Ingin Sekolah

Pagi itu dimeja makan,

" Kaka, bolehkah aku melanjutkan sekolah lagi ?" tanya Atreya setelah menelungkupkan sendok dan garpu diatas piringnya yang sudah kosong.

" baiklah, nanti kaka akan cari kan guru privat buat melanjutkan home schooling mu." jawab Aaron masih mengunyah sisa makanan dimulut ya.

" tidak kak. aku ingin masuk ke universitas umum biasa." jawab Atreya merajuk.

Aaron langsung menautkan tatapan tajam pada sang adik. melepaskan alat makan diatas piringnya, lalu menyangga dagu dengan kedua punggung tangannya diatas meja makan.

" maksudnya kau ingin kuliah reguler biasa begitu ? tidak, Rea. Kaka tidak setuju." Aaron menolaknya mentah-mentah.

" kenapa kak ? aku bosan dari kecil dirumah terus. aku ingin punya teman." sahut Atreya sambil menatap Aaron yang tengah mengangkat sebelah alisnya dengan sorot mata elangnya.

" kalau hanya ingin punya teman, aku bisa bawakan teman sebayamu kerumah ini." jawab Aaron enteng.

" teman sewaan gitu maksud Kaka ?" tebak Atreya mendengus.

" iya."

jawab Aaron tanpa beban, lalu beranjak dari kursi makan menuju ke ruang gym pribadinya.

Atreya langsung memutar kursi rodanya mengejar sang kakak yang melangkah dengan cepat karena menyadari Atreya tengah mengejarnya.

" kak, tunggu !!" sahut Atreya dengan cepat menikung langkah Aaron dengan kursi roda otamatisnya.

" apalagi, Rea ? kaka mau olahraga."

" ayolah kak, tolong daftarkan aku kuliah di kampus almamaternya mommy. aku ingin melanjutkan sekolah disana." rengek Atreya seperti anak kecil yang menggelayut manja ke tangan kakaknya.

Aaron membungkukkan tubuhnya agar sejajar dengan Atreya, lalu menangkup kedua pipi chubby adiknya.

" Rea, aku takut terjadi apa-apa denganmu. kita tidak tau diluar sana seperti apa. " lirihnya.

" Kaka, percaya lah. aku akan menjaga diriku sendiri. meskipun keadaanku lumpuh, aku ingin tetap menjalani kehidupan yang normal. kuliah, punya teman, dan mengenal lingkungan sekitar." jelas Atreya penuh harap.

" tapi, Re--"

" tapi Kaka takut ada orang yang menghinaku seperti waktu itu kan ?" Potong Atreya seolah sudah tau apa yang ada dipikiran Aaron.

" iya. aku yang tidak siap bila ada orang diluar sana yang akan mencemooh atau merendahkan kamu, Rea." ujar Aaron langsung merengkuh tubuh Atreya. matanya mulai berkaca-kaca namun segera ditepis oleh tangannya. " Shit!! kenapa jadi cengeng begini!", umpatnya dalam hati untuk dirinya sendiri.

Aaron selalu ingat kejadian waktu kecil dulu, saat membawa Atreya bermain ke taman. ada segerombolan anak laki yang mencemooh keadaan fisik Atreya. dan Aaron sangat tidak terima, akhirnya terjadilah perkelahian antar bocah. Aaron menonjok lalu menendang perut anak itu babak belur hingga tersungkur ke aspal jalan. sejak itulah Aaron tidak pernah mengajak Atreya bermain keluar lagi karena takut ada orang yang mengejek kondisi sang adik.

" Aaron, biarkan adikmu ikut sekolah reguler. percayalah, disini akan aman. tidak akan ada yang berani mengganggunya."

Shofi tiba-tiba datang dari arah pintu depan baru pulang dari pasar.

Aaron dan Atreya tertegun menatap ke arah neneknya. Shofi mendekat lalu menaruh tas belanjaannya diatas meja.

" Aaron, adikmu ini sudah cukup dewasa. kasihan bila ia terus-menerus diam diri dirumah. biarkan Atreya menjalani kehidupan sewajarnya. kau harus belajar mempercayai adikmu, sayang."

Aaron terdiam beberapa saat. ia berusaha mencerna semua kata-kata neneknya.

" bolehkan, kak ?"

Atreya kembali merajuk.

Aaron lalu berfikir beberapa menit. memejamkan matanya sesaat, sebelum mengatakan keputusannya.

" baiklah. tapi syarat dan ketentuan tetap berlaku." ucap Aaron seraya mencubit kedua pipi Atreya yang langsung terlihat bahagia itu.

" apa syaratnya, kak ?"

Atreya begitu antusias.

" nanti aku akan pikirkan dulu. sekarang kau jangan menggangguku lagi. aku mau olahraga."

ucap Aaron beranjak menuju ruang gym pribadinya.

Atreya terlihat sumringah, garis diwajahnya terlihat berseri-seri. Shofi meraih kedua lengan Atreya seraya duduk disampingnya.

" kau bahagia, sayang ?"

Atreya mengangguk pasti.

" iya nek. aku bahagiaaa sekali. akhirnya aku bisa sekolah ditempat umum. coba nenek bayangkan, dari kecil aku hanya mengikuti home schooling sendirian hanya ditemani mommy. "

Shofi hanya tersenyum getir mendengar cerita cucu nya itu. lagi-lagi ia teringat dengan mendiang Freya, anaknya.

" semoga kau tenang disana bersama papa dan suamimu, sayang. aku akan selalu menjaga anak-anak mu sampai akhir hidupku ini."

lirihnya dalam hati.

setelah melakukan treadmill dan angkat barbell selama kurang lebih satu jam, Aaron kembali ke kamar hendak membersihkan diri dikamar mandi yang berada dikamarnya.

hari ini sebelum Aaron pergi ke kantor, ia sudah janji pada Atreya akan mendaftar dulu ke kampus pilihan adiknya itu.

" nek, aku akan ke kantor dulu. titip Rea ya."

pamit Aaron.

" tanpa kau titipi juga aku akan menjaganya, Aaron. kalian itu kan cucuku."

sahut Shofi sambil menepuk bahu kekar milik Aaron.

" jangan lupa untuk mendaftarkan ku kuliah di kampus itu ya, kak."

" iya, bawel. kakakmu ini masih muda dan belum pikun." jawab Aaron lalu mengacak-acak rambutnya atreya.

" haish. kebiasaan Kaka nih ngacak-ngacak rambutku." Atreya langsung menepis tangan kakaknya lalu kembali merapihkan rambutnya dengan jari-jari tangannya.

" Aaron, selamat ya nak. sekarang kau sudah resmi menjadi pemilik perusahaan itu. nenek bangga padamu. kau mirip Daddy mu. dulu Kevan pembisnis muda yang handal. banyak perusahaan yang ia jalankan sendiri." kenang Shofi dengan mata keriputnya yang mulai berkaca-kaca.

Aaron lalu merengkuh tubuh mungil Shofi.

" sudahlah, nek. kita harus terus menatap kedepan. Kebahagiaan ataupun kesedihan adalah sementara, tak ada yang abadi kecuali perubahan."

ucapnya seraya mengusap-usap punggung neneknya yang sudah membungkuk itu.

" Kaka, aku sangat menyayangimu."

Atreya sudah melingkarkan tangannya dipinggang Aaron.

" kau ini, kalo begini terus aku bisa terlambat mendaftarkan mu ke kampus."

mendengar itu atreya segera melepaskan kedua tangannya dari tubuh kakaknya.

" oke, kalau begitu cepat pergilah kak ! "

ucapnya jadi terkesan mengusir mendorong tubuh kakaknya menjauh.

Aaron hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu bergegas pergi menggunakan mobil sport putih buatan Eropa itu. ia menjalankannya dengan kecepatan sedang karena jalanan disini sering macet, tidak selancar ditempatnya dulu yang bisa kebut-kebutan dijalan.

.

.

.

jangan lupa like and komentarnya ya 🤗

Terpopuler

Comments

Rini Widyaningsih

Rini Widyaningsih

Menarik...lanjut

2020-10-01

1

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 Ingin Sekolah
3 kantor baru
4 Gadis aneh
5 katalisator
6 terlambat
7 pasar kaget
8 gara-gara teh
9 purel
10 siapa kinara
11 menjauh
12 menolak
13 tamu Shofi
14 demam (1)
15 demam (2)
16 ponsel
17 melamar
18 seistimewa itu
19 ternyata
20 kalung liontin
21 cinta terlarang
22 berkunjung
23 ART baru
24 mencoba berdamai
25 gara-gara minum
26 diluar kendali
27 perasaan bersalah
28 pengakuan
29 salah paham
30 butuh waktu
31 fitting
32 tiba-tiba ingin pulang
33 dilunasi
34 terkejut
35 bermain hati
36 menikah
37 malah melupakan
38 gantian tidur duluan
39 miliki aku
40 menjadi candu
41 hometown
42 buah cinta kita
43 tidak menyangka
44 terungkap
45 ingin menemuinya
46 tunggulah aku
47 tidak perduli lagi
48 akhirnya bertemu
49 tetap menunggu
50 tidak bisa menghubungi
51 pesona atreya
52 ingin menguasai
53 ketauan
54 penculikan
55 menemukan mu
56 perasaan Atreya
57 kehilangan
58 memaksa
59 kedatangan mereka
60 surprise untuknya
61 semua rencananya
62 mabuk red wine
63 berat hati
64 kesibukan baru
65 kembali lagi
66 tinggal di apartemen
67 ajakan Sean
68 datang untuk maaf
69 rencana Revan
70 ternyata dia
71 mulai dari awal lagi
72 mata-matanya
73 satu kesempatan lagi
74 masa depan Atreya
75 pilihan atreya
76 cemburu
77 off bekerja
78 tak mudah lagi memaafkan
79 menjadi lebih baik
80 kunjungan
81 O'Neill Hospital
82 Pesona Aldrich
83 EPILOG - party
84 Extra Part - barbeque party
Episodes

Updated 84 Episodes

1
PROLOG
2
Ingin Sekolah
3
kantor baru
4
Gadis aneh
5
katalisator
6
terlambat
7
pasar kaget
8
gara-gara teh
9
purel
10
siapa kinara
11
menjauh
12
menolak
13
tamu Shofi
14
demam (1)
15
demam (2)
16
ponsel
17
melamar
18
seistimewa itu
19
ternyata
20
kalung liontin
21
cinta terlarang
22
berkunjung
23
ART baru
24
mencoba berdamai
25
gara-gara minum
26
diluar kendali
27
perasaan bersalah
28
pengakuan
29
salah paham
30
butuh waktu
31
fitting
32
tiba-tiba ingin pulang
33
dilunasi
34
terkejut
35
bermain hati
36
menikah
37
malah melupakan
38
gantian tidur duluan
39
miliki aku
40
menjadi candu
41
hometown
42
buah cinta kita
43
tidak menyangka
44
terungkap
45
ingin menemuinya
46
tunggulah aku
47
tidak perduli lagi
48
akhirnya bertemu
49
tetap menunggu
50
tidak bisa menghubungi
51
pesona atreya
52
ingin menguasai
53
ketauan
54
penculikan
55
menemukan mu
56
perasaan Atreya
57
kehilangan
58
memaksa
59
kedatangan mereka
60
surprise untuknya
61
semua rencananya
62
mabuk red wine
63
berat hati
64
kesibukan baru
65
kembali lagi
66
tinggal di apartemen
67
ajakan Sean
68
datang untuk maaf
69
rencana Revan
70
ternyata dia
71
mulai dari awal lagi
72
mata-matanya
73
satu kesempatan lagi
74
masa depan Atreya
75
pilihan atreya
76
cemburu
77
off bekerja
78
tak mudah lagi memaafkan
79
menjadi lebih baik
80
kunjungan
81
O'Neill Hospital
82
Pesona Aldrich
83
EPILOG - party
84
Extra Part - barbeque party

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!