada.
"Bang Asep? Bu Karno dan Pak Sapto ya? Ada perlu apa ke rumah kami?" tanya Yolanda sambil meletakkan bobot bokong di bangku kayu.
Wajah Asep gugup ketika hendak mengucapkan sesuatu. "Yolanda, Bang Asep ingin meminangmu menjadi istriku. Apakah kamu mau? Aku sudah menyiapkan seserahan binatang ternak beserta perhiasan untukmu! Semoga kamu suka dan menerima pinangan ku!"
Asep berhasil mengutarakan maksudnya. Diterima atau tidak diterima ia pasrahkan kepada Sang Pencipta.
"Ehem!"
Ketika Asep mengutarakan hal pentingnya, datang pria tampan mendehem.
Yolanda menoleh ke sumber suara.
"Pak Reynan?"
Yolanda tercengang, teman kerjanya yang seorang guru juga datang. Terlihat ia sedang membawa kotak besar sebesar lemari yang dibungkus dengan kertas kado berwarna pink.
Reynan menatap tajam Yolanda. "Nona Yolanda! Izinkan saya meminangmu! Saya akan memberikan kulkas dan mesin cuci beserta uang sebesar lima puluh juta rupiah. Apakah Nona setuju?"
Reynan berhasil mengutarakan maksudnya.
Yolanda menepuk jidat karena dua orang pria meminang dalam waktu yang bersamaan. Hatinya bagai nano+nano tak karuan.
Siapakah yang dipilih Yolanda?
Seorang guru? Atau juragan ternak?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments