"Assalamualaikum" Reva membuka pintu perlahan, menghampiri seorang wanita yang sedang memejamkan mata nya.
Reva duduk di kursi sebelah tempat wanita itu terbaring. Reva menatapnya dengan sendu, wajah yang masih terlihat cantik meski sudah ada beberapa kerutan yang terlihat, Reva menduga wanita itu seumuran dengan ibu atau dengan bibinya.
Kepala yang di liliti oleh kain kasa, dan terlihat ada beberapa goresan luka di sekitar wajah yang terlihat pucat itu.
Reva menggenggam tangan yang masih terpasang jarum infus itu.
"maaf..." ucap Reva lirih, perlahan cairan bening mulai rembes di celah mata nya. Reva menunduk, Ia sangat menyesal setiap teringat mobil yang semalam terbakar.
Ia membayangkan seandainya semalam Ia memilih pergi dan membiarkan mobil itu, maka saat ini Reva sudah menjadi pembunuh.
Reva tersentak dan memberanikan diri melihat wanita itu ketika Ia merasakan tangan yang di genggamnya bergerak, wanita cantik yang tadi masih terpejam kini tengah menatapnya dan tersenyum lembut.
"Apakah kamu yang menolong kami nak??" ucap wanita itu dengan suara yang masih lemah, Reva hanya mengangguk dengan air mata yang semakin deras mengalir di pipi putih nya.
"kenapa kamu menangis? Apakah kamu terluka? ". Tanya wanita itu, dan Reva menggeleng, sambil menggigit bibir bawahnya yang mulai bergetar menahan tangisnya.
"apakah gadis ini tidak bisa bicara? tapi tadi sepertinya aku mendengar dia berbicara. Apa aku berhalusinasi karena pengaruh obat bius ya??". Pikir wanita itu bingung yang melihat gadis di depannya tidak menjawab pertanyaan nya dan hanya menangis.
"A apakah an anda ba baik - baik saja nyonya?" Reva memberanikan diri untuk berbicara di sela - sela isakan tangis nya.
Wanita itu mengangguk dan tersenyum "Terimakasih karena sudah menolong tante dan pak Nurdin", Ucap nya dengan sungguh - sungguh.
"Sa saya min minta maaf nyonya, karena sempat berfikir untuk tidak menolong kalian hiks hiks..". Tangis Reva semakin pecah dan menunduk tidak berani melihat wanita di hadapannya, Ia sangat menyesal.
Wanita itu mengulas senyumnya dan mengusap kepala Reva lembut.
"Tidak apa - apa nak, tante mengerti pasti kamu ketakutan. Terimakasih karena sudah memutuskan untuk menolong kami. Kamu bahkan menunggu kami semalaman dan tidak pulang. Oh iya jangan panggil saya nyonya itu terdengar menakutkan, panggil saya tante, tante Adel ya". Ucap wanita itu yang memperhatikan penampilan Reva yang berantakan. Reva hanya mengangguk dan mengusap sisa air mata nya.
Setelah beberapa saat berbincang tiba - tiba ponsel Reva bergetar.
"iya teh Waalaikumsalam, ada apa?" jawab Reva dengan suara pelan karena tidak enak oleh Adel.
"iya..iya..nanti sore neng jelasin semuanya di kafe ya, neng tutup dulu, ini mau pulang soal nya". Setelah mengakhiri pembicaraan nya dengan salfa, Reva kembali melihat tante Adel.
"Kapan keluarga tante akan datang menjenguk, apakah tidak apa - apa kalau saya pulang? seperti nya orang rumah sudah sangat khawatir, sidang kali ini seperti nya akan lama. huuuuh" Reva membuang nafasnya kasar, sementara Adel terlihat kebingungan, Reva yang menyadari
ekspresi Adel yang berubah kemudian tersenyum.
"Hehee maksud saya di sidang bibi sama mamang tan, karena semalam saya ga pulang dan pas pulang saya berantakan seperti ini. Apalagi melihat ada beberapa noda darah di baju saya, bibi pasti nanya dari A sampai Z". Ucap Reva sambil tersenyum membayangkan diri nya yang akan mendapatkan ceramah panjang.
Adel teringat belum sempat menghubungi siapapun, di karenakan ponsel dan semua barangnya ikut terbakar di dalam mobil.
"Bolehkah tante meminjam ponsel mu sebentar? tante ingin menghubungi seseorang." ucap nya yang di angguki oleh Reva.
Sekali, dua kali dan kesekian kali nya mencoba namun hasilnya tetap sama nomor yang di hubungi Adel tidak di angkat.
Akhirnya Adel menyerahkan ponsel Reva kembali, "tante mau mencobanya sekali lagi?" Tanya Reva yang melihat Adel kecewa, dan Adel menggelengkan kepalanya.
"Ya udah Reva pamit pulang ya tan..semoga lekas sembuh". Reva pun pamit dan mencium tangan Adel, kemudian berlalu menuju pintu.
"Tunggu..!!!" pinta Adel sebelum Reva membuka pintu kemudian Reva membalikan badannya.
"Bisakah tante meminta alamat kamu nak??? atau dimana tante bisa bertemu kamu untuk berterima kasih?" Lanjut nya, Reva hanya menggeleng dan tersenyum.
"Saya ikhlas tante, jika kita bertemu lagi saya akan sangat senang tapi...biarkan takdir yang mempertemukan kita lagi, saya permisi. Assalamualaikum " ucap Reva sambil berlalu pergi.
"Waalaikumsalam" jawab Adel yang melihat kepergian Reva dengan sedih.
Di tempat lain di sebuah rumah mewah "derrrtt..derttt" pria tampan beraura dingin itu hanya menatap layar ponselnya, yang sedari tadi bergetar.
Ya pria itu memang tidak pernah mau menjawab panggilan dari nomer yang tidak di kenalnya. Dia berpikir nomor itu dari wanita - wanita yang hanya ingin mengajak nya berkenalan seperti biasanya.
Pria itu adalah Arka wijaya kusuma anak tunggal dari keluarga Kusuma, pewaris perusahaan terbesar di jakarta.
"Apakah sudah ada kabar?" tanya lelaki yang sedang duduk menyilangkan kaki nya itu, kepada seorang pria yang lebih tua, berjas hitam dan sedang berdiri menunduk di depan meja kebesaran tuan nya itu.
"Nyo nyonya mengalami kecelakaan tadi malam tuan, mo mobil yang di tumpangi nya terbakar" Lelaki itu menyampaikan laporan nya dengan gugup, dan mulai mencengkram tangan nya yang sudah terbanjiri keringat dingin.
"prrankkkkk" benda - benda di atas meja kemudian berhamburan terhempas oleh tangan Arka yang kini tengah berdiri mencengkram kerah kemeja lelaki yang tadi memberikan informasi.
"KENAPA KAU BARU MEMBERI TAHU KU..???" Arka berteriak suaranya menggema di udara.
"Bukankah kemarin sore kau sudah memastikan Ibu ku sampai di bandara dengan selamat?" sambung nya dengan nada yang lebih rendah.
"I iya tuan !!" jawab lelaki tersebut.
Arka melepaskan cengkraman nya dengan kasar.
"lalu bagaimana keadaan nya sekarang? Ibu baik - baik saja kan?" ucap nya dengan khawatir.
"Nyonya sudah siuman tuan, beliau ada di sebuah Rumah sakit di kota Bandung". jawab nya ragu - ragu.
"APA??!!" Arka kembali berteriak dan menatap tak percaya bagaimana bisa orang kepercayaan nya seteledor ini.
"Apa kau tidak memastikan Ibuku memasuki pesawatnya? Kenapa Ibu ku bisa sampai KECELAKAAN DI BANDUNG??!!" teriak Arka frustasi.
Arka memejamkan mata nya mencoba menenangkan diri nya, menarik nafas dan mengeluarkan nya perlahan, lalu kemudian menatap lelaki yang masih menunduk di hadapan nya itu.
"Antar aku ke sana sekarang!!! aku akan putuskan hukuman mu dari seberapa banyak luka yang di alami Ibu ku".Ucap Arka.
Arka pun berjalan melewati lelaki yang sudah pucat sampai ke ujung kuku nya itu, kemudian Arka berbalik melihat lelaki yang masih saja mematung itu.
"Akan ku pastikan luka mu 2 x lipat dari luka yang di dapatkan Ibu ku".
Bersambung....
Mohon bantuan nya untuk Like & Coment dan Votenya ya
Terima kasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Vikka Karyati
mulai suka
2020-12-18
2
Sept September
like ya
2020-09-13
3