Berduka kehilangan orang-orang yang ia cintai memang memerlukan waktu. meski bagi Aaron kondisi tersebut juga bisa menjadi katalisator bagi babak baru dalam hidupnya.
Aaron merebahkan tubuhnya diatas kasur. matanya menatap langit-langit kamarnya. sesaat ia memejamkan mata dan melihat sosok Momy dan Daddy yang sedang tersenyum dalam pikirannya. memikirkan seandainya dulu ia menuruti keinginan mommy untuk tidak kuliah di Amerika, mungkin kejadiannya akan lain. meski ia menyadari bahwa takdir hidup seseorang sudah diatur olehNya.
Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka lebar. Atreya datang dan membuyarkan lamunannya. Aaron langsung memindahkan pandangan pada sosok gadis yang tengah berdiri didepan pintu dengan tongkat kruknya. Mata Aaron terbebelak lebar. ia langsung terperanjat dari posisi tidurnya.
" Rea, sejak kapan kau pakai kruk itu ? nanti kakimu sakit." Aaron menghampiri Atreya lalu memapahnya berjalan untuk masuk ke kamarnya.
" gak usah berlebihan kak ! aku bisa sendiri." Atreya mendorong sedikit tubuh Aaron dengan sikutnya. Gadis itu memang selalu optimis bahwa suatu saat dirinya akan bisa berjalan normal seperti kakaknya.
Perlahan Aaron melepaskan tangannya dari tubuh Atreya, lalu mengawasi sampai akhirnya Atreya berhasil berjalan hingga duduk ditepian tempat tidur Aaron.
" apa kakimu sakit ?" tanya Aaron terlihat khawatir.
Atreya menggeleng kan kepalanya. "aku hanya perlu sering melatih otot-otot kakiku ini, kak."
"tapi jangan terlalu memaksakan diri, Rea. aku tidak mau terjadi apa-apa denganmu. sekarang aku akan bawakan kursi rodamu ya." Aaron hendak beranjak mengambil kursi roda namun Atreya langsung menarik tangan Aaron.
" tidak perlu, kak. nanti saja." cegah Atreya.
" baiklah, terserah."
Lalu Aaron berjalan menuju jendela, menyibak tirai tebalnya agar sinar sang surya mampu menembus masuk ke dalam kamar melalui kaca jendela. kini bias cahayanya menyinari wajah Atreya yang mengerjap karena silau.
" apa kakak tidak kekantor ?" tanya Atreya.
" setelah ku antar kamu ke kampus barulah aku ke kantor." sahutnya.
" tidak perlu kak. kan ada mang Maman yang biasa mengantarku. nanti kaka kesiangan lho." jawab Atreya seraya merapihkan bantal yang sedikit berantakan bekas tidurnya sang kakak.
" semalam mang Maman menghubungi ku, katanya hari ini tidak bisa kemari karena harus mengantar anaknya berobat." ucap Aaron.
" oohh." Atreya membulatkan bibirnya.
" aku akan Mandi. kau pergilah sarapan duluan bersama nenek. nanti aku menyusul."
" baiklah. aku juga akan siap-siap dulu." Atreya hendak berdiri dari duduknya dengan bertumpu pada kedua tongkat kruknya. namun tiba-tiba ia hilang keseimbangan. dengan cepat Aaron menyangga tubuh adiknya.
" sudah ku bilang jangan terlalu memaksa. liat sendiri kan bagaimana akhirnya? sini biar ku gendong ke kamarmu."
mendengar itu Atreya hanya diam dan pasrah karena kakinya terasa menjadi lemah kembali.
dengan cepat Aaron merengkuh tubuh Atreya dan membawa menuju kamarnya.
" sebaiknya hari ini kau istirahat saja dirumah. tidak usah kuliah dulu." Aaron hendak merebahkan tubuh Atreya diatas tempat tidurnya namun Atreya meronta.
" tidak kak !! dudukkan aku dikursi roda ! aku ingin ke kampus hari ini." tolak Atreya.
" tapi kakimu--"
" kakiku tidak apa-apa. kakak tak perlu berlebihan begitu." ucap Atreya menyela kakaknya.
" dasar keras kepala." gumam Aaron seraya melotot ke arah Atreya yang masih melingkarkan tangannya dibelakang leher Aaron.
Akhirnya Aaron meletakkan tubuh Atreya dikursi rodanya. dan Atreya pun tersenyum lebar pada kakaknya itu.
*****
Mobil Aaron pun berhenti tepat didepan kampus Atreya. ia keluar dari mobil terlebih dulu lalu mengeluarkan kursi roda dari dalam mobilnya. setelah itu membantu Atreya untuk turun dan duduk diatas kursi rodanya.
" kuliahmu sampai jam setengah empat sore kan ? nanti aku jemput disini lagi." tanya Aaron memastikan.
" iya kak. sudah pergilah !! nanti kesiangan berangkat kekantor." balas Atreya mengibas-ngibaskan tangannya tanda mengusir Aaron untuk segera pergi.
Aaron hanya menggeleng-gelengkan kepalanya lalu masuk ke dalam mobil.
" Kalau ada apa-apa telpon aku segera." teriak Aaron dari dalam mobil melalu kaca jendela pintu yang masih terbuka lebar.
" iya ih bawel." balas Atreya seraya melambaikan tangannya.
Tak lama kemudian mobil Aaron pun meluncur membelah jalanan yang sudah terlihat ramai lancar itu.
Atreya lalu memutar kursi roda menuju jalan yang khusus bagi penyandang difabel dikampusnya itu.
Namun saat dikoridor menuju kelasnya, tiba-tiba ada beberapa mahasiswa yang sedang bercanda dan salah satunya menubruk kursi roda Atreya. Sontak saja Atreya hampir terjungkal miring karena disebelahnya ada terundakan setinggi lima centi menuju ke ruang lab.
'GLEPP.'
seseorang menahan kursi roda Atreya supaya tidak Jatuh.
" hey, kalian kalau bercanda hati-hati dong !! jangan sampai merugikan orang lain seperti ini." teriak gadis yang menolong Atreya kepada tiga laki-laki yang tengah bercanda itu. tapi mereka tak menghiraukannya dan malah pergi begitu saja meninggalkan keduanya.
" apa kau tidak apa-apa ?" tanyanya seraya mengedarkan pandangan pada tubuh Atreya. berharap tidak ada yang terluka.
" aku tidak apa-apa. terimakasih." balas Atreya tersenyum.
" kau anak baru ya? sepertinya aku baru melihat mu." ucapnya memicingkan matanya menyelidik.
" iya. aku baru masuk seminggu yang lalu." ujar Atreya.
" oh, pantas saja."
" memang Kaka semester berapa ?" tanya Atreya.
" aku semester empat. jangan panggil aku Kaka ! panggil aku Kinara saja." ucapnya sambil menyodorkan tangannya hendak berjabat tangan. dan Atreya pun langsung meraih tangannya.
" aku Atreya Gildea. kita memang sepertinya seumuran. karena dengan keterbatasan ku ini, dulu aku terlambat masuk sekolah." Atreya menundukkan pandangannya.
" tidak apa-apa, Atreya." gadis bernama Kinara itu mengelus-elus bahu Atreya seraya menyunggingkan senyuman manisnya.
" apa kita bisa berteman ?" tanya Atreya mengangkat wajahnya pada Kinara.
" tentu saja. kenapa harus memintanya? " ujar Kinara tertawa kecil.
" maaf. takutnya kau tidak mau berteman dengan gadis lumpuh seperti ku."
" Hey, aku tidak pernah memilih dengan siapa aku berteman. semuanya sama yang penting ia yang mau mendengarkan kita dan bersikap jujur dengan kita."
jelasnya seraya membungkukkan badannya supaya sejajar dengan Atreya.
" terimakasih, kinara. kau mau menjadi temanku." Atreya merasa lega.
Kinara hanya membalasnya dengan senyuman tulus. lalu mereka saling bertukar nomor ponsel. dan akhirnya berpisah sementara karena ada jadwal kuliah masing-masing.
.
.
.
.
jangan lupa like, komen nya ya say 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Adrian Salsabila
mungkinkah Kinara jodohnya aroon?? tak lnjut baca dulu author,, Krn ak baru menemukan novelmu ini
2022-12-17
0