Besok paginya, saat matahari mulai menyinari dunia, Quennevia bangun dari tidurnya. Ia memenangkan tubuhnya yang terasa pegal karena tidur dihutan.
" Haah... Ternyata bukan mimpi, ya. " gumamnya.
Raut wajahnya terlihat tenang bagaikan air, tapi matanya seperti mengisyaratkan sebuah kerinduan. Tidak dapat dipungkiri, meski dia sudah hidup lagi sebagai orang lain, tapi dia masih tetap ingin bersama dengan anak-anak bodohnya itu.
Hembusan angin pagi menerpa nya, menerbangkan helaian rambut emas nya yang berkilau diterpa sinar matahari.
" Baiklah, waktunya untuk kembali. " ucapnya.
" Master, tidak jauh dari sini ada jalan utama. Anda bisa menggunakan jalan itu untuk kembali. " ucap Yue kepalanya.
" Oke. "
Saat ini dia ada di dalam kalung yang dipakai Quennevia, siapa yang sangka kalau kalung itu memiliki sihir ruang yang kuat di dalam nya. Itu jadi tempat yang bagus untuk menyembunyikan keberadaan Yue sampai saat dia memperlihatkan nya kepada semua orang.
Quennevia pun berjalan kearah yang diberi tahu kan oleh Yue, dan saat ia menemukan jalan utama dia mulai menyusurinya. Dan saat itu, dia berhenti sejenak dan berpikir...
" Saat ini aku ada di hutan, bagaimana aku akan kembali?? " dia bergumam sendiri.
Benar juga, seharusnya tempat tinggal nya itu terletak jauh dari tempatnya berada saat ini. Dalam ingatan Quennevia yang asli dia ditinggalkan disini saat hendak kembali dari kota Flow.
Dia berbalik tatkala mendengar suara derap langkah kuda dari belakang nya, suara itu semakin dekat dan terlihat lah sekelompok prajurit yang mendekatinya.
" Putri!. " panggil salah satu dari mereka.
Mereka pun berhenti dan langsung menghampiri nya dengan tergesa-gesa.
" Ahh, kalau tidak salah dia itu paman Sven ya. Komandan pasukan milik ayah Quennevia. " batin.
" Putri, anda baik-baik saja?? "
" Apa anda terluka?? "
" Bagaimana anda bisa di sini?? "
Itulah serbuan pertanyaan dari para prajurit itu, Quennevia tahu kalau mereka benar-benar tulus padanya, karena dia juga sangat baik kepada mereka. Tapi... Kenapa mereka sampai seperti ini.
" Aku baik-baik saja. " ucap Quennevia datar.
" Putri, darah di pakaian anda itu?? " tanya seorang prajurit muda, Riyan.
" Tidak perlu khawatir, seseorang membantuku mengobati nya. " jawab Quennevia sambil mengusap darah yang sudah kering dipakaiannya. " Meskipun aku tdk tahu siapa. " batin nya pula.
" Syukurlah kalau begitu, putri. Tuan sangat mengkhawatirkan anda, beliau langsung mengerahkan semua pasukan untuk mencari keberadaan anda. " ucap paman Sven.
Ayahnya itu adalah adik kaisar, dia menempati posisi mentri atas kemauan nya sendiri. Dan Quennevia adalah anak resmi nya. Ayah dan ibunya saling mencintai, bahkan ayahnya tidak menghiraukan ancaman dari ayah selir pertama yang juga adalah mertuanya. Hanya demi bersama dengan orang yang ia cintai, yang tidak tahu dari mana asal usul nya.
" Aku tahu, berikan aku kuda untuk kembali. " Quennevia juga sudah menduga hal itu karena ayahnya sangat menyayangi Quennevia.
" Apa anda akan menunggangi nya sendiri, putri?? " tanya seorang prajurit lainnya, Ace.
Meski begitu dia tetap menyerahkan seekor kuda kepada majikan mereka. Quennevia hanya mengangguk kan kepalanya sebagai jawaban dan langsung naik keatas kuda itu.
" Paman Sven, jika kau ada waktu tolong carikan bahan obat ini dan bawa kpdku. " ucap Quennevia menyerahkan sebuah kertas kepada Sven.
" Bahan Obat-obatan?? Untuk apa, putri??. " tanya Paman Sven.
" Paman tidak perlu tahu, kalau begitu aku pergi dulu."
" Hiyaa!!. "
Drap... Drap... Drap...
Kuda itu langsung berlari membawanya kembali menuju tempat tinggalnya, sambil menyusuri jalan Quennevia memikirkan banyak hal. Dari awal para selir itu menindas nya, hingga percobaan pembunuhan itu pasti saling berkaitan.
Mengingat semua kejadian itu, dan juga janjinya untuk membalaskan dendam Quennevia yang asli. Ia mengukir seringai dingin diwajahnya.
" Sepertinya kehidupan ku yang sekarang tidak akan semembosankan kehidupan ku sebelumnya. " gumamnya.
Dia pun terus melaju ke tempat yang harus ia datangi, dan membuat semua orang terkejut.
***
-- Di kediaman Arkharega.
Ayah kandung Quennevia, Hudson Von Arkharega. Berdiri di depan gerbang kediaman nya untuk menunggu kabar tentang putri nya yang menghilang, dia benar-benar mengkhawatirkan nya. Dia satu-satunya hal yang paling berharga yang ditinggalkan oleh istrinya.
" Quennevia. " gumamnya memanggil nama putri nya.
Disamping nya juga ada seorang pelayan yang ikut menunggu kedatangan Quennevia, namanya Murphy. Pelayan Quennevia yang paling setia. Dia sangat mengkhawatirkan majikannya yang tidak pulang sejak kemarin.
" Ayahanda. " panggil seseorang dari belakang nya.
Disana berdiri seorang lagi pria berumur sekitar 18 tahun. Jason Shuwan, dia kakak pertama Quennevia dari selir pertama Anna Shuwan.
Disana anak resmi mendapat nama ayahnya sedangkan anak selir mendapat nama ibunya. Jika anak selir itu yang jadi penerus kepala keluarga, maka baru dia akan mendapat nama ayahnya.
Disana juga berdiri yang lainnya, diantara nya selir pertama dan selir kedua Ellise Achilles. Juga kakak kedua dari selir pertama, Adele Shuwan. Dan adik ke tiga, anak dari selir kedua, Arissa Achilles.
" Ayahanda, anda sudah berdiri disana sejak tadi. Setidaknya beristirahat lah sebentar. " Jason berusaha membujuk ayahnya dengan khawatir.
" Sebelum adikmu itu kembali aku tidak akan pergi kemana pun. " jawab Hudson dengan tegas, tidak ada yang bisa melakukan apapun dengan hal itu.
" Tuanku, putri sedang dalam pencarian. Dia pasti akan segara ditemukan. " ucap selir kedua.
Hudson mengangguk, dia yakin dia pasti akan bertamu dengan putri nya lagi. Dia tidak akan merelakan nya jika sampai terjadi sesuatu kepada nya.
" Ayahanda, lihat!. " ucap Arissa.
Dia menunjuk kearah ujung jalan dari gerbang kediaman itu, seseorang sedang menuju kearah mereka menggunakan kuda dengan cepat. Saat semakin dekat mereka akhirnya bisa melihat siapa yang mendatangi mereka, ya Quennevia.
" Putriku!. " Hudson sangat gembira melihat kedatangannya kembali ke rumah.
Hiiikkkkk.....
Quennevia menghentikan kudanya didepan gerbang kediaman nya, dan ia pun langsung turun dari atas punggungnya. Seorang pekerja pun langsung menghampirinya dan mengambil alih kuda itu, sedangkan Quennevia berjalan mendekati ayahnya.
" Ayah, aku pulang. " ucapnya tersenyum kepada ayahnya.
" Oh, putriku. Akhirnya kau kembali, aku benar-benar sangat khawatir. " Hudson langsung memeluk putrinya dengan sangat erat, dia benar-benar bahagia.
" Nona, akhirnya anda kembali. " Murphy juga ikut senang dengan kembalinya nona yang ia layani.
Quennevia mengangguk mengiyakan ucapannya, kemudian ia melepaskan pelukan ayahnya. Dia dapat melihat kalau ayahnya itu sangat tulus menyayangi nya, tapi... tidak semua orang bahagia dengan kembalinya Quennevia. Terutama para selir dan dua putri mereka.
Saat kemudian Hudson bertanya padanya, " Katakan apa yang terjadi padamu, nak. Kenapa bajumu berlumuran darah??.'
" Itu tidak penting, ayah. " ucap Quennevia sambil menggelengkan kepalanya, dia ingin menyelesaikan masalah ini sendiri, " Lalu..... Murphy! Seret pekerja bernama Ryd kehalaman!. " suruhnya pula.
" Baik, putri. " jawab Murphy tegas dan langsung pergi menjalankan tugasnya.
Wajah selir pertama dan anak keduanya langsung tegang, jelas sekali mereka seperti merasa terancam karena Quennevia datang dan mengatakan itu.
" Adik, apa kau baik-baik saja?? Kenapa kau meminta Murphy membawa Ryd?? " tanya Adele berdalih.
" Kakak kedua, aku baik. Aku hanya akan sedikit menghukumnya karena meninggalkan ku dihutan. Ayah mengijinkannya, kan??" ucap Quennevia sambil tersenyum angkuh.
" Ayah izinkan. " dan Hudson menyetujui itu.
Tidak lama kemudian, Murphy pun datang dengan membawa seorang pekerja lain yang sudah pergi bernama Ryd. Pekerja itu berlutut sambil gemetar karena melihat Quennevia berdiri di depannya, sambil menatapnya dengan penuh intimidasi.
Putri yang sebelumnya mereka pikir telah mati, sekarang ada dihadapan mereka membawa angin buruk untuk mereka.
" Ryd, kenapa kau meninggalkan ku dihutan?? " tanya Quennevia dengan suara lembut, tapi nada bicara nya penuh dengan peringatan.
" Pu.. Putri... Ma.. Maafkan, saya. Waktu itu ada beberapa ekor hewan buas yang datang dan membuat kuda terkejut. Dan waktu saya juga mencari anda karena takut ada bintang buas lainnya, tapi... saya tidak menemukan anda. " jelas Ryd dengan gemetaran.
" Ck. Ini masalah... ditinggalkan dihutan membuatku merasa hewan buas dalam diriku bangkit seiring dengan kemarahku yang meningkat."
Quennevia mengulurkan tangannya kesamping, dan Murphy langsung menberikan apa yang ia minta sebelumnya disaat yang sama ketika ia memintanya memanggil Ryd.
Sringg....
Quennevia mengeluarkan pedang yang diberikan Murphy kepada nya dari sarungnya, dan ia membolak-balikan nya sambil memeriksa ketajaman benda itu. Semua orang penasaran dengan alasan kenapa dia harus membawa pedang untuk menghukum seseorang.
" Ryd~... Apa kau pernah merasakan rasanya disayat?? " tanya nya dingin.
Ryd merasa merinding mendengar suara dingin itu, tubuh nya semakin gemetar karena takut dengan apa yang diucapkan Quennevia. Ia pun menundukkan kepalanya dihadapan sang putri.
" Sa.. Saya mengatakan yang sebenarnya, putri!. Tolong ampuni saya!. " pintanya dengan amat sangat, hingga air mata bahkan bercucuran dari matanya.
" Kalau begitu aku ganti pertanyaan nya. Apa kau tahu rasanya saat kau kehilangan tanganmu?? " tapi Quennevia menanggapi hal itu dengan tenang dan tak tergoyahkan.
" Pu... Putri, saya mohon. Jangan lukai saya. " tangisnya.
" Jadi maksudmu menusukku dengan belati itu diperbolehkan?? "
Suara Quennevia semakin dingin dari setiap kata-katanya, apalagi raut wajahnya yang nampak marah membuatnya semakin mengerikan. Pelayan itu semakin panik, dia tidak tahu harus bagaimana saat ini. Tadinya dia percaya akan aman karena Quennevia sudah ia pastikan mati, tapi... Sekarang dia berdiri disana.
Sementara semua orang yang menyaksikan itu juga terkejut dengan apa yang dikatakan Quennevia, mereka tidak menyangka akan ada hal seperti itu.
" Kalau bagitu.... Bagaimana rasanya jika... " Quennevia berpindah kesamping pria itu dan mengangkat tinggi pedangnya. " ...Kepalamu yang aku tebas!! " teriaknya penuh amarah.
" Put.... "
Zrassss....
Quennevia benar-benar menebas kepala pekerja itu tanpa memberi nya kesempatan membela diri, sampai darahnya pun muncrat ke pakaian dan wajahnya, tapi dia beraksi seolah tidak ada apapun yang terjadi disana. Semua orang terkejut dan ngeri melihat itu, apalagi mengingat siapa yang melakukan nya.
Meninggalkan suasana mencekam ditempat itu, semua orang ketakutan menyaksikan putri yang baik dan lembut itu berubah menjadi iblis yang tidak pandang bulu, serta tidak mendengarkan perkataan pekerja itu sampai selesai.
" Putriku, apa yang terjadi padamu?? " tanya Hudson yang juga menjadi cemas melihat perubahan besar yang terjadi ada putrinya sekarang.
" Aku lelah berpura-pura baik, ayah. Jika tidak ada yang menganggapku ketika aku baik, lebih baik aku jadi jahat saja. Tapi tidak perlu khawatir ayah, aku tidak akan berbuat kejahatan tanpa alasan. " jawab Quennevia tersenyum ramah, sangat berbeda dengan sebelum nya.
" Ayah percaya... Ayah percaya itu, ayah akan selalu mendukung mu."
Hudson mendekati putrinya dan menepuk pipinya dengan lembut, membuat Quennevia merasakan perasaan hangat yang aneh.
" Ahh... Mungkin ini rasanya punya 'Ayah'. " batinnya.
...**********...
Nama : Jason Shuwan
Umur : 18 tahun
Ket : Kakak pertama Quennevia, anak dari selir pertama Anna Shuwan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 273 Episodes
Comments
senja
Kakak de Quineva ada Ka? kok saudaranya lebih tua dari dia berasal dr Selir?
2021-04-05
1
Oi Min
Ganteng jga Jason Shuwan....
2021-03-05
0
Putu Sugandi
ini zaman apa ,zaman dinastikah ,kok namanya kayak orang barat aneh ,manusia namanya barat kalau binatang dikasi nama cina Yue heran deh ,trus enggk ada keterangan sejak kapan queenevia punya kalung dimensi ,alurnya hancur ,kan suka" nya Thor kita jadi baca geli aneh ceritanya enggk logika menurutku ,nama pemeran pun hancur enggk sesuai tempat tinggalnya ,masa China namanya barat ,kecuali ini hidup di benua barat 😤🤧
2021-02-12
3