BAB 5

"Jangan harap kau bisa hidup di neraka sekalipun". Arka melanjutkan langkahnya, di ikuti Asisten pribadinya yang beberapa hari ini membuatkan kesal.

Sementara di kediaman Reva, sidang baru saja selesai. Dengan hasil akhir yang memberikan Reva hukuman, pulang dan pergi ke kafe akan di antar oleh Asep anaknya bi solihat.

Reva menaiki anak tangga satu persatu dengan lesu, dia membuka pintu kamarnya dan membaringkan tubuhnya yang terasa sangat lelah.

Di ambilnya ponsel yang sedari tadi dia letakan di atas nakas samping tempat tidurnya, dahi nya terlihat mengkerut setelah melihat ada beberapa panggilan yang tidak terangkat dari nomor yang saman.

Reva memutuskan untuk menghubungi kembali nomor tersebut, takut - takut ada sesuatu yang penting.

"tuttt...tutttt hallo" suara seorang lelaki terdengar dari seberang sana. (di sini Arka tidak memasang NSP gratis ya hihiiii).

"hallo, saha ieu? aya perlu naon? tadi nelfon meuni sababaraha kali.(hallo, siapa ini? ada perlu apa? tadi nelfon sampai beberapa kali" tanya Reva langsung.

"..." Arka tak menjawab.

" hallo..,hallo" Reva mencoba memanggil.

"..." Arka masih diam.

"Ishhh dasar orang iseng, karah cicing di tanya teh" (ishhh dasar orang iseng, di tanya malah diem aja). Reva mulai marah, karena berpikir nomor yang dia telfon hanyalah nomor orang iseng.

"Dasar alien". Jawab Arka menghentikan tangan Reva yang akan memencet tombol merah di ponselnya.

"Hehhh tidak sopan, di tanyain baik - baik juga ma..._"

"tuut..tuut..tuut"

Reva berhenti bicara sesaat setelah panggilannya di putus secara sepihak.

Reva menghubungi nomor itu kembali tapi tidak di angkat, Reva yang kesal menyimpan ponselnya kembali.

"Alien?? dasar orang s*nting, dia yang nelfon duluan dia yang marah. Semoga aku tidak pernah berurusan dengan manusia seperti itu lagi. Apa? Alien, yang benar saja dia memanggil ku Alien. Isshhh". Reva menggerutu dalam hati sampai akhirnya tertidur.

Di dalam mobil, Arka yang baru saja mengakhiri panggilan dari nomor yang tadi pagi Ibunya Hubungi. Hanya menggelengkan kepala nya dan bergidik ngeri.

" Orang aneh seperti apa yang sudah menolong Ibu??". Pikir nya.

Arka turun dari Mobil yang sudah terparkir di halaman sebuah kafe yang terkenal di daerah Bandung. Dia menghampiri seorang gadis muda berambut panjang, yang sedang duduk dan mengerucutkan bibir indah nya.

"Kenapa kamu menyusul ku ke sini?" tanya Arka yang sudah duduk berhadapan dengan gadis itu.

"Apa kamu tidak berniat untuk membujuk ku untuk tidak marah pada mu?memeluku saja tidak" Ucap gadis itu merajuk.

Arka menghembuskan nafasnya pelan dan menatap wanita itu.

"Aku minta maaf, karna tidak sempat menjemput mu ke bandara hari ini, dan tidak memberi tahu mu kalau aku akan ke Bandung." Ucap nya dengan lembut.

"Tapi kenapa kamu menyusulku kesini Luna, bukah kah ada pembukaan galeri nanti sore di jakarta?" Lanjut Arka bertanya pada gadis yang bernama Luna william kekasih nya itu.

"karena aku sangat merindukan mu, aku langsung ke sini dan menyerahkan urusan galery pada asisten ku". ucap Luna yang kini sudah tersenyum manis dan menggenggam tangan Arka dengan manja.

Arka membalas senyum Luna tanpa membahas tentang kejadian ibu nya.

Karena mengingat hubungan Luna dan Ibunya yang tidak terlalu baik.

Setelah 8 hari di rawat, dokter mengijinkan Adel untuk pulang, sementara kondisi pak udin sudah berangsur membaik, dan akan di pindahkan ke salah satu Rumah sakit yang berada di kota Jakarta.

Sebenarnya Arka ingin memindahkan Adel dan pak Udin ke Jakarta dari seminggu yang lalu, namun Adel bersikeras menentang, karena Adel masih ingin menemukan keluarga sahabat nya itu.

"Ibu tidak mau pulang!! ibu ingin kamu antar ke alamat itu". Ucap Adel yang sedari tadi berdebat dengan Arka. Ibu merajuk dan mulai mengeluarkan jurus pamungkas nya, ibu sudah mulai memperlihatkan mata nya yang ber kaca- kaca.Dan benar saja Arka langsung luluh.

"Langsung ke alamat itu saja pak!!" Arka memberi perintah pada supir pribadi nya yang langsung di balas dengan anggukan mengerti.

Adel yang mendengar hal itu langsung tersenyum senang, dan memeluk lengan anak nya dengan manja.

Arka hanya mengulas senyum tipis, melihat tingkah Ibu nya seperti anak kecil yang senang karena keinginan nya di turuti.

Sementara di kafe, Reva sedang membantu menyiapkan pesanan pengunjung yang sudah terlihat ramai, karena hampir jam nya makan siang.

Reva memang sering turun tangan, ketika pengunjung sedang ramai. Reva mempunyai 4 orang karyawan termasuk Salfa.

Sedangkan Asep, sesekali membantunya ketika jadwal kuliahnya sedang kosong.

Ketika Reva sedang sibuk, dia merasakan ada yang bergetar di dalam saku celana jeans yang. Dia merogoh ponselnya, dan menekan tombol hijau, setelah melihat nama bi ihat berada di layar ponsel tersebut.

" Assalamualaikum bi" Ucap Reva yang masih sibuk dengan pesanannya, dan menyimpan ponselnya di antara telinga dan bahu nya.

Tak lama kemudian Reva menghentikan aktivitasnya, memegang ponsel nya dengan benar.

"Bibi tenang ya, neng pulang sekarang!!"kemudian Reva mengakhiri panggilan nya, dan bergegas masuk keruangan nya untuk mengambil jaket, dan kunci motornya.

"Mau kemana?" Tanya Salfa yang kebetulan melihat sahabatnya itu keluar dari ruangan dengan terburu - buru.

" Aku pulang sebentar". Jawab Reva dengan tergesa keluar dari kafenya.

Setelah menggunakan helmnya kemudian Reva menaiki motornya, menyalakan mesin dan akan bergegas pergi. Tiba - tiba seseorang menahan nya.

"Teteh mau kemana? biar asep anter ya. nanti kalau bapak tau teteh bawa motor sendiri, taring bapak keluar lagi loh" Asep berbicara khawatir.

" kamu di sini saja ya bantuin teh Salfa kasian, sedang banyak pengunjung"

jawab Reva meyakin kan.

"Lagian teteh cuma mau pulang sebentar ke rumah gak kelayapan kok" Lanjut Reva menjelaskan. Reva tidak memberitahukan Asep tentang masalah yang sedang terjadi di rumah saat ini, karena Reva tidak ingin membuatnya khawatir.

Asep pun mengangguk, dengan segera Reva melajukan sepeda motornya.

Sebuah mobil berhenti di depan pintu pagar sebuah rumah yang cukup sederhana, namun terlihat asri dengan taman yang sedikit luas di bagian depan rumah, yang di tumbuhi beberapa pohon mangga dan banyak sekali tanaman hias yang sedang berbunga warna warni.

"Ayo turun!!" Ucap wanita anggun kepada seorang laki - laki muda di samping nya.

" Aku tunggu di sini saja" Ucap Arka dengan malas. Ya mobil itu adalah mobil yang di tumpangi Adel dan Arka tadi.

"Ya sudah," Jawab Adel lembut sambil turun dari mobil mewahnya, kemudian berjalan masuk ke dalam pagar rumah yang sedari tadi sudah terbuka.

Arka mengambil laptopnya, karena selama dia di Bandung Arka hanya bekerja dari kejauhan saja, hanya mengecek hasil dari laporan - laporan sekertarisnya

.

Ketika sedang sibuk dengan laptopnya kemudian.

"Brakkkk"

Bersambung...

Mohon dukungan Like& comentnya ya kak...

Terima kasih...

Vote and sharenya juga..

Terpopuler

Comments

Nyonya Harahap_81

Nyonya Harahap_81

lagi² adegan bodoh, motor menabrak mobil yang terparkir.

2020-09-14

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!