Sejak kode keras dari Rio di depan studio foto milik Arif, Lisa semakin sering memikirkan pria yang satu tahun lebih muda darinya itu. Pria itu memiliki wajah yang tampan, sikapnya yang ramah juga membuat ibunda Ashila itu merasa tergoda. Apalagi sejak saat itu Rio dengan sengaja mengirim foto dirinya yang tengah berolahraga, menampilkan tubuhnya yang kekar dan seksi.
"Mas Toni ganteng, tapi Rio nggak kalah ganteng," batin Lisa sembari menatap foto Rio di ponselnya.
Lisa terus memikirkan apa yang Rio punya tetapi suaminya tak punya.
Bisa dibilang, Toni adalah pria yang sempurna, tampan, baik, kaya raya dan selalu memanjakan sang istri. Namun, itu juga yang membuat Lisa tergoda pada Rio. Ya, ibunda Ashila itu mulai merasa bosan dan jenuh pada rumah tangganya yang adem ayem selama ini.
Kebaikan sang suami begitu luar biasa sehingga ia tak merasa ada tantangan dalam hidupnya. Lalu, datang Rio yang ternyata seorang playboy, suka bergonta-ganti pasangan.
Sebagai wanita yang juga digoda oleh Rio, Lisa tiba-tiba berpikir untuk meladeni pria itu dan membuktikan kalau dirinya bisa menaklukkan seorang playboy.
"Aku nggak suka lihat kamu sama wanita lain," ucap Lisa pada pria yang kini sedang makan malam dengannya.
Ya, karena usaha keras Rio yang mengejar perhatian Lisa, istri Toni itu akhirnya takluk juga. Rio mengajak Lisa makan malam bersama setelah pekerjaan mereka selesai. Itu bukan acara makan malam bersama pada umumnya, itu adalah makan malam spesial. Bisa dikatakan itu adalah malam pertama Lisa dan Rio berkomitmen untuk menjalin hubungan yang lebih dari sekedar teman.
"Aku nggak akan deket sama wanita lain kalo udah ada Mbak," ucap Rio dengan senyum liciknya.
Lisa menyeringai. "Jangan kira aku nggak tahu kalo kamu itu playboy."
Rio ikut menyeringai. "Kita sama-sama tahu kekurangan dan kelebihan masing-masing, Mbak," ucap Rio santai.
Lisa mengerutkan keningnya. "Kekurangan dan kelebihan?"
Rio mengangguk. "Ya."
"Emang kekurangan dan kelebihan aku apa?"
"Kekuranganmu, kamu udah jadi istri orang."
Lisa mengangguk. "Terus? Kamu nggak mau?"
Rio menggeleng. "Dari awal aku udah tahu itu, aku nggak keberatan. Asal Mbak tetep ada waktu buat aku. Dan setelah aku pikir-pikir, kita sering nge-job bareng, jadi artinya waktu Mbak lebih banyak buat aku."
"Iya juga, sih."
Rio tersenyum.
"Terus? Kelebihan aku apa?" tanya Lisa penasaran.
"Kelebihan kamu, kamu terlalu cantik, Mbak." Rio menjawab dengan lugas.
"Ha?"
"Iya, kamu terlalu cantik. Aku takut pas lagi nggak nge-job sama kamu, takut rindu. Kata Dilan, rindu itu berat." Rio mulai menggoda Lisa dengan rayuan mautnya.
Lisa tertawa. Itu adalah hal yang tak pernah dilakukan sang suami. Toni memang jarang atau bahkan tidak pernah merayu sang istri karena memang tak jago dalam hal itu. Ayah Ashila itu selalu serius dengan segala sesuatu, tetapi begitu baik pada sang istri sehingga jarang marah.
"Bilangin sama Dilan, yang berat itu bukan rindu, tapi angsuran bank!" sahut Lisa yang langsung disahut gelak tawa Rio.
Tak lama kemudian, Rio dan Lisa saling bertatapan, menyelami keindahan wajah masing-masing yang memang sama-sama good looking.
"Pokoknya aku nggak mau lihat kamu sama cewek lain," ucap Lisa dengan sikap manjanya.
"Kalo aku udah punya yang sempurna, apalagi yang aku cari, Mbak?"
Lisa tersenyum.
"Jangan pernah hubungin aku kalo aku di rumah," ucap Lisa.
Rio mengangguk. "Apapun buat Mbak."
"Kalo kekurangan sama kelebihan kamu apa?" tanya Lisa lagi.
"Loh, masih nggak tahu? Atau pura-pura nggak tahu?" tanya Rio balik.
"Aku bener-bener nggak tahu. Aku cuma tahu kalo kamu itu playboy."
Rio mendesis sesaat. Lalu menatap Lisa dengan serius.
"Kelebihanku, aku ini terlalu tampan untuk diabaikan. Dan kekuranganku, aku nggak bisa nyembunyiin ketampananku."
Lisa kembali tertawa berkat ulah Rio.
Malam itu, menjadi malam yang terasa begitu indah bagi Lisa. Sudah lama ia tak merasakan debar jantung yang begitu membahagiakannya itu.
"Maafin aku, Mas Toni. Aku begini hanya untuk main-main, aku nggak akan ninggalin kamu," batin Lisa.
Seminggu berlalu.
Hubungan Lisa dan Rio berjalan lancar. Rio tak pernah menghubungi Lisa ketika wanita itu tengah berada di rumah. Namun, setiap keduanya bekerja di tempat yang sama, mereka akan mampir di rumah makan untuk bisa makan bersama.
Hari ini Lisa juga bekerja sama dengan Arif Digital dan saat itu yang bertugas adalah Rio.
"Nanti mampir ke rumah aku, ya, Mbak." Rio berbisik di telinga Lisa.
Keduanya tengah duduk bersantai sambil menunggu pesta selesai.
"Ngapain?" tanya Lisa yang memang tak pernah melakukan hal itu sebelumnya.
"Bantuin ngepel!" sahut Rio dengan kesal.
Lisa mengerutkan keningnya.
"Ya mainlah, Mbak. Emang nggak pengen lihat rumah aku gimana?" Rio menatap Lisa dengan tatapan sendu. Namun, yang sebenarnya Rio rasakan adalah ia begitu berhasrat, ingin menikmati bibir wanita cantik di depannya itu.
Lisa memajukan bibirnya sesaat. "Aku takut. Di rumah kamu ada siapa?"
Selama seminggu ini, Lisa dan Rio hanya berhubungan layaknya anak ABG yang sedang berpacaran. Tak pernah ada kontak fisik berlebih.
Tujuan awal Rio mendekati Lisa tentu saja ingin menikmati segala yang wanita itu punya. Tak hanya tubuh, pria itu juga mengincar materi yang dimiliki ibunda Ashila itu.
Sementara Lisa, yang ia inginkan dari Rio adalah rayuan-rayuan yang berhasil membuatnya senang itu. Wanita itu tak berniat melakukan hubungan yang berlebihan, apalagi sampai berhubungan badan. Baginya, Rio hanya mainan, penghilang rasa jenuh dari rumah tangganya yang tak pernah ada masalah itu.
"Di rumah aku nggak ada siapa-siapa, Mbak. Ibu sama Bapak kerja di luar kota, pulang itu sebulan sekali, atau 2 bulan sekali. Ngapain takut?"
Lisa bingung, ia memainkan bibirnya sesaat.
"Nggak enak dilihat tetangga kamu, Yo."
"Kenapa? Tetangga aku nggak reseh, kok."
Lisa melirik Rio. "Jadi kamu udah biasa bawa pulang cewek ke rumah kamu?"
Ria terkekeh. Itu memang benar, ia sudah biasa mengajak pacarnya pulang dan bahkan menginap di rumahnya. Namun, tentu saja ia tak akan mengakui itu di depan Lisa.
"Nggak, Mbak. Maksud aku, kalo temen-temen main ke rumah, itu udah biasa. Cuma kalo yang spesial itu, ya cuma kamu." Rio mencoba meyakinkan.
Lisa tahu pasti kalau ada banyak kenalan wanita dari selingkuhannya itu, apalagi beberapa biduan yang sering mereka temui di tempat bekerja mereka itu.
"Aku kan udah bilang kalo aku tahu kamu itu playboy. Jadi, ngaku aja, deh." Lisa berbicara lantang. Ya, di tempat mereka bekerja, mereka harus berbicara keras karena suara musik di tempat pesta itu.
Rio menekuk wajahnya, itu hanya triknya agar terlihat serius di depan Lisa.
Berhasil. Lisa merasa tidak enak hati karena melihat Rio yang tampak kesal itu.
"Kenapa?" tanya Lisa.
Rio tak menjawab, ia malah pergi, menjauh dari keramaian.
Lisa menyusul, keduanya kini berdiri di pinggir jalan, cukup jauh dari kerumunan orang.
"Kamu kenapa, sih?" tanya Lisa kesal.
"Mbak, kita kan udah setuju buat nggak ungkit kekurangan masing-masing. Aku nggak pernah ungkit apapun tentang hubungan Mbak sama suami Mbak. Tapi aku minta, Mbak juga jangan bahas tentang masa lalu aku, dong. Aku emang dulu brengsek, aku tahu itu. Cuma itu kan udah masa lalu, Mbak, sekarang aku cuma sama Mbak. Aku bahkan nggak peduli walau jadi yang kedua. Gimana kalo Mbak jadi aku, yakin Mbak nggak akan kecewa? Setiap orang kan punya masa lalu, Mbak." Rio berbicara panjang lebar.
Pria itu memasang wajah kesal, seolah ia benar-benar sudah merubah sikapnya itu. Pada kenyataannya, ia menjaga jarak dari beberapa wanita hanya untuk sementara, sampai ia berhasil mendapatkan apa yang ia inginkan dari Lisa.
Lisa merasa bersalah. Memang benar yang diucapkan Rio, pria itu tak pernah membahas mengenai Toni. Bahkan ketika sang suami meneleponnya, Rio memilih diam dan tak pernah membahasnya.
"Iya-iya, aku minta maaf." Lisa memasang mimik wajah manja.
"Aku nggak akan maafin kalo Mbak nggak mau ke rumah aku," ucap Rio, sengaja memancing wanita itu.
Lisa diam sesaat, lalu bertukar tatap dengan Rio.
"Ya udah kalo nggak mau, aku juga nggak mau maafin Mbak," ucap Rio yang mengancam, berniat meninggalkan Lisa.
Lisa mencekal tangan Rio. "Iya. Aku mau ke rumah kamu. Tapi enggak lama, ya. Kamu kan tahu suami aku tahu jadwal aku. Selama ini juga aku udah pinter-pinter bohong sama dia kalo makan malem sama kamu."
Rio tersenyum senang. "Nggak usah lama-lama, cukup selama kalo kita makan malem aja, Mbak."
Lisa mengangguk. Rio tersenyum puas.
"Ya udah, nanti malem habis dari sini, kita ke rumah aku, ya."
.
.
Ketika waktu yang ditunggu-tunggu tiba, Rio menunggu Lisa di dekat mobil Lisa. Pria itu sendiri membawa sepeda motor, ia memang selalu menggunakan kendaraan roda dua itu karena hanya itu yang ia punya. Dengan bekerja di Arif Digital, keuangan Rio hanya sebatas cukup, tentu saja tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan suami Lisa-Toni.
Tutik membantu membawa koper, menuju ke mobil Lisa.
"Mas Rio masih di sini?" tanya Tutik. Gadis itu sudah mulai curiga dengan kedekatan bosnya dengan Rio. Ia sering melihat keduanya pergi berdua setelah pekerjaan mereka selesai, tentu saja sejak seminggu yang lalu. Hanya saja, ia tak berani bertanya langsung karena ia sudah memiliki firasat buruk.
Tutik kenal baik dengan Toni. Gadis itu tahu bagaimana sikap Toni pada Lisa, merasa kasihan pada ayah Ashila karena harus dikhianati Lisa.
"Ah, iya."
Hanya itu jawaban dari Rio.
"Nunggu siapa, Mas? Nunggu pacarnya, ya?" tanya Tutik menggoda.
Lisa dan Rio saling bertatapan.
"Nggak," jawab Rio singkat dengan gelagat aneh yang membuat Tutik semakin curiga.
"Oalah, aku kira Mas Rio nunggu pacarnya. Soalnya aku denger-denger Mas Rio pacaran sama Mbak Emi," ucap Tutik lagi yang mencoba menyerang Rio.
Emi adalah salah satu biduan yang terkenal cantik dan memiliki suara yang bagus. Pada kenyataannya, Rio memang dekat dengan wanita itu, tetapi belum sampai pada tahap pacaran.
"Kami cuma temen, Tut."
"Oh, ya? Soalnya aku denger katanya Mbak Emi pernah main ke rumah Mas Rio," ucap Tutik yang tentu saja mengada-ada, kenyataannya Emi belum pernah mengunjungi rumah Rio. Pasalnya, Emi masih jual mahal terhadap Rio.
Namun, ucapan Tutik itu berhasil membuat Lisa kesal. Wanita itu menekuk wajahnya, merasa cemburu, sementara Rio hanya terkekeh tak percaya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
IG👉Salsabilagresya
kasihan arya kak...
2020-12-09
0
❤️YennyAzzahra🍒
Hadirrrr..
Mantan Terindah.
Mampir lagi yaaa
2020-10-13
1
Gendon Sudarsono
lanjut thor
2020-09-26
0