TRIJAYA SAKTI

TRIJAYA SAKTI

Perdebatan Para Dewa, peristiwa kelahiran Wijaya 1

Di suatu tempat tepatnya di kahyangan para dewa sedang kebingungan tentang siapa saja manusia yang pantas untuk mendapatkan kekuatan tiga dewa utama. Mereka berdiskusi dengan amat serius dikarenakan dunia pada saat itu dipenuhi kejahatan.

Para dewa terus berdebat hingga ketiga dewa utama muncul. Mereka itulah dewa pencipta, pelindung dan pelebur. para dewa langsung bersujud.

"Beri salam pada dewa diatas segala dewa." dewa Indra yang merupakan raja dari para dewa memberikan perintah pada dewa-dewa lainnya.

Para dewa langsung memberikan salam penghormatan kepada tiga dewa utama. Tiga dewa utama mengangkat tangannya dan memberkati mereka.

"Diberkati lah kalian." ucap ketiga dewa dengan penuh keagungan dan bijaksana.

Dewa Indra menunduk dan mulai memohon petunjuk kepada trimurti atas perdebatan mereka.

"Tolong... berikan petunjuk pada kami  dewa yang agung." Ucap Dewa Indra bernada pelan dan penuh kesedihan.

Dewa trimurti tersenyum. Lalu Mahadewa berbicara dengan penuh keagungan memberi tahu dewa Indra bahwasanya mereka sudah menemukan manusia yang tepat untuk menjadikan pelindung dunia. Dewa Siwa menunjukkan benih-benih pada mereka.

"Mereka adalah pelindung dunia yang akan aku tempati bersama dewa utama lainnya."

Dewa Indra dan para dewa tampak penasaran.

"Maaf.. Mahadewa kau akan menurunkan benih-benih itu di daerah mana?kami sungguh penasaran."

Dewa Wishnu maju dan memberi tahu mereka tentang ciri-ciri manusia-manusia itu dan mengapa mereka dipilih.

"Benih-benih itu akan kami turunkan disebuah pulau timur yang sangat kaya akan rempah-rempahnya kalian akan mengetahuinya."

Para dewa mengangguk wajah mereka dipenuhi rasa penasaran yang sangat Amat besar. Ketiga dewa utama itu meniupkan benih-benih itu hingga turun ke bumi dengan terpisah-pisah. Masing-masing benih itu turun di rahim yang berbeda. Benih pertama masuk di rahim ratu Blorong ratu pantai selatan lalu benih kedua di rahim seorang selir kerajaan Majapahit dan benih terakhir di rahim permaisuri Kediri ratu ayu Dyah Pitaloka.

Dewa trimurti dan para dewa lainnya mengawasi ketiga calon kehidupan tersebut. Dewa Brahma mulai berbicara dengan penuh keagungan sambil menatap mereka dengan bijaksana.

"Mereka akan mengubah seluruh dunia damai....tetapi mereka akan melewati banyak rintangan dan maka dari itu aku akan menjuluki mereka darsasena yang berarti kegigihan."

Dewa Siwa dan Wisnu mengangguk dan tersenyum setuju.

"Berikan penghormatan pada darsasena... hidup darsasena...hidup manusia yang memiliki kegigihan tinggi dan kesabaran yang melebihi dunia seisinya."

Dewa trimurti dan para dewa lainnya mengawasi ketiga calon kehidupan tersebut. Dewa Brahma mulai berbicara dengan penuh keagungan sambil menatap mereka dengan bijaksana.

"Mereka akan mengubah seluruh dunia damai....tetapi mereka akan melewati banyak rintangan dan maka dari itu aku akan menjuluki mereka darsasena yang berarti kegigihan."

Dewa Siwa dan Wisnu mengangguk dan tersenyum setuju.

"Berikan penghormatan pada darsasena... hidup darsasena...hidup manusia yang memiliki kegigihan tinggi dan kesabaran yang melebihi dunia seisinya."

Dewa Indra menyerukan pada para dewa. Mereka semua mengikuti raja para dewa tersebut berseru. Dewa Siwa melemparkan bubuk warna dan para dewa mulai menari-nari gembira menyambut pelindung dunia yang akan datang.

Dewa Wishnu yang teringat akan iblis andakasur kuat yang tidak akan pernah mati bahkan sekalipun trimurti menjadi terdiam dan mulai khawatir.

Dewa Siwa yang melihat itu menepuk pundaknya dan menenangkan dewa Wisnu.

"Tenanglah wahai Narayana mereka akan mampu mengalahkannya ini adalah takdir dan kita harus mengikutinya."

Seekor burung gagak yang sedari tadi terbang mengawasi, segera melesat dengan cepat menuju istana para iblis.

Di lain sisi tepatnya kerajaan Majapahit prabu Hayam Wuruk tampak cemas karena belum dikaruniai keturunan yang benar-benar akan menjadi seorang penerusnya. Dia bolak-balik di bawah singgasananya. lalu datang Mahapatih kepercayaannya, Gajahmada. dia memberikan saran pada maharaja Hayam Wuruk.

"Ampun Baginda kau tampak cemas sebaiknya yang mulia melakukan pemujaan besar-besaran pada para Brahmana untuk mendoakan selir lao tio agar segera hamil."

Atas ide tersebut prabu Hayam Wuruk terperanjat dan tersenyum sumringah pada Mahapatih. Dia langsung menyetujui usulan tersebut. Dia memerintahkan penasihatnya dan prajuritnya untuk segera menyampaikan undangan tersebut pada Brahmana di seluruh Nusantara.

Penasihat kerajaan langsung memerintahkan pasukan untuk menyebarkan undangan tersebut. Mereka mulai berkelana ke seluruh Nusantara. Mereka berhasil mengumpulkan beberapa kaum brahmana.

Sampai mereka menemui Brahmana yang terkenal dengan ramalannya. Brahmana tersebut bukan lain loka jaya dia tinggal di sebuah gua dan menghabiskan waktunya untuk bertapa kepada dewa Siwa.

"Aku sudah tahu apa niat kalian." Loka jaya terus melafalkan mantra sansekerta. "Kalian ingin aku datang ke istana raja yang berwibawa itu dan meminta padaku untuk mendoakan selirnya sekaligus meramalkannya."

Para pasukan terkejut saat brahmana itu sudah tahu apa niat mereka. Salah satu dari mereka mendekatinya dengan hati-hati karena tidak ingin menggangu pertapaan brahmana itu.

"Benar, kami disini ingin mengundangmu untuk melakukan pemujaan atas perintah maharaja kami."

"Baiklah aku akan datang...dan kalian harus tahu aku telah menunggu kelahiran ilahi tersebut selir dari raja kalian akan mengandung seorang anak laki-laki yang akan melindungi dunia dari kesengsaraan."

Brahmana itu memberikan sebuah gulungan sansekerta tersebut pada prajurit tersebut.

"Berikan gulungan suci itu pada raja kalian."

Prajurit itu mengangguk dan kembali ke istana bersama rekan-rekannya. Mereka langsung menghadap sang raja dan memberikan gulungan tersebut.

Prabu Hayam Wuruk membuka gulungan tersebut,tetapi dihentikan oleh permaisurinya.

"Kakanda sebaiknya kau tidak usah membuka gulungan tersebut. menurutku itu tidak penting dan kau tahu kita harus berfokus dengan pemujaan...para prajurit sudah mengundang mereka."

Prabu Hayam Wuruk menghela nafas lalu menaruhnya di tapak tilas miliknya.

______________________________________

Terpopuler

Comments

Jihan Hwang

Jihan Hwang

hai aku mampir... yuk mampir juga dinovelku jika berkenan /Smile/

2024-12-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!