BAB 5

Di kantor, Kiara menemui Bu Mira pemilik perusahaan. kebetulan sekali, pak Budi di sana dia akan membuat perhitungan pada nya.

Mengetuk pintu ruang rapat, lalu ia masuk di dalam, semua orang menoleh ke arah Kiara Yang membuat nya mengerutkan kening nya.

"ada apa, melihat ku seperti melihat penjahat paka Budi..?" tanya Kiara.

"ah tidak ada Bu Kiara, jadi Bu Mira.. Ini dia yang saya bicarakan pada anda, keliatan nya saja muda dan ya kau pikirkan saja Bu." ucap pak Budi yang membuat Kiara bingung.

"keluar lah dulu pak Budi, ada yang ingin ku bicarakan pada Kiara berdua saja." kata Bu Mira yang membuat pak Budi gelisah.

"ta..tapi Bu.. Kan saya direktur di sini, Saya berhak dong di sini karena harus tau mengenai masalah di proyek mini market." jelas pak Budi, yang lalu di tatap tajam oleh Bu Mira Pak Budi hanya salah tingkah di tatap seperti itu.

"pak Budi, silahkan keluar, atau saya turunkan jabatan anda sebagai karyawan biasa." ucap tegas si Bu Mira.

"i..iya Bu.." lalu pak Budi pun gegas keluar, ia takut jika masalah jabatan nya di turunkan.

"ada yang ingin saya laporkan pada anda Bu Mira.." ucap Kiara.

"ya.. Laporan apa, mengenai demo di kampung sana." kata Bu Mira.

"iya Bu.. Ini mengenai pak Budi juga, Saya mendapat laporan dari mandor kita pak Abdul, jika pak Budi tidak mau ikut turun tangan mengenai masalah di sana dan juga para pekerja yang terkena lemparan batu dan botol oleh warga dia tidak mau menanggung jawab masalah biayai pembayaran pengobatan di rumah sakit Jadi, pak Abdul memutuskan untuk membawa pekerja nya ke klinik terdekat dan itu pun menggunakan biaya mereka tapi, masalah nya saya takut, jika keluarga korban tidak dibiayai pengobatan nya mereka marah dan menuntut apa yang terjadi pada anak tau suami mereka, karena pengobatan tidak di tanggung perusahaan, Bu mira." terang Kiara, Dia menjelaskan sedetail apapun yang dia tau dari pak Abdul.

"ya, Saya sebenar nya sudah menduga kalo ini bakalan terjadi, saya juga lagi menyelidiki siapa yang menjadi provokasi, Sampai-sampai warga di sana demo Saya juga ingin menemui lurah di sana agar mereka memberi tau pada warga nya kalo dengan ada nya market di daerah sana, akan memudahkan para warga di sana untuk belanja dan tidak harus ke pasar dulu yang jauh dari sana. Masalah itu, saya akan memberi asuransi kesehatan pada 2 korban, dan juga uang Menganti kan uang pengobatan yang mereka pakai pribadi dan aku minta tolong pada mu Kiara untuk datang ke rumah korban bersama dengan anak saya dan untuk masalah pak Budi, biar saya yang mengatasi nya." ucap Bu Mira

"baik Bu." ucap nya

"dan ya, Kiara ada mau saya bicarakan pada mu. Masalah pendanaan proyek, apa benar kamu menggunakan uang itu, maaf saya hanya ingin tau karena pak Budi sendiri Yang melaporkan masalah itu pada saya." tanya nya hati-hati ia takut jika ucapan nya ini menjadi fitnah.

"oh maaf Bu, kalo masalah itu saya sama sekali tidak memakai uang dana proyek, karena saya dan pak Abdul hanya menunggu kiriman tambahan uang dari pak Budi dan samapi saat ini pun uang dana itu tidak sampai ke pak Abdul selaku mandor kamu, jadi kami hanya di suruh melapor kalo ada yang kurang bahan material saja Bu, karena yang memegang uang itu hanya pak Budi beliau sendiri yang memerintah pada kami jika ada yang kurang bahan atau kehabisan akan di kirim material lagi." jelas nya, Bu Mira hanya mengangguk bingung kenapa pak Budi bisa punya pikiran kalo Kiara memakai dana proyek, Hem ada yang aneh pikir Bu Mira.

" baiklah, untuk saat ini kurasa cukup pertemuan kita kau boleh keluar kiara dan jika ada apa-apa segeralah melapor yam" angguk Kiara lalu pamit untuk keluar

setelah Kiara keluar, barulah Bu Mira menghubungi dewa asisten nya untuk datang ke ruang rapat.

Tok tok tok

Pintu di buka, lalu seseorang yang bu Mira tunggu akhir nya datang, adalah asisten nya yang datang.

"tolong kau selidiki pak Budi, kemana pun dia pergi dan masalah uang dana proyek, cari tau uang itu dia pakai untuk apa." perintah Bu Mira pada asisten nya dewa.

"baik Bu." ucap nya lalu keluar memenuhi perintah sesuai apa yang di minta bos besar nya.

...****************...

di ruangan wakil direktur, ya dia adalah pak Budi dia sedang gelisah takut jika kelakuan nya terbongkar oleh Bu Mira atas aduan dari Kiara karena selama ini dana proyek itu ia pakai untuk istri kedua nya dan masalah bahan-bahan material dia hanya memesan bahan bangunan yang biasa saja untuk proyek mini market, tidak ada yang curiga namun Kiara lah dan pak Abdul yang selalu curiga pada pak Budi, biasa nya masalah uang dana di serahkan pada mandor proyek jika ada bahan yang kurang dan masalah gajian pun yang memegang beliau, namun justru pak Abdul sama sekali tidak menerima nya.

"bagaimana ini jika Bu Mira tau, bisa dipecat nya aku arggh sial." ucap pak Budi.

"sebaik nya aku pergi dari sini, takut nya Bu Mira datang ke ruangan ku dan mencecer masalah dana proyek itu." pak Budi lalu keluar dengan tergesa-gesa, sampai-sampai ia menabrak Aryo di sana.

"pak Budi, ada apa kenapa buru-buru begini sampai menabrak ku." sungut Aryo.

"maaf pak Aryo, saya sedang terburu-buru karena saya mendapatkan kabar jika istri saya masuk rumah sakit." bohong nya agar tidak ada yang mencurigai pak Budi.

"oh gitu, baiklah segera ke rumah sakit pak dan hati-hati." anggung pak Budi ia lalu pergi dari hadapan Aryo. Aryo hanya menggeleng kepala nya dan pergi menuju ke ruangan nya.

...****************...

di tempat lain, bara yang di sibukkan untuk mengurus para pekerja. Tadi mama nya menelpon, agar segera datang ke klinik dan mengurus kepindahan ke rumah sakit agar para pekerja mendapatkan perawatan intensif .

Di sana juga, sebuah mobil sport datang ke lokasi klinik ia lalu keluar dan menuju ke dalam klinik itu. Tidak tau kalo ada seorang lelaki yang sudah menjadi kekasih nya yang bekerja di perusahaan yang sama dan dia pun tidak tau juga jika perusahaan itu adalah milik mama nya.

Masuk dan kaget melihat bara di sana.

"loh, mas bara." panggil Kiara, dia memanggil dengan menyebutkan kata mas agar terkesan sopan.

"iya, eh Kiara kok kamu di sini." kaget bara, dengan kedatangan kekasih nya lewat jalur biro jodoh.

"iya mas, saya mau mengurus pekerja saya di sini." ucap nya yang membuat bara tertegun.

"kamu kerja di perusahaan Astra jaya." tanya bara.

"iya, kenapa." jawab nya.

"oh gitu, aku jug..." ucapan nya terpotong

"maaf pak bara, administrasi nya sudah selesai di urus dan sekarang sudah siap kita pindahkan ke rumah sakit." bisik pak Abdul, bara hanya menganggukkan kepala nya.

"Mereka akan di pindah kan." tanya kiara.

"iya Bu Kiara, sesuai perintah dari atasan maka nya pak ba.." bara cepat-cepat menginjak kaki pak Abdul yang membuat pak Abdul meringis kesakitan, namun ia berusaha menahan nya agar tetap cool di depan Kiara.

"pak siapa, pak Abdul."jawab Kiara, pak Abdul hanya melirik ke arah bara tentunya di tatap dengan tajam oleh bara, ia lalu melengos ke arah lain.

"eh Kiara, ayo ikut aku kita makan siang." bara mengalihkan pembahasan mengenai siapa yang di perintah oleh atasan nya untuk memindahkan 2, pekerja ke rumah sakit.

"oh iya, kebetulan aku juga sudah sangat lapar." bara tersenyum lalu menggenggam tangan Kiara membawa nya ke warung makan di dekat klinik, Kiara yang di genggam tangan nya oleh bara jantung nya terasa mau copot saking deg deg an.

pak Abdul hanya menatap punggung kedua sejoli itu sambil bergumam, "Kaya nya mereka pacaran deh, gak mungkin pak bara sembunyikan identitas nya. Kalo bu Kiara tau pak bara adalah anak Bu Mira wah pasti kaget dia." gumam nya sambil masuk ke dalam klinik, untuk membantu perawat di sana memindahkan 2 pekerja.

BERSAMBUNG

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!