Bagian 2

“Daddy belum ketemu juga mom?” Revina bertanya saat sarapan, ini hari kedua setelah Miranda dipanggil polisi dan seminggu lebih suaminya, Rendra sudah hilang.

“Belum.” Miranda memotong daging panggang dari piring makannya. Di dalam piringnya ada telur dadar, daging panggang dan juga mashed potato atau kentang tumbuk. Anaknya Revina memilih hanya meminum air putih saja.

“Mommy masih bisa makan dalam keadaan begini?” Revina bertanya, dia memang paling gusar di antara yang lain, setidaknya, dialah yang paling terlihat normal ketika ayahnya menghilang.

“Kita butuh tenaga untuk mencari ayahmu.” Miranda makan dengan tenang.

“Trus, Polisi itu belum juga menemukan daddy?”

“Belum, jangankan daddy, dulu rumah lama kita kemalingan saja, mereka tak bisa temukan maling dan komplotannya, aku tidak percaya mereka bisa membantu kita.”

“Ya terus, Mami mau diam aja gitu?!” Revina berkata dengan marah, dia bangun dari bangkunya dengan kasar.

“Makanlah dengan baik, setelah ini kita akan lelah karena harus mengurus segalanya tanpa daddymu.” Miranda tak mempedulikan kemarahan anaknya yang masih menunggu jawaban, dia bahkan tak menyelesaikan makannya, dia berjalan ke ruang tamu, di sana sudah ada asisten pribadi yang sudah datang, asprinya memang datang ke rumah setiap jam 7 pagi, walau Miranda akan berangkat kerja pada jam 9, tetap saja Rani harus menyiapkan laptop Miranda yang biasanya ada ruang kerja dulu, karena sampai malam pun, Miranda masih bekerja, lalu menyiapkan semua jadwal Miranda pada hari itu dengan detail.

Miranda adalah perempuan yang sangat gila kerja, dia dan suaminya menikah dalam status sosial yang sama, bekerja adalah hal yang selalu menjadi prioritas, mereka harus menjaga kekayaan mereka tetap pada tempatnya serta dalam jumlah yang bertambah dari hari ke hari, kalau mampu, mungkin mereka akan mengejar setiap detik yang menghasilkan.

“Supir sudah siap?” Miranda bertanya pada asprinya, namanya Rani.

“Sudah bu.” Rani berlari agar bisa berjalan mendahului nyonyanya, tangan kanan Rani memegang tas laptop milik Miranda, lalu pada bahu kiri tasnya berada.

Sedang tas tangan Miranda, dia pegang sendiri, karena tasnya selalu tas-tas limited edition, Miranda paling tidak suka orang lain memegang tas tangannya itu, sisanya, Rani yang pegang semua.

Supir membukakan pintu mobil untuk Miranda, sedang Rani berlari ke arah kiri bagian depan, dia akan duduk di samping supir.

“Rani, aku pikir kita perlu mengganti mobil ini.” Miranda berkata saat mereka tengah berjalan menuju kantor.

“Maaf bu, tapi mobilnya baru 2 tahun.” Rani menjawab, seingat dia, Maserati Quattroporte ini baru dibeli perusahaan pada tahun 2022, sebagai hadiah ulang tahun Rendra untuk istrinya, mobil memang atas nama perusahaan, semua barang mewah memang selalu dibeli atas nama perusahaan, agar pajak perorangan tidak terlalu besar.

“Ya, aku tahu, aku hanya bosan saja dengan warnanya, dulu bapak kan, yang pilih warnanya? Aku tidak terlalu suka warna hitam, dia yang suka warna itu. Kau pesankan tipe yang sama, keluaran terbaru, tapi warna putih.” Miranda meminta Rani memesan pada showroom yang biasa menangani kebutuhan mobil perusahaan, showroom ternama yang dinaungi oleh perusahaan yang menangani perakitan mobil dalam negeri.

“Akan saya buatkan Ponya bu, berapa unit? Apakah Revina juga mau dipesankan unit yang sama?” Rani bertanya karena biasanya Miranda selalu ingin menyamakan barang-barang dia dan anak perempuannya itu.

“Tidak perlu, dia juga jarang pakai Maseratinya, dia lebih suka disetir supir dengan alphard, anak itu masih muda tapi seleranya sangat lawas.” Miranda tertawa, Rani hanya tersenyum untuk menghormati lawakan Miranda pada anaknya.

Mobil melaju, mereka sudah sampai di kantor, sebuah kantor yang berada di jalan protokol ibukota itu terdiri dari 29 lantai, perusahaan Miranda hanya menggunakan 5 lantai dari lantai satu, sampai lantai 5, sisanya disewakan dan urusan tenant pun, Miranda sudah membentuk divisinya, divisi tenant yang berada pada departemen penjualan khusus untuk jasa.

“Bacakan jadwalku.” Miranda meminta Rani membacakan jadwalnya, mereka sudah ada di ruangan kerja Miranda yang cukup luas, ruangan kerjanya itu memakan hampir seperempat luas lantai 2 itu.

“Jam 10 ini ada meeting dengan departemen Akunting dan Pajak, lalu jam 1 siang, jadwal untuk workshop plating mingguan dengan Mike, jam 3 pak Revan meminta ibu mengosokan waktu, dia ingin bertemu, apakah ibu bisa?” Rani bertanya lagi, Revan anak sulung Miranda dan Rendra bekerja di perusahaan yang sama, dia mengepalai departemen produksi, dia adalah anak yang dipersiapkan dengan ketat untuk bisa menjadi pewaris perusahaan, maka tak heran ibunya tak bisa santai saat berbicara bisnis dengannya.

Miranda dan Rendra cenderung mendidik Revan dengan keras, hingga hubungan mereka sama sekali tak terlihat seperti hubungan anak dan orang tua, Revan bahkan memanggil Miranda dengan sebutan ibu Miranda, bukan Mommy sebagai bagian dari sikap profesional.

“Bilang padanya untuk makan malam di rumah, aku pikir, aku perlu makan bersama kedua anakku.” Miranda memerintah Rani, sedang Rani sibuk mencatat.

“Baik bu, sudah saya jadwalkan, saya akan hubungi pak Revan dulu.” Rani hendak pamit untuk tugas lanjutan, tapi Miranda tiba-tiba bertanya.

“Aku ingin bertemu dengan Kinan, suruh dia datang di jam 3, masih kosong kan?” Miranda bertanya.

“Iya masih kosong bu, saya akan menginformasikannya pada Kinan.” Rani menutup laporan hari itu dan kembali ke mejanya, meja kerjanya ada tepat di depan ruang kerja Miranda.

Miranda bangkit dari bangkunya, dia berdiri melihat ke arah luar, ruang kerjanya memang didominasi oleh kaca, sehingga pemandangan jalan dari lantai 2 itu terlihat jelas, Miranda suka melihat suasana sibuk pada pagi hari dan sore hari, dia selalu bersemangat jika melihat semua manusia di bumi ini sibuk bekerja.

Saat melihat pemandangan yang membuatnya bersemangat, dia teringat pembicaraan malam itu.

“Jangan bertele-tele, apa kau sudah kehilangan kemampuan untuk menaklukan orang itu?” Rendra berkata pada Miranda dengan kasar sambil memakan sate wagyunya. Sementar Mike masih menyiapkan semua hidangan di dapur bersih, tak ada sekat antar dapur dan juga meja makan mewah itu, Mike mendengar seluruh percakapan tapi tak peduli, dia terlatih bekerja di rumah orang-orang kaya syaratnya hanya satu, tutup kuping dan tutup mulut, mereka akan sayang padamu, setidaknya, keluarga Miranda dan Rendra memang sangat sayang padanya.

“Ini bukan koalisi pertama, sekarang sudah berganti pimpinan, yang ini tak mudah dibujuk.” Miranda tidak ikut makan satenya, dia hanya meneguk Torres Mas La Plana dari gelas dengan kaki yang sangat tinggi, terbuat dari kristal asli yang berkualitas tinggi.

“Tak ada orang yang tak mudah dibujuk jika kau menawarkan angka yang tepat!” Rendra terlihat kesal karena Miranda masih gagal mendapatkan tender pemerintah, biasanya semua proyek akan masuk ke perusahaannya tentu dengan bendera perusahaan yang berbeda-beda agar tak terlihat kalau perusahaan milik Miranda dan Rendra telah memonopoli proyek.

“Aku sudah menawarkan 3 kali lebih tinggi dari koalisi sebelumnya, tapi mereka sok bersih, utusanku bilang mereka akan menggunakan cara yang lama, presentasi dan harga, sangat kolot.” Miranda kesal sekali malam itu, dia bahkan menuang winenya berkali-kali hingga sedikit mabuk.

Karena wine itu Miranda ketiduran dan tak sadar kalau paginya, Rendra telah hilang.

“Kak, kita mau meeting untuk memikirkan langkah menemukan daddy kan?” Revina senang kakaknya Revan sudah datang ke rumah, meski belum menikah, Revan sudah tak tingga serumah lagi dengan orang tuanya, setelah lulus kuliah, dia lebih memilih tinggal di apartemen.

“Tidak, ini soal proyek yang belum kita dapatkan.”

“Lah kok! Kak! Ini daddy gimana, daddy ….”

“Sudah datang Nak, yuk kita mulai makannya.” Miranda duduk di tempat biasa Rendra duduk, meja milik kepala rumah tangga.

Revan membalik piring yang disediakan untuknya, mengambil nasi dan lauk, begitu juga dengan Miranda. Sementara Revina hanya melihat mereka saja dengan tatapan sangat muak.

“Aku heran kenapa kalian masih bisa makan dengan tenang, daddy hilang dan kalian bisa makan nyaman begini? Nggak ada yang takut kalau daddy di luar sana kedinginan, tidak makan atau bahkan … bahkan daddy mungkin sudah ma ….”

“Diam dan makan makananmu!” Miranda menunjuk Revina yang sudah keterlaluan. Revina yang sudah muak, dia akhirnya pergi dari meja makan itu dan kembali ke kamarnya, dia menutup pintu kamar dengan cara membantingnya, membuat Miranda menghela napas.

“Itu kalau Mommy mendidiknya dengan renggang, dia akan menjadi anak pembangkang.” Revan mengomentari kelakuan adiknya, karena ini di ruamh, dia memanggil ibunya dengan benar.

“Kenapa kau menolak pertemuan itu?” Miranda bertanya pada Revan.

“Wanita itu bukan seleraku.”

“Tapi dia selera perusahaan.” Miranda mengingatkan, karena putri presiden direktur perusahaan yang memproduksi mesin industri itu adalah wanita yang Miranda incar untuk menjadi menantunya,

“Aku akan memilih jodohku sendiri, kau tahu kan, seleraku tinggi. Untuk urusan pernikahan, bairkan aku mengurusnya sendiri, jangan ikut campur, kau membuatku menjadi canggung dan beberapa urusan perusahaan tertunda karena aku harus menemui gadis yang mommy sodorkan itu.”

“Revan, aku tak punya siapa pun lagi untuk bisa mewarisi perusahaan, aku butuh kau untuk segera menikah dan akhirnya kelak ….”

“Kelak itu kapan mom? kau terus mengendalikan segalanya, aku pikir kau tak butuh aku … Revina ataupun … daddy.” Revan mengatakannya dengan pelan dan menatap Miranda dengan lekat.

Miranda menatap anaknya, dia terdiam sesaat dan akhirnya meninggalkan meja makan, rupanya gagasan makan bersama memang bukan hal yang baik, tapi … bagaimana dengan Rendra, kenapa tak ada yang memikirkannya selain Revina yang tak bisa apa-apa itu! Semua orang sibuk dengan urusan perusahaan, hingga Rendra bukan menjadi fokus mereka.

Terpopuler

Comments

Srihandayani

Srihandayani

pas di tanya tanya sama penyidik
apakah Miranda makan sate waghyu?
dia jawab iya. apa yang suami makan( suka ) aku juga
tapi di BAB ke 2
miranda gak makan sate nya

bahkan minum wine banyak
sampai mabuk
pagi sadar. suami hilang.

2024-12-10

1

Zakia Nur Rachmawati

Zakia Nur Rachmawati

sambil nunggu pasukan kharisma jagat update lagi, mampir dulu kesini

karena semua novelmu thor sudah tamat lebih dari 1x aku ulangi baca lg sampai tamat huhuhu

2024-12-10

0

Elmi yulia Pratama

Elmi yulia Pratama

miranda kenapa sih.
jadi inget ibunya Gio d LJB mirip mirip gitu gak sih

2024-12-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!