- Delvin -
"Sialan."
Entah udah keberapa kalinya aku mengucapkan kata itu. Duduk di atas tempat tidur dengan pandangan lurus menatap cermin yang memantulkan bayanganku, kosong. Aku genggam erat ponsel di tanganku. Malah sesekali meremasnya kencang tanpa peduli bahwa layarnya mungkin akan retak atau rusak.
Aku udah kepalang kesal. Sebagai pria baik-baik aku merasa terkhianati!
"Sialan!" Makiku sekali lagi.
Teganya dia memperlakukan aku begini. Membuangku tiba-tiba untuk digantikan dengan yang dianggapnya lebih hebat!
Padahal selama lebih dari delapan tahun ini kita bersama. Membagi suka duka. Tangis, tawa dan bahagia. Bahkan aku pun telah yakin kalau dia adalah the right one yang Tuhan kirim untukku. Belahan jiwaku yang akan menemaniku sampai ajal nantinya.
Tapi apa yang kudapati sekarang??
"Perasaan bullshit!!"
PRTAAK!!!
Suara teriak makianku beradu hampir bersamaan dengan suara gaduhnya ponsel itu dibanting lantai. Emosiku sudah menggelegak sampai ubun-ubun. Meluluh lantakan perasaan yang sesungguhnya masih tersimpan rapih untuknya.
Untuk pengkhianat tentu tak akan ada kesempatan kedua!
"Liat aja, siapa yang bakal menyesal nanti." Gumamku geram. "Gue... atau lo,"
***
- Kyra -
Makan malam hari ini rasanya hambar. Mendadak teringat nasib nahasnya kisah cinta Delvin dan Ines yang pernah kuharapkan agar berakhir di pelaminan itu membuatku ikut jadi sedih hati.
Delvin adalah salah satu temanku. Malah bisa dibilang dia adalah teman dekatku. Kami bahkan sudah saling kenal dan bermain bersama semenjak kami berada di Taman Kanak-kanak. Teman sekolah yang sama denganku 9 tahun lamanya. Ya, karena saat SMP kami sempat berpisah sekolah. Delvin terlalu pintar hingga dia mendapatkan nilai sempurna untuk masuk ke SMP Negri favorit. Sedangkan aku harus masuk ke SMP swasta karena nilaiku yang pas-pasan. Barulah, saat masuk SMA kami bisa satu sekolah lagi. Entah karena apa Delvin si otak cerdas tahu-tahu masuk ke SMA swasta yang sama denganku. Namun dari sanalah kisah cintanya dengan Ines mulai bersemi.
Lebih dari 8 tahun pacaran, setahuku Delvin tak pernah main-main dengan hubungannya. Delvin serius, karena dia pernah mengutarakan tentang niatnya untuk melamar kekasihnya itu di akhir tahun ini. Padahal itu hanya tinggal menunggu dua bulan lagi, tapi akhir cerita cinta mereka malah jadi nahas begini.
Kalau dipikir, yang bersama-sama dalam waktu lama saja belum tentu berjodoh. Lalu bagaimana denganku yang berada dalam lingkaran cinta sepihak?!
Aku mendesah lesu. Pikiran tentang hubunganku dan Bang Ezra yang sepertinya makin mustahil bersatu membuatku jadi sedih sendiri.
Jauh dari dalam lubuk hatiku, aku ingin kisah cintaku bisa berakhir bahagia nantinya. Aku harap...
"Dek! Hush!!"
Aku mengerjap kaget saat tepukan tangan Mas Kamil hinggap di pundakku tiba-tiba. Aku menoleh ke arahnya, menatap wajah Mas Kamil yang terlihat penasaran padaku.
"Kamu lagi mikir apa sih? Daritadi Mas ajakin kamu ngomong malah diem aja?! Mas kayak ngomong sama tembok tau, nggak?!" Rutuk Mas Kamil kesal.
Aku nyengir, menggaruk kepala asal-asalan yang langsung membuat helai-helai rambutku mencuat berantakkan. "Bukan apa-apa kok, Mas, cuman lagi mikir aja lama-lama kok ongkir makin mahal aja. He he he..."
Mas Kamil mengernyit, kelihatan ragu dengan alibiku barusan. Sori Mas, aku nggak bisa ngomong jujur sama Mas karena ini soal Bang Ezra.
Namun kemudian, Mas Kamil menghela napasnya panjang. Tak ada pilihan lain selain mempercayai kata-kataku.
"Nggak penting banget sih, Dek. Mas pikir kamu mikir soal berat apa," Mas Kamil berdecak. Aku nyengir. "Lanjutin tuh, makannya! Makan lelet banget sih, pantes nggak pernah jadi daging!"
Aku mencebik mendengarnya merutukiku. Selepas itu, Mas Kamil meninggalkanku duduk di ruang makan ini sendirian sementara dirinya menyusul yang lainnya ke ruang keluarga, menonton acara tivi favorit keluarga ini yang membuat suara gaduh tawa yang seketika membahana telinga.
Aku mendesah panjang. Lalu, mencoba gerak cepat untuk menghabiskan sisa nasiku di atas piring. Tinggal sedikit lagi, semangat!!
Sembari mengunyah sendokan makan malam terakhir, aku mengedarkan mataku ke sekeliling. Tanpa sengaja mataku terpaut pada roti gandum dan selai nutella di sampingnya.
Roti bakar nutella, itu kan salah satu makanan favorit Delvin!
"Aha!" Seketika, aku tersenyum cerah.
Semoga ide ini berhasil. Hehe.
_______
Fix yaa, post-nya 2 x seminggu dulu.
Aku lg fokus selesaiin cerita "Nikah Tapi Musuh" dulu soalnya temen-temen, jadi yg ini dinomor duain dulu gitu.. ehe.
Gapapa yaa? :)
Mohon maaf, karena akhir-akhir ini imajinasiku bener-bener mandat. Jadi mau nulis pun gak bisa. Tp alhamdulillah sekarang udah bisa walaupun masih dikit-dikit. Gapapa yaa, yg penting kan selesai yaa nantinya hehe✌🏻
salam hangat,
icha azzahra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Arida Retna Nugrahani
delvin 😔😔😔
2021-05-01
0
Rini Putri Jarwo
lope...lope
2020-03-06
1
Lenny Handayani
cemunguuuut ya thor💪💪❤❤❤
2020-02-25
0