Part 5 {Berubah}

Malam harinya aku terbangun dari tidurku. Aku merasakan ada yang memelukku dari belakang, lalu aku berbalik dan mendapati Mas Cakra yang sedang memeluk.

Wajah tampannya yang menjadi pandangan pertama diriku, dia tersenyum lebar dan mencium dahi ku lama.

"Malam sayang. apa tidur mu nyenyak?" tanya mas Cakra kepadaku. Aku menatapnya datar tidak seperti biasanya aku akan menatapnya dengan raut wajah ceria dan gembira.

"Pastinya nyenyak kan, karena dipeluk oleh mas?" ucapnya dengan gembira namun aku membelanya dengan dingin.

"Biasa saja." senyum kecut terpancar di wajah Cakra. namun dia melebarkan senyumnya.

"Ayo makan bersama, semua pasti sudah menunggu." aku bangkit dari tidurku dan membantu dia bangun lalu mengandeng tangannya dengan pelan berjalan beriringan bersamaku.

namun saat berada ditengah jalan dia melepaskannya dengan pelan gandengan tanganku. Aku menengok dan bertanya, "Ada apa?"

"Kita beda jalur." Cakra tidak mengerti apa yang Anna katakan.

"Kita akan makan bukan?" tanyaku. Anggi hanya diam ia menatap meja makan yang sudah ada Ayu, Mamah dan Ayah. Aku mengikuti arah pandangannya.

Lalu saat aku kembali menatapnya dia sudah pergi meninggalkan ku. Dengan lemas aku berjalan sendiri ke meja makan. Duduk disamping Ayu yang tengah asik menikmati makan malamnya.

Jadi begini ya rasanya mendapatkan penolakan. Ditambah itu penolakan langsung yang dia dapatkan. Ia ingat jika Anggi dulu selalu mengandeng tangannya ketika bertemu dengannya lalu setiap disaat momen seperti itu tiba-tiba Ayu datang dan menariknya sehingga membuat genggaman tangan mereka terlepas.

Ketika malam hari Anggi terkadang menyelinap masuk kedalam kamarnya, berbaring disampingnya sambil bercerita mengenai ini dan itu namun aku tidak pernah mendengarkannya aku lelah dan sangat mengantuk.

Mungkin Anggi tahu aku lelah, akhirnya dia berhenti berbicara dan memeluk ku dari belakang serta bergumam kata maaf.

Sekarang semuanya terbalik, sekarang aku yang merasakan ini semua. Sepertinya Anggi sekarang berubah.

Tidak, Anggi sekarang memang berubah. Ia terlambat menyadari kesalahannya. Ia memakan makanannya dengan cepat setelah itu ia langsung mencari kemana adiknya berada.

Ia mengikuti kemana adiknya tadi berjalan. Adiknya tadi terlihat menuju rumah belakang, rumah tempat istirahat para asisten rumah tangganya bekerja.

Ia melihat sandal adiknya berada didalam. Ia mengintip lewat jendela. Terlihat adiknya yang tampak sedang makan dengan disuapi oleh salah satu art nya yang bernama Bibi Sumi. bibi Sumi salah satu art yang sudah lama bekerja bahkan dari dia kecil sampai sebesar ini.

Adiknya hanya makan nasi dan telur. Jadi selama ini jika adiknya tidak terlihat dimeja makan dia akan makan dengan para pembantu rumah tangganya disini? kenapa dia baru menyadarinya?.

kenapa seorang anak majikan bisa makan dengan para pembantu. Bahkan adiknya tampak akrab dengan para pembantu lainya, bersenda gurau dan tampak tidak memiliki beban hidup sama sekali.

Ia masih setia menunggu sang adik sampai selesai makan. Hingga Anggi keluar dan masuk ke dalam kamarnya, namun dia tidak menutupnya rapat hanya setengahnya saja.

Anggi terlihat memegangi kepalanya dan meringkuk seperti bayi, tangannya terlihat mencengkram sprei dengan kencang, "Hiks....sakit..."

"Hiks...sakit sekali kepalaku....rasanya mau pecah...." ia tercengang mendengar rintihan kesakitan adiknya, semakin lama adiknya semakin menjadi.

Anggi menjambak rambutnya dengan keras, ia yang takut Anggi kenapa-napa berlari dan memegang bahu Anggi.

"Anggi? kamu kenapa?" tanyanya dengan khawatir. namun Anggi malah mendorongnya menjauh dan menatapnya tajam.

"Bukan urusanmu. minggir, keluar dari kamarku." bentaknya dengan keras. Aku menggelengkan kepalaku mendengar penolakan dan bentakan dirinya.

"Apa yang sakit Anggi? biar Mas bantu." ucapku dengan khawatir, takut dengan keadaan Anggi. padahal sedari tadi ia baik-baik saja tapi kenapa jadi begini?.

"Pergilah, jangan bertingkah pura-pura perduli padaku seperti ini. aku tidak mau dikasihani oleh orang lain."

orang lain. siapa yang orang lain? apakah aku? hatinya terasa sakit saat Anggi mengatakannya orang lain. Ia menatap Anggi yang seperti cacing kepanasan.

ia terus menatap Anggi, hatinya bergetar mendengar ucapan Anggi barusan. Ya benar dia seperti orang lain, bahkan dia tidak tahu luar dalam tentang Anggi. ucapan Anggi benar apa adanya, tidak ada yang salah.

Yang salah adalah dia yang baru datang saat ini. kemana saja dia selama ini? bahkan dia sampai melalaikan tugas seorang kakak yang menjaga adiknya itu, ketika ia sibuk dengan adik lainnya.

sedangkan Anggi yang sakit kepalanya telah reda menangis terisak. mendapat perlakuan hangat kakaknya semakin membuat hatinya terasa sesak dibuatnya.

kenapa baru sekarang dia perhatian? kenapa tidak sedari dulu? ia menutup wajahnya dan menangis terisak dibaliknya.

Sedangkan Cakra dia memandang bahu adiknya yang bergetar. Ia mendengar tangisan adiknya tangisan adiknya namun ia tak berani menyentuh adiknya karena ia takut mendapati penolakan dan bentakan dari adiknya. entah mengapa itu terasa sakit didalam dadanya.

mereka berdua sama sama terdiam tidak ada yang berbicara sama sekali. Anggi yang berbaring memunggungi Cakra sedangkan Cakra yang duduk disisi ranjang menatap pedih adiknya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!