NovelToon NovelToon

HarMoni Langit

BAB 1 : PERTEMUAN PERTAMA

...Kalau aku cinta kamu, boleh?...

......................

...Gadis itu berlari melewati genangan air yang membuat rok putihnya tampak kotor terciprat bekas genangan air dijalanan. Angkotnya memang berhenti diujung jalan yang membuatnya masih harus berjalan/berlari untuk masuk menuju sekolahnya....

"Aisshhh-- kotor gini" kata Monica melihat roknya yang tampak motif kotor dibagian bawahnya.

Namun dia berusaha mengabaikannya karena 5 menit lagi gerbang Sekolah barunya itu ditutup. Diwaktu yang bersamaan datang mobil yang secara tidak sengaja menerjang genangan air yang membuat air terciprat kearah Monica.

"Duhh.. Gimana ini---" Monica tampak panik melihat setelan putihnya tampak semakin kotor.

Tak lama kemudian mobil itu tampak berhenti dan pintu mobilnya tampak terbuka. Turun seorang remaja pria yang tampak rapi mendatanginya.

"Kamu nggak apa-apa?" tanyanya sambil melihat kondisi Monica yang tampak berantakan.

"Aku nggak apa-apa, tapi bajuku kotor" kata Monica sambil memperhatikan remaja didepannya yang tampak sama dengannya menggunakan setelan seragam berwarna putih menandakan mereka berdua adalah murid baru di sekolah itu.

"-- Tapi nggak apa-apa kok, Bapakku Guru disini. Ntar aku cari baju pinjaman" kata Monica berusaha menenangkan anak didepannya yang tampak khawatir dengan baju Monica.

"Seriusan?" tanyanya sambil menatap Monica.

Monica mengangguk dan tersenyum dipaksakan walau sebenarnya dia bingung bagaimana dia memberitahukan kepada Bapaknya.

"Tinggal aja, nanti jemput kalau sudah aku chat ya Pak, terima kasih" kata anak laki-laki itu kepada sopirnya sambil mendatangi mobilnya.

"Ayok, sebentar lagi sudah ditutup gerbangnya" ajak anak itu.

Monica lupa akan gerbang yang akan ditutup. Lalu Monica kembali berlari melewati anak itu yang membuat dia terkejut melihat Monica yang berlari secepat kilat melewatinya.

Monica berusaha mencari Bapaknya di ruangan guru yang akhirnya dia menemukannya dan mendatangi Bapaknya dengan tidak enak hati melewati beberapa meja Guru yang tampak bingung melihat kedatangannya.

"Bapak, baju Monica kotor tadi kena genangan air. Angkotnya lama dijalan karena masih harus cari penumpang dulu" kata Monica setengah meratap sambil menahan tangis didepan Bapaknya. Suaranya lirih agar Guru lainnya tidak mendengarnya.

"Lohh nduk, kok sampai kayak gini? Kamu jatuh?" tanya Bapaknya sambil memutar badan Monica.

Monica menggeleng.

"Kamu sih, tadi diajak Bapak bareng nggak mau. Akhirnya gini kan" kata Bapaknya sambil memukul kecil tangannya membuat Monica semakin ingin menumpahkan air matanya.

"Husstt jangan nangis, sudah SMA masa masih cengeng" kata Bapaknya yang berusaha menenangkan Monica.

Monica hidup bertiga dengan adik dan Bapaknya karena Ibunya telah meninggal dunia saat melahirkan adiknya. Bapaknya memutuskan untuk tidak menikah lagi dan membesarkan anak-anaknya.

Bapak Monica bernama Pak Jaka yang adalah seorang guru olahraga di SMA Dharata, salah satu SMA swasta favorit yang terkenal berhasil mencetak siswa dengan prestasi non akademis.

Pak Jaka tampak setengah berlari menuju Guru BK dan membuka lemari yang berisi pakaian bekas, mencari seragam yang bisa digunakan Monica sementara.

Pak Jaka menemukan seragam untuk Monica dan segera memberikannya.

"Cepat ganti nduk, sebentar lagi upacara dimulai. Jangan karena kamu anak Bapak, kamu jadi merasa harus dispesialkan. Yang kuat nduk, nggak boleh cengeng. Kamu anak Bapak" kata Pak Jaka sambil menepuk pundak Monica.

Monica mengangguk dan menarik kembali air matanya yang nyaris jatuh dari kedua matanya. Dia segera berlari ke toilet Guru yang dekat dengan kantor Guru dan segera berganti pakaian. Baju kotornya dimasukkan begitu saja kedalam ransel yang besarnya melebihi ukuran punggungnya.

Monica segera merapikan dirinya dan berlari kembali kearah lapangan yang tampak sudah dipadati oleh siswa baru disekolah itu dan memulai upacara penyambutan siswa baru. Monica berdiri dibagian belakang kelasnya dan bernafas lega karena dia datang tepat sebelum upacara dimulai.

"Hai.." kata anak lelaki disebelahnya menyapanya ramah.

Monica tidak menoleh begitu saja karena takut tertangkap oleh komisi disiplin yang tampak berlalu lalang diantara mereka.

"Hei.. Ternyata kelas kita bertetangga" katanya kembali berusaha membuat Monica menoleh kepadanya.

"Hei.." Anak lelaki itu berusaha mengeraskan suaranya mengira Monica tidak mendengarnya.

"Kamu ngapain kok ngobrol sendiri? Perhatikan upacaranya" kata salah satu petugas yang berjaga menegur anak lelaki itu yang membuat Monica terkejut dan bersyukur dia tidak menoleh.

Upacara penyambutan siswa baru selesai dan setiap kelas dibagi kelompok untuk pengenalan area sekolah. 1 kelompok berisi 2 kelas didampingi oleh siswa senior dan petugas OSIS.

"Hei.. Kok tadi nggak noleh sih" kata anak lelaki itu sambil memegang pundah Monica.

Monica menoleh dan melihat itu adalah anak lelaki yang dijumpainya tadi pagi.

"Kan nggak boleh ngobrol selama upacara" kata Monica sambil berbisik karena takut mengganggu teman lainnya.

"Hmmm.. Iyaa deh siswi teladan" kata anak lelaki itu sambil tersenyum.

"-- Aku Langit, kamu?" kata anak lelaki itu yang memperkenalkan dirinya sebagai Langit sambil mengulurkan tangannya.

"Monica.. Salam kenal" kata Monica sambil menjabat tangannya dan tersenyum kecil.

"Nice" kata Langit sambil tersenyum.

Senyuman yang membuat Monica sempat tertegun beberapa saat. Senyuman yang indah tampak seimbang dengan sudut bibir yang tertarik sempurna.

"Yang belakang jangan ngobrol sendiri" kata salah satu Petugas OSIS yang melihat Monica dan Langit.

Monica langsung melepaskan tangannya dan menunduk tampak takut karena bentakan Petugas OSIS Itu.

Langit tersenyum melihat Monica yang tampak terkejut dan langsung menundukkan kepalanya, sementara dia tampak santai dan kembali mengikuti barisannya. Hingga tiba mereka harus berpisah karena harus masuk ke kelas masing-masing.

Monica sempat berhenti didepan pintu kelasnya melihat Langit masuk kedalam kelasnya dan tampak bercanda dengan teman-temannya. Melihat Langit yang tidak menoleh kepadanya membuat Monica sedikit kecewa dan akhirnya masuk kedalam kelasnya begitu saja.

......................

"Bisa nggak kamu geser sana? Gerah tau" kata Monica sambil berusaha menggeser Langit yang menempel kepadanya.

"Biarin" kata Langit cuek sambil terus memakan gorengan didepannya.

"Tuhh banyak cewek liatin aku Langit. Aku nggak suka kalau sampai mereka mikir yang aneh-aneh" kata Monica sambil menunjuk beberapa siswi lain diseberang kursi mereka yang tampak melihat kedekatan Monica dan Langit dengan lirikan tajam.

"Terus kamu maunya aku deket mereka?" tanya Langit tiba-tiba sambil menatap Monica.

"Ya terserah kamu" jawab Monica spontan.

Langit terdiam lalu segera bangun dari duduknya dan berjalan menuju kursi yang diduduki oleh siswi yang sedari tadi memandang Monica dan menyapa mereka dengan ramah diikuti oleh beberapa teman Langit lainnya.

Sejak penyambutan siswa baru Monica dan Langit menjadi dekat dan bersahabat. Tak jarang Monica mendapat tumpangan gratis dari Langit saat Bapaknya tidak bisa bersamaan pulang dengannya. Persahabatan mereka sudah berjalan 2 tahun hingga kini dia duduk dibangku kelas XI dan akan naik ke kelas XII 3 bulan lagi.

Monica menatap langit dari tempatnya, melihat Langit tampak bercanda dengan para siswi itu membuat hatinya sedikit sakit. Namun dia tidak ingin memiliki masalah dengan mereka. Segerombolan siswi dari kalangan keluarga kaya yang terkadang bertindak semena-mena dengan dalih bercanda.

"Dih-- mereka mah kegatelan sama Langit" kata Bella yang duduk disamping Monica.

Krishna yang duduk didepannya pun menoleh kebelakang dan melihat yang dimaksud oleh Bella.

"Mau gimana lagi. Langit populer. Pembalap muda berbakat, siapa juga yang nggak suka. Kamu kenapa nggak jadian aja sama dia?" tanya Krishna kepada Monica.

"Ngaco. Mana mungkin Langit mau sama aku yang biasa gini" kata Monica sambil memakan nasi uduk didepannya berusaha tidak melihat adegan didepannya namun dia tetap sedikit melirik kearah Langit.

Bel pulang sekolah berbunyi. Monica melihat layar ponselnya, Bapaknya mengirim chat jika Bapaknya harus melatih tim futsal sehingga tidak bisa pulang bersama Monica.

Monica menghela napas berat dan berjalan keluar dari kelasnya.

"Kamu jadian sama Krishna?" tanya seseorang dari belakang.

Monica terkejut dan menoleh dengan cepat, tampak langit yang bersandar dibelakang pintu kelasnya dengan memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya.

"Ngomong apa sih. Krishna temen deket aku dan dia pacarnya Bella" kata Monica menerangkan.

"Ohh" kata Langit sambil tersenyum.

"-- Pulang sama Pak Jaka?" tanya Langit lagi.

"Nggak, naik angkot" jawab Monica sambil terus berjalan. Entah kenapa dirinya merasa sedikit marah dengan Langit tanpa alasan yang jelas.

"Aku anter aja" kata Langit menawarkan sambil berlari mendahului Monica dan berdiri didepannya membuat Monica berhenti.

Sebelum Monica menjawab tampak siswi lain berlari kearah Langit dan menggandeng tangan Langit.

"Jalan yuk.." kata siswi itu yang bernama Mareta, seorang siswi terkenal di sekolahnya. Salah satu siswi yang ada dibangku yang didatangin Langit tadi.

Langit tidak menjawab dan melihat Monica, menunggu Monica memberikan jawaban.

Monica hanya terdiam sambil menunduk, dia takut berkontak mata dengan Mareta dan kemudian lanjut berjalan melewati Langit dan Mareta.

Langit tampak ingin mencegah Monica namun Mareta sudah menariknya kearah tempat parkir.

Monica terdiam selama dia berjalan. Dia bingung dengan perasaannya sendiri dan membuatnya bingung menyikapinya.

Tak lama dia berjalan sudah tampak angkutan yang menuju kearah Rumahnya dan Monica segera naik angkutan itu dalam diam.

Dari dalam angkot yang mulai berjalan dia melihat Langit keluar dari gerbang sekolahnya dengan motor miliknya dan dibagian belakang tampak Mareta sedang duduk sambil memeluk pinggang Langit dengan erat.

Monica hanya terdiam melihatnya, lalu menundukkan pandangannya merasa tidak mampu lagi menahan hatinya yang tampak berkecamuk tanpa sebab yang dia ketahui.

BAB 2 : APA ITU CINTA?

...Apa aku merasakan cinta? Sama kamu?...

...Bolehkah?...

......................

Monica duduk di kursi ruang tamunya yang sederhana sambil memegang remot tv dan memilih acak slauran tv yang ada didepannya dengan terus menerus.

Pak Jaka yang melihatnya hanya tersenyum sambil membawa sepiring pisang goreng dan teh hangat diletakkan di meja ruang tamu.

"Kamu kenapa nduk?" tanya Pak Jaka lembut kepada Monica.

"Jatuh cinta mungkin Pak" kata adiknya Gama dengan tertawa terkikik

Monica melemparnya dengan bantal sofa tanpa berkata sedikit pun.

"Ada kejadian disekolah?" tanya Pak Jaka dengan lembut.

Monica menggelengkan kepalanya. Dia tidak bisa mengatakan apa yang dirasakannya dengan tepat. Dia sendiri pun bingung mengapa dia merasa sekesal ini dengan kejadian tadi.

Jatuh cinta??

Monica berpikir dengan keras mendengar kata-kata itu. Apakah benar dia merasa jatuh cinta dengan Langit. Dia bahkan tidak ingin memikirkannya, karena bagi Monica yang hanya gadis sederhana merasa tidak pantas memiliki perasaan itu kepada Langit yang berada di level kehidupan yang berbeda.

"Pak---" Monica memanggil Pak Jaka dengan tampak ragu.

Pak Jaka yang sudah mengambil alih saluran tv menoleh kepada Monica dan siap mendengarkan apa yang ingin dikatakan putri sulungnya itu.

"--- Cinta itu apa?" tanya Monica dengan menatap wajah Bapaknya dengan serius.

Pak Joko tidak langsung menjawab pertanyaan Monica. Dia menatap dengan lembut Monica dan melihat bahwa putrinya itu memerlukan jawaban darinya. Putrinya sudah beranjak dewasa membuat Pak Joko harus membimbingnya dengan baik.

"Cinta--- Bapak sendiri belum tau bagaimana tepatnya harus mendeskripsikannya" kata Pak Joko sambil menatap Monica.

Gama yang tertarik mendengarnya, mendekat ke kursi ruang tamu dan duduk di bawah sambil menyandarkan kepalanya di meja ruang tamu, siap untuk mendengar jawaban Bapaknya.

"Bapak cinta sama Ibu kalian, sangat mencintai dia. Dia wanita yang luar biasa, tak pernah sekali pun Ibu menuntut apapun. Namun, ternyata Allah jauh mencintainya. Hingga Bapak bingung saat itu, bagaimana definisi cinta. Serindu itu kah Allah kepada Ibu mu hingga dia memintanya pulang diusia itu" kata Bapak mulai menerangkan kepada anak-anaknya yang saat ini adalah waktu yang tepat bagi Bapak.

"Semua orang bisa punya cinta?" tanya Gama dengan polosnya.

"Bisa nak.. Bisa.. Kamu bisa mencintai dan dicintai siapapun. Tapi alangkah baiknya, kamu harus mengerti, tidak semudah itu hati ini memilih cintanya. Dan harus ikhlas jika orang yang kamu cintai ternyata tidak ditakdirkan mencintaimu. Karena semua sudah diatur Allah" Pak Jaka menjawab dengan bijak.

Monica terdiam dan menganggukkan kepalanya berusaha memahami secara perlahan kata-kata Bapaknya yang sedikit sulit baginya.

"Terus ciri-ciri kalo punya rasa cinta?" tanya Monica kembali. "Temen-temen Monica kayak gampang banget bilang cinta si A, cinta si B.. Terus jadian.. Gitu loh Pak" kata Monica lagi menerangkan dunia remajanya.

Pak Jaka tersenyum, dia memang ingin membuat anak-anaknya merasa nyaman menanyakan hal seperti ini dengannya.

"Yang dirasakannya teman-temanmu bisa aja ada cinta, namun bisa juga hanya mengagumi.. Karena cinta itu nggak datang saat kita menyadari, namun dia datang perlahan memasuki hati kita. Hingga kita menyadari saat melihat seseorang, ada perasaan berbeda, cara pandang berbeda, dan ada degupan yang berbeda. Bapak ingin kalian merasakannya dengan perlahan. Jadi jangan terburu-buru bilang cinta keseseorang sebelum kalian meyakini itu benar-benar cinta" kata Pak Jaka menerangkan dengan perlahan.

Monica terdiam kembali, mengingat bagaimana perasaannya didekat Langit, bagaimana cara menatapnya dan bagaimana rasanya saat dia melihat Langit tersenyum dengan siswi lain.

Monica menggaruk kepalanya. Dia sendiri bingung kenapa saat dia membahas cinta, hanya bayangan Langit yang terlintas dipikirannya.

"Pak-- Boleh nggak sih kalau aku tanya kayak gini ke sahabat cowok aku?" tanya Monica kepada Bapaknya.

"Hmm-- Boleh saja, kalian bisa bertukar pikiran. Tapi jangan terlalu membuka perasaanmu nak, seseorang bisa saja memanfaatkannya untuk menyakitimu. Tetap harus terlihat kuat dan berharga didepan siapapun" Pak Jaka memberikan saran kepada Monica.

Monica mengangguk dan dia bertekad akan mencoba membahasnya dengan Langit untuk melihat bagaimana tanggapan Langit dan reaksi Langit.

"Mbak Monica mau punya pacar tuh" kata Gama berusaha menjahili kakaknya.

"Anak kecil nggak boleh ikut-ikut" kata Monica kepada adiknya sambil meletakkan telunjuk di bibirnya.

"Kalau nanti sudah saatnya aku jatuh cinta. Aku ingin ketemu cowok yang kayak Bapak. Kayak Bapak cinta sama Ibuk. Aku pengen kayak gitu" kata Monica sambil tersenyum kepada Pak Jaka.

"Pasti kamu menemukannya suatu saat nanti nak, Bapak do'akan yang terbaik dan lebih baik dari Bapak" kata Pak Jaka sambil mengusap kepala Monica dengan lembut.

Monica tersenyum menikmati usapan kepala dari Bapaknya dan menyerbu Pak Jaka dengan memeluk pinggang Pak Jaka.

"Aku juga mau dipeluk" kata Gama nggak mau kalah dan menuju Pak Jaka untuk memeluk Pak Jaka.

"Sini semuanya Bapak peluk, anak-anak kesayangan Bapak. Jadilah anak yang bertumbuh memiliki hati yang baik dan akal yang cerdas, amin" kata Pak Jak sambil mencium kepala Monica dan Gama bergantian.

Malam itu diluar sedang hujan, membuat suasana terasa dingin. Namun didalam rumah itu terasa hangat dengan kasih sayang Pak Jaka kepada anak-anaknya.

BAB 3 LEGENDA

...Jika denganmu, apakah aku akan mengetahui apa itu cinta?...

......................

Bel istirahat berbunyi, Monica berlari keluar kelasnya dan menuju kelas Langit yang ada disebelah kelasnya. Dia berdiri disana sambil menunggu Langit keluar. Tak lama kemudian, tampak Langit yang sudah berjalan keluar dengan bercanda bersama teman-temannya.

"Langit.." Monica segera memanggil Langit yang langsung tampak menoleh dan mendatangi Monica.

"Apa?" tanya Langit berdiri sambil menatap gadis didepannya yang memakai bandana warna putih dengan rambut terurai panjang natural, tampak cantik dimatanya.

"Aku mau bicara" kata Monica sambil menarik tangan Langit.

Langit menurut saja sambil melihat lengannya yang sudah ditarik oleh Monica, tampak teriakan menggoda mereka saat teman-temannya melihat Langit dibawa oleh Monica begitu saja.

Namun dari seberang kelas Langit tampak seseorang yang melihat kejadian itu dengan pandangan tidak suka.

Monica membawa Langit sampai ketaman samping sekolahnya yang memang tidak terlalu ramai dengan lalu lalang siswa.

"Ada apa ini? Mau ngobrolin apa?" tanya Langit sambil tersenyum melihat ekspresi Monica yang tampak ragu.

"hmmm-----" Monica tampak gelisah sambil meremas tangannya yang mulai terasa dingin. Sementara Langit hanya menatapnya tidak mengerti dengan perilaku Monica.

"---- Kamu---- Kamu---" Monica tampak ragu melanjutkan pertanyaannya. Dia bingung bagaimana mengatakannya.

"---- Kamu ngerti nggak apa itu cinta?" tanya Monica setelah berusaha menenangkan dirinya dan menatap lurus kearah mata Langit.

Langit terkejut dengan pertanyaan Monica dan menatap mata Monica berusaha membaca apa yang dipikirkan Monica saat ini. Apakah dia bercanda atau hanya menguji Langit. Tapi Langit yakin bahwa Monica yang polos pasti benar-benar ingin menanyakan pendapatnya.

"Cinta??" tanya Langit lagi dan terlihat Monica mengangguk.

Langit lalu tersenyum kecil dan duduk disalah satu bangku taman yang ada disana.

"Duduk dulu sini--" kata Langit sambil menepuk area bangku disebelahnya. Monica menurut dan duduk disebelah Langit sambil memiringkan badannya dan masih melihat Langit menunggu jawaban dari Langit.

"-- Cinta yaa-- Bagi aku, jujur aku belum pernah benar-benar memikirkannya. Namun yang aku tahu, kalau kamu punya perasaan berdebar dekat dengan seseorang, bisa saja itu cinta-- dan kamu nggak suka lihat orang itu berada disekitar orang lain" kata Langit berusaha memberikan pendapatnya kepada Monica.

"--- Tapi selebihnya aku belum benar-benar mengerti, kalau aku sampai mencintai seseorang. Aku bakal berusaha membuat dia hanya milikku dan membuat dia bahagia, gitu aja" kata Langit lalu menatap Monica.

Tanpa Langit sadari, degup jantungnya berdetak kencang saat mata mereka bertemu, Langit seperti terpaku sejenak terhisap kedalam tatapan Monica.

"--- Masa aku cinta kamu" Gumam Monica setelah mendengar penjelasan Langit.

"Hah?" tanya Langit seperti tidak mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Monica, namun sebenarnya dia mendengarnya. Langit hanya ingin memastikan kembali apa yang didengarnya.

"Hah?? Nggak-- Nggak-- Bukan apa-apa, Yaudah makasih mau jawab" kata Monica yang kemudian berlari pergi begitu saja meninggalkan Langit yang masih terpaku ditempatnya duduk.

"Gimana bisa pergi begitu saja habis ngomong gitu tuh anak" kata Langit berbicara sendiri sambil menatap Monica yang berlari menjauhinya.

Lalu dia tersenyum sambil menggaruk belakang kepalanya, masih terbayang tatapan Monica terhadapnya dan ayunan rambut Monica saat berlari.

Didalam kelas, Langit tidak bisa fokus dengan pelajarannya. Dia terngiang dengan perkataan Monica. Hatinya merasa bimbang dengan jalan pikirannya sendiri. Bagaimana bisa Monica yang sepolos itu memiliki keberanian menariknya dan membicarakan hal ini dengan dia.

Padahal sebenarnya, Langit adalah orang yang memiliki rasa terlebih dahulu dengan Monica. Namun Langit berusaha memendamnya karena melihat Monica hanya menganggapnya sebagai sahabat dan Langit tidak ingin merusak persahabatannya atau bahkan kehilangan Monica.

"Benarkah cinta?" gumam Langit yang tanpa dia sadari terdengar oleh Gurunya yang sedang menerangkan Biologi didepan kelas.

"Bukan Langit-- Ini Amoeba, bukan Cinta" kata Gurunya yang membuat gelak tawa dikelasnya.

Langit bingung ternyata suaranya cukup keras dikelasnya yang sedang hening menyimak pelajaran. Langit segera meminta maaf kepada Gurunya dan kembali duduk merasa tidak enak hati.

Lalu kembali meyakinkan dirinya, mengumpulkan keberaniannya. Dia bertekad akan mengatakannya kepada Monica.

Bel pulang sekolah berbunyi, siswa-siswi berhamburan keluar kelas. Langit segera mengemasi barang-barangnya dan berlari keluar kelas namun langkahnya terhenti didepan pintu kelas saat dia melihat sosok Mareta yang berdiri disana melambaikan tangan kepadanya sambil tersenyum.

Langit menghembuskan nafasnya dan berusaha tidak menghiraukan Mareta. Dia berjalan melewati Mareta dan melihat Monica tampak berjalan dengan teman-temannya. Langit mempercepat langkahnya dan berdiri didepan Monica.

Monica yang terkejut melihat Langit disana hanya terdiam sambil menatap Langit.

"Ikut aku" tanya Langit sambil mengulurkan tangannya kepada Monica.

"Kemana?" tanya Monica dengan polosnya.

"Jangan bawel, yuk ikut" kata Langit kembali sambil mengulurkan tangannya kembali kepada Monica.

Monica bingung namun akhirnya mengangguk.

"Aku jalan sendiri" kata Monica lalu berjalan mendahului Langit tanpa membalas tangan Langit.

Riuh sekali suara siswa-siswi dibelakang sana melihat Langit yang berjalan bersama dengan Monica kearah belakang sekolah menuju danau kecil buatan.

Para siswa sudah tampak gaduh dengan opini mereka bahwa Langit akan menyatakan cinta kepada Monica, karena danau itu kerap sekali menjadi tempat menyatakan cinta oleh para siswa disekolah itu.

"Kalau sampai pas daun gugur pertama, apakah legenda itu benar?" bahas salah seorang siswa disana dengan para siswi lain.

Mereka bertanya-tanya dan karena rasa penasaran mereka, mereka diam-diam mengikuti Langit dan Monica, termasuk Mareta bersama kawan-kawannya.

"Mau ngapain disini? Aku mau pulang" kata Monica setibanya disana.

"Bentar dulu--" kata Langit sambil berusaha menenangkan hatinya dan berjalan mondar-mandir didepan Monica.

Monica hanya melihat Langit yang berjalan tidak jelas didepannya dan bingung apa yang sedang dilakukan Langit.

"Kamu kenapa?" tanya Monica melihat Langit yang tak kunjung bicara.

"Bawel banget sih kamu, bentar dulu-- diem dulu disitu, 5 menit" kata Langit kembali meminta waktu kepada Monica yang merasa sudah tidak nyaman berdiri disana hanya melihat Langit berjalan mondar-mandir didepannya.

"Okee--" kata Langit yang sudah berhasil menenangkan hatinya lalu berjalan didepan Monica. Monica tampak bingung melihat Langit yang berdiri didepannya.

"Tadi kamu tanya apa itu cinta bagi aku?" tanya Langit memulai percakapannya. Monica mengangguk menjawab pertanyaan Langit.

"--Sekarang bakal aku jawab. Cinta bagi aku itu--- kamu" kata Langit sambil menatap Monica.

Suasana mendadak hening diantara mereka, gemeretak daun bergesekkan dipohon mewarnai heningnya situasi diantara mereka. Monica hanya menatap Langit dengan pandangan yang membeku, otaknya tidak bisa berjalan menanggapi perkataan Langit.

"Mon.. Aku tahu kamu anggap aku sebagai sahabat kamu. Tapi Mon, aku suka kamu sejak pertama kita ketemu. Dan aku nggak bisa lupain itu, aku nggak bisa bilang karena aku takut persahabatan kita rusak. Aku nggak suka kamu meminta aku buat deket sama cewek lain. Aku maunya deket kamu---" kata Langit berbicara begitu saja mencurahkan apa yang ada dihatinya.

"--- Boleh nggak kalau kita lebih dari sahabat? Maksud aku--- Mau nggak kalau kamu jadi pacarku? Walau aku belum mengerti arti cinta, tapi bisakah kita mencari jawabannya bersama?" tanya Langit kembali dengan setengah memohon kepada Monica yang masih mematung berdiri menatap Langit.

Hati Monica berdegup kencang, dia tidak tahu situasi apa ini. Situasi yang tidak pernah dirasakannya sebelumnya. Dia bertanya-tanya dalam hatinya. "Bapak.. Ini kah cinta?" . Dia berdiam cukup lama, bisa kah dia mencoba perasaan ini dan mencari jawabannya bersama dengan Langit.

Monica kembali meyakinkan hatinya dan berusaha mendekat kearah Langit.

"Boleh-- kita cari jawabannya mulai sekarang. Aku juga suka kamu Langit. Tapi aku nggak bisa bicara karena aku tahu, aku cuma cewek biasa buat kamu" kata Monica sambil menunduk menjawab pertanyaan Langit dan mencurahkan apa yang selama ini dipendamnya.

"Nggak Mon, kamu luar biasa. Kamu pinter, kamu cantik, dan aku nggak bisa lupain kamu disehari-hariku. Jadi--- mulai hari ini kita jadian?" tanya Langit dengan senyum merekah dibibirnya.

Monica hanya tersenyum menundukkan kepalanya dan mengangguk malu-malu.

Tanpa mereka sadari, sehelai daun terjatuh dari pohonnya tepat diantara mereka berdua. Monica dan Langit menatap daun itu yang tak lama kemudian terdengar gemerisik dedaunan yang tampak mulai berguguran terhembus angin sore. Suasana berubah menjadi indah dengan mereka berdiri diantara dedaunan yang gugur.

Dari kejauhan, teman-teman mereka terkejut karena Langit dan Monica resmi menjadi kekasih tepat di daun gugur pertama, menjadikan mereka sebuah legenda yang selama ini disbearkan turun-temurun disekolah mereka.

Jika ada sepasang kekasih yang memulai menjalin cinta didanau tepat saat daun gugur pertama, maka mereka terikat dengan benang merah takdir.

Para murid tampak riuh meneriaki mereka, yang membuat Langit dan Monica tersipu malu karena dilihat oleh banyak siswa. Dibalik pohon, Mareta menggigit kuku ibu jarinya menahan rasa sakit didalam hatinya, dia merasa tidak terima dengan apa yang dilihatnya. Mareta pergi meninggalkan kerumunan dengan setitik air mata dipipinya.

Langit menggandeng tangan Monica dengan tersipu malu, begitu juga Monica yang tampak gugup disamping Langit. Tanpa mereka sadari sebuah lingkar benang merah tak kasat mata menyatu diantara kelingking mereka, terikat dalam sebuah takdir yang tak mereka sadari.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!