Part 2 {Ulang Tahun}

Pagi-pagi sekali aku sudah siap dengan pakaian ku. Aku sudah menyiapkan koper untuk pergi ke raja Ampat dengan keluargaku. Pertama kalinya aku berlibur bersama.

Sekarang aku menyetujuinya karena hari ini aku berulang tahun. Jika dulu mereka selalu pergi tanpa memberi tahuku dan aku yang selalu ditinggal di rumah sendiri, sekarang tidak lagi.

aku harus selalu mengikuti kemauan ayu agar aku bisa mengalihkan perhatian Ayah dan Ibu.

Aku sudah selesai dengan kerudungku, Lalu aku turun ke bawah, berniat mengambil sandal rumahku.

Aku turun dengan perasaan senang tidak karuan. Sampai akhirnya aku berada di luar rumah aku melihat Pak Slamet sopir keluarga ku.

"Loh, bapak dari mana?" tanyaku heran karena melihat dia turun dari mobil. Pak Slamet langsung menghampiri ku.

"Loh saya habis dari bandara nganterin keluarga Non." aku terkejut mendengar jawabannya.

"Mereka sudah pergi?" Pak Slamet hanya menganggukkan kepalanya.

"Tanpa aku?" Ku lihat Pak Slamet hanya terdiam.

"Ya sudah Pak, terima kasih." dadaku sesak sekali rasanya, aku tidak mengatakan kalau aku tidak kau ikut tapi kenapa seolah mereka tidak mau aku ikut?.

jika memang mereka tidak mau aku menganggu waktu mereka setidaknya bicarakan kepadaku jangan membuat aku sakit hati seperti ini.

Dengan hati yang lelah, aku masuk ke dalam kamarku. Ku buka kerudung dan sepatuku. ku biarkan berserakan di lantai.

Aku menjatuhkan tubuhku diatas ranjang dan menangis dengan kencang serta pilu.

"Hiks...kenapa ya Allah? kenapa?"

"Kenapa harus aku? apakah aku bukan anak kandungnya? apakah aku memiliki kesalahan dimasa lalu?"

"Hiks...ya Allah aku tidak kuat lagi..." hampir 2 jam aku menangis sesenggukan sampai akhirnya aku tertidur.

***

"Anggi, selamat ulang tahun..." teriakan dari ketiga gadis membuat ramai pengunjung kafe. Semua pasang mata mengarah kepadaku.

"Aku ulang tahun?" tanyaku kepada mereka, air mataku luruh seketika.

"Iya kau ulang tahun, Ngi" Jawab Dewi dengan senyum yang lebar.

"Aku ulang tahun Dewi, Yang ke 23." ucapku dengan pilu lalu memejamkan mataku.

"Sudah sekarang berdoa saja, niatkan keinginanmu." aku menganggukkan kepalaku mendengar ucapan Kiki.

Aku memejamkan mataku dan berdoa dalam hati, lalu aku meniup lilin.

"Yey...." sorak mereka bertiga dengan gembira.

"Potong kuenya dong." ucap Vivi, aku mengambil pisau dan memotongnya.

Aku bagikan kepada mereka satu persatu. Sisanya aku bagikan kepada pengunjung kafe lainnya.

"Oh jadi keluarga Lo lagi pada liburan?" aku hanya menganggukkan kepalaku menjawab ucapan Dewi.

"Lo yang sabar ya Ang. Gue yakin kebahagiaan pasti akan datang ke elo. Pasti." Kiki mengelus bahuku dengan lembut.

"Iya, gue tahu. Gue harus selalu mengalah untuk Adek gue kan?"

"Gue sayang Ayah sama Mamah, apapun bakal gue lakuin buat mereka."

"Gue harus jadi anak yang berguna kan? biar gue di akuin di keluarga gue?" tanyaku dengan air mata yang berderai keluar.

Kiki, Vivi, dan Dewi hanya mampu menundukkan kepalanya. mereka tak tahu harus menjawab apa kepada Anggi.

"Kalian tahu kan, enggak ada yang tahu gue ini siapa? orang tua gue siapa? bahkan orang tua gue sendiri pun enggak pernah mengenalkan gue kepada publik."

aku menangis, lalu aku menggenggam tangan Vivi yang berada disamping ku, aku menatapnya dengan sakit, "Sakit Vi...hiks...hati gue sakit banget rasanya."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!