BAB 3

"Akan ku pastikan luka mu 2x lipat dari luka yang di dapatkan Ibu ku". Arka melanjutkan langkahnya meninggalkan lelaki yang semakin gemetar, bahkan kesulitan untuk menelan saliva nya sendiri.

Sementara di tempat lain, bi Ihat berlari menghampiri Reva yang terlihat membuka pagar depan rumah nya. Bi Ihat memeluk Reva dan menangis sambil mengusap ramput Reva dengan sayang.

Bi Ihat melepaskan pelukan nya dan kemudian menatap beberapa noda darah yang sudah kering, tangis bi Ihat semakin pecah.

Reva mencakup kedua belah wajah bibi nya itu, menghapus air mata yang masih deras mengalir.

Reva tersenyum "Neng udah pulang bi, bukan nya seneng malah nangis, makanya jangan keseringan nonton drama yang lagu nya ku menangis itu bi, anak nya ga pulang semalem aja di sambut nya pake drama segala hihiiii". Reva menggoda bibi nya itu yang mulai bisa tenang.

"Aww..aww..ampun bi ambunn, ga pulang nangis, giliran pulang malah di jewer. Bisa putus ini kuping neng teh bi" Reva mengaduh sambil berjalan mengikuti bi Ihat yang masih menjewer telinga nya, hingga masuk ke dalam rumah. Reva sibuk mengusap telinga nya yang terlihat memerah.

"Lain kali bukan kuping kamu yang bibi jewer tapi leher kamu sekalian bibi iket, biar ga bikin khawatir lagi". Ucap bibi dengan kesal.

"Kambing kali ah di iket" Jawab Reva membuat mata bibinya mendelik.

"cepet mandi dan siap - siap di sidang, jangan harap kali ini ada yang ngebela kamu ya neng" Ucapan bibi kali ini membuat bulu di tangan Reva berdiri.

"Iya.." Jawab Reva, dengan malas Reva menuju kamar nya.

Reva sudah menyelesaikan ritual mandi nya, menggati pakaian nya dengan celana hitam pendek selutut dan kaos lengan pendek, rambut sebahu yang di gerai karena masih sedikit basah, memberi kesan segar walaupun tanpa polesan make up tebal.

Reva yang sudah turun dari kamar nya yang berada di lantai 2 rumah tersebut, langsung menghampiri paman dan bibi nya yang sudah duduk di ruang keluarga.

Dia duduk di sebelah bi Ihat dan menghadap paman nya yang duduk bersebrangan.Reva yang tadi nya tersenyum secerah mentari di musim kemarau tiba - tiba merasakan akan ada badai besar menghampiri nya.

Reva tertunduk, enggan untuk menggangkat kepalanya. Dengan merasakan aura nya saja, Reva sudah tau bahwa orang yang berada di depan nya sedang menatapnya dengan tatapan elang yang siap memangsa.

Reva sangat tahu betul jika paman nya itu orang yang jarang sekali marah, namun sekali nya marah akan sangat menakutkan, bisa membuat kutub utara dan selatan mencair dan membuat negara api kalah berperang melawan Ang (Apaan sihh thor).

"Neng, sekarang udah bisa kan ngasih tau mamang sama bibi yang terjadi semalam?" ucapan paman membuat Reva berani menatap paman nya, dengan yakin Reva mengangguk dan mulai mencerita kan semua nya dari awal dia pulang dari kafe.

Di ruangan sebuah rumah sakit, Adel sedang duduk bersandar, dengan di temani seorang perawat yang tengah melepaskan jarum infus dari tangan nya.

Tiba - tiba perhatian nya beralih ke arah pintu yang terbuka. Mata nya berkaca - kaca melihat sosok pria muda tampan, tinggi, putih dengan setelan jas yang membungkus tubuh nya.

"Sudah selesai, saya permisi dulu bu" Ucap perawat itu sopan.

"terima kasih sus" jawab Adel.

kemudian pandangan Adel beralih kepada pria yang baru saja datang, Adel tersenyum hangat memperlihat kan lesung pipit nya yang elegan, dan menepuk tempat di samping nya yang kosong.

Pria itu pun duduk di samping Adel dan memeluk Ibu nya itu dengan erat, ya pria muda yang tampan itu adalah Arka Wijaya Kusuma anak dari Adelia Kusuma dan Wijaya Kusuma.

"Ibu..berhutang penjelasan pada ku" bisik Arka yang tengah melepaskan pelukan dari tubuh Ibu nya itu.

"agghhhh...!!" Arka menjerit sesaat setelah mendapatkan cubitan keras di perut roti sobek nya itu, pelaku nya tidak lain adalah sang Ibu.

"Anak kurang ajar Ibu pikir kamu datang karna menghkawatirkan Ibu mu ini, ternyata kamu sedang senang karna menemukan buronan mu yang kabur hahhhh"..Ucap Adel merajuk.

Arka berpindah duduk ke kursi yang ada di samping tempat tidur Adel, dia menatap ibu nya yang bertingkah seperti anak kecil.

"Aku mengkhawatirkan ibu, sangat khawatir sampai - sampai rasa nya sulit untuk bernafas" Arka berbicara sambil mengambil tangan kiri ibu nya dan tertunduk di atas tangan itu.

Adel mulai menatap kepala anak nya yang sedang tertunduk kemudian, mengusap kepala itu lembut dengan tangan kanan nya.

"Ibu baik - baik saja sayangg". Adel tahu anak nya sedang sedih dan khawatir karena diri nya.

Arka mengangkat kepala nya dan menatap ibu nya tapi kali ini tatapan nya berubah serius.

"Tapi bagaimana Ibu bisa kecelakaan di kota ini, bukan kah kemarin sore ibu sudah masuk pesawat dan berangkat ke korea??" tanya Arka menyelidik.

Adel menarik nafas nya dalam - dalam dan mengeluarkan perlahan.

flash back on

Adel menuruni mobilnya dan masuk ke dalam bandara, hingga sesaat kemudian "derrrttt..derrrttt" ponsel nya bergetar.

"ya..hallo..apakah kamu sudah mendapatkan informasi nya??" tanya Adel kepada seseorang di seberang sana.

" iya nyoya, ternyata nyonya Nada dan tuan Sandy sudah meninggal 3 tahun lalu nyonya, dan perusahaan nya di ambil alih oleh tuan Gunawan, kakak dari tuan Sandy dan sudah mengalami kebangkrutan karna harga saham yang anjlok setelah kepergian tuan Sandy." informan itu memberikan laporan yang di dapat nya secara rinci.

Sementara Adel yang mendengar kabar duka itu sangat syok, tangan nya bergetar dan hampir menjatuhkan ponsel yang baru saja mengakhiri panggilan nya..

"Nyonya baik - baik saja?" tanya laki- laki paruh baya yang segera menghampiri setelah melihat nyonya nya itu sedikit pucat.

"kita harus ke Bandung sekarang pak udin!!" Adel berdiri dan berjalan keluar dari bandara tersebut di ikuti oleh pak Udin yang terlihat kebingungan.

Di tengah perjalanan pak nurdin memberanikan diri untuk mengobati rasa penasaran nya.

"Kenapa nyonya malah mau pergi ke Bandung?? bukan kah seharus nya nyonya sudah berangkat ke korea sekarang?" tanya pak udin ragu - ragu.

" Aku harus meminta maaf pada seseorang pak" Ucap Adel yang hanya menatap keluar lewat jendela di samping nya.

Sepanjang perjalanan hanya keheningan yang tercipta, hingga akhir nya mobil yang di tumpangi oleh Adel pun tiba di sebuah Rumah yang berada di kawasan perumahan mewah.

Pak Udin keluar mengelilingi mobilnya yang kemudian membukaan pintu untuk nyonya besarnya itu, Adel pun keluar dan menuju gerbang hitam yang menjulang tinggi tersebut, setelah berbicara dengan seorang penjaga rumah tersebut akhirnya Adel di perboleh kan untuk masuk.

Adel menekan bel rumah itu beberapa kali hingga akhirnya ada yang membuka nya dari dalam.

"ceklek.."

Bersambung.....

Mohon dukungan Like & coment nya untuk karya pertama aku ini. Mohon maaf dengan kekurangan yang bertebaran di mana2 dan kalau mau Share atau Vote juga sangat di perkenan kan.Terimakasih sayang sayang akohhhh...

Terpopuler

Comments

Mohammad Alwi Aljaidi

Mohammad Alwi Aljaidi

mantab lanjut thor

2021-09-15

1

Lintang Lia Taufik

Lintang Lia Taufik

Hi Kak, aku datang lagi. Salam dari, "Bunga Desa Terdampar Di Kota & Bukan Gadis Biasa."

2020-09-13

2

Sept September

Sept September

3 like mendarat syantiekkkkkk

2020-09-13

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!