Bab 5, pertanyaan yang mematikan

Setelah persyaratan yang di ajukan oleh Aditya, akhirnya Alya harus tinggal di rumah besar Aditya dan Tara. Tapi sebelum itu i hrus berpamitan pada ibunya, hal yang paling sulit ia lakukan karena selama ini ia tidak pernah berpisah jauh dari ibu dan adiknya.

"kenapa terlihat gelisah sekali, nak?" tanya sang ibu saat menyadari kegelisahan putrinya itu. Alya pun menghentikan kegiatannya yang tengah melipat pakaian dan menggenggam kedua tangan ibunya, mengusap punggung tanganya dengan lembut.

"Bu, maafkan Alya. Mungkin besok Alya tidak tinggal di sini lagi."

Ibunya membuatkan matanya sempurna, bingung dengan pernyataan sang putri, "Maksud kamu apa, Alya?"

"Alya diterima sebagai baby sitter, Bu. Tapi ada syaratnya"

"Syarat?"

Alya menganggukkan kepalanya, ",Alya harus tinggal di sana selama menjadi baby sitter."

Mendengar pernyataan Alya selanjutnya membuat sang ibu sedikit lega, ia sampai mengusap dadanya dan menghela nafas, "O..., ibu kira kenapa."

"Jadi ibu tidak keberatan?" tanya Alya memastikan.

"Kalau itu sudah keputusanmu, ibu bisa apa. Yang penting ibu hanya berpesan, lakukan yang terbaik, sebisa mungkin hindari kesalahan dan yang paling penting adalah tetap jujur." pesan sang ibu panjang lebar membuat Alya juga merasa lega.

Alya pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya, "Terimakasih, Bu." ucapnya kemudian memeluk tubuh ibunya.

***

Hari pertama Alya tinggal di rumah besar Aditya berjalan dengan penuh tantangan. Begitu memasuki rumah yang megah itu, Alya merasa seperti berada di dunia yang sangat berbeda dari kehidupan sederhana yang biasa ia jalani. Rumah itu terlihat seperti istana, dengan desain minimalis yang modern namun tetap elegan. Di setiap sudut, ada barang-barang mewah yang menunjukkan betapa suksesnya Aditya dalam menjalani hidupnya.

Namun, di balik semua kemewahan ini, Alya tahu bahwa tantangan terbesarnya bukanlah menjaga rumah ini tetap rapi atau menjalani hidup di tengah kemewahan. Tantangannya adalah Tara—anak perempuan berusia enam tahun yang dikenal jenius dan penuh rasa ingin tahu. Meskipun baru mengenal Alya, Tara sudah mulai mengujinya dengan pertanyaan-pertanyaan yang jauh lebih rumit dari yang bisa dibayangkan oleh seorang anak seusianya.

Tara bukanlah anak yang mudah dijaga, dan Alya mulai menyadari betapa sulitnya untuk mengimbanginya. Selama sarapan pagi yang tenang, Tara tidak hanya makan dengan cepat, tetapi juga menyelipkan pertanyaan-pertanyaan kritis yang membuat Alya hampir kehilangan kata-kata.

"Alya, kenapa kalau manusia itu tidur, tubuhnya nggak mati? Kenapa otak bisa tetap bekerja meskipun kita tidur?" tanya Alya sambil memandangi Alya yang sedang mempersiapkan sarapan.

Alya terkejut dengan pertanyaan yang tiba-tiba muncul, mencoba menjawab dengan sabar, "Hmm... Itu pertanyaan yang bagus, Tara. Kalau manusia tidur, tubuh kita masih bekerja, kan? Jantung kita tetap berdetak, paru-paru tetap bernapas. Tubuh kita masih butuh waktu untuk istirahat agar bisa terus sehat."

Tara berpikir sejenak, "Tapi kenapa ya, tidur itu justru membuat kita lebih segar? Padahal, tubuh kita kan sedang nggak bergerak, jadi kenapa bisa terasa seperti energi baru?"

Alya tersenyum lemah, merasa semakin sulit menjawab,

Ya ampun, anak ini ...., ini baru hari pertama, apa iya aku harus belajar lagi ??? Keluh Alya dalam hati, ia mencoba untuk tetap tersenyum meskipun ia tengah bingung saat ini,

"Itu karena ...., karena saat kita tidur..., " ucap Alya ragu, ia tidak yakin dengan jawabannya, "tubuh kita punya kesempatan untuk memperbaiki sel-sel yang rusak, jadi kita bisa bangun dengan energi baru. Tapi itu bukan cuma tentang tubuh, otak kita juga butuh waktu untuk menyusun informasi yang kita pelajari hari itu."

Tara menganggukan kepalanya, tetapi masih dengan ekspresi serius, "Mmm... Tapi kenapa kita harus tidur kalau begitu? Bukannya waktu tidur itu bisa dipakai buat hal-hal lain yang lebih menyenangkan?"

Alya hampir tersedak dengan roti bakar yang sedang ia makan. Ia tidak menyangka Tara akan mengajukan pertanyaan yang jauh lebih rumit lagi. Alya terdiam sejenak, mencoba mencari cara untuk menjawabnya dengan bijaksana.

Melihat Alya yang mulai panik, Tara tertawa terbahak-bahak, "Alya nyerah ya?"

Alya menggelengkan kepalanya, ia tertawa kecil, mencoba meredakan ketegangan* "Ah, kamu memang pintar sekali, Tara. Tapi nggak mungkin Alya menyerah. Jadi waktu tidur itu sangat penting untuk menjaga tubuh dan otak kita tetap bekerja dengan baik. Kalau kita nggak tidur, kita nggak akan bisa belajar dengan maksimal atau bermain dengan menyenangkan. Jadi, tidur itu bukan cuma untuk istirahat, tapi juga untuk menjaga kita tetap sehat."

Tara memandang Alya dengan tatapan yang lebih tajam, "Tapi tidur terlalu lama nggak bikin kita jadi malas?"

Alya tersenyum kaku, merasa terjebak dengan jawabannya sendiri, "Tidak juga, kok. Tidur yang cukup itu penting, tapi tidur terlalu lama bisa membuat tubuh kita jadi lemas. Jadi, harus ada keseimbangan."

Tara memiringkan kepala, tampak ia tengah berpikir keras, "Keseimbangan, ya... Hmm, nanti malam aku mau coba tidur lebih lama, lihat apakah aku jadi lebih pintar."

Alya hanya bisa tersenyum dan mengangguk, merasa bahwa hari ini ia sudah diuji dengan pertanyaan-pertanyaan yang lebih rumit daripada yang pernah ia bayangkan.

“Ini baru hari pertama, dan sudah seperti ini saja. Tara memang anak yang luar biasa pintar, tapi juga kadang membuat kepala pusing dengan pertanyaan-pertanyaan yang nggak pernah aku duga sebelumnya, anak seumur Tara bisa tahu sebanyak itu," gumam Alya lirih sambil memandangi Tara yang tengah menyantap sarapannya dengan lahap.

"Bagaimana aku harus menjawab pertanyaannya tentang tidur tadi? Aku kan bukan ilmuwan atau ahli biologi, untung ketebak. Kalau tidak, aku bisa dianggap tidak kompeten. Sepertinya aku harus belajar lebih banyak tentang hal-hal yang belum aku pahami tentang anak-anak seperti Tara.” batin Alya kemudian.

Alya melihat Tara yang masih melanjutkan sarapannya dengan antusias, seakan-akan baru saja memenangkan pertarungan intelektual.

Setelah menyelesaikan sarapannya, Tara kembali mengajukan pertanyaan baru, "Alya, kenapa kita bisa merasa takut kalau nggak ada yang membuat kita takut? Misalnya, kenapa ada orang yang takut gelap, padahal nggak ada monster kan di dalam gelap?"

Alya yang hendak membereskan piring kotor terpaksa kembali duduk, ia mulai memutar otaknya agar bisa menjawab pertanyaan dari Tara.

Kemudian Alya pun mengambil napas panjang, mencoba menjawab setahunya, "Oh, itu karena otak kita sering kali berpikir tentang hal-hal yang tidak kita ketahui. Ketika kita berada di tempat yang gelap atau tidak dikenal, otak kita membayangkan hal-hal yang mungkin menakutkan, padahal sebenarnya tidak ada apa-apa."

Tara mengernyitkan dahinya, "Tapi kenapa kita nggak bisa mengontrol pikiran kita, ya? Kalau kita tahu nggak ada apa-apa, kenapa kita masih takut?"

Alya mengernyitkan dahinya, merasa kebingungannya semakin meningkat, "Hmm, mungkin karena otak kita dilatih untuk mengenali ancaman, jadi kadang rasa takut itu datang begitu saja. Tapi, kamu benar, kita bisa belajar untuk mengendalikan rasa takut itu dengan berpikir lebih positif."

Tara tersenyum penuh kemenangan, "Ah, jadi sebenarnya rasa takut itu nggak nyata ya?"

Alya tertawa pelan, merasa lega akhirnya bisa memberikan jawaban yang memadai, "Iya, benar. Rasa takut itu hanya ada di dalam pikiran kita, dan kita bisa mengendalikannya."

Tara terlihat begitu senang mendengar penjelasan itu, "Oke, nanti kalau aku takut, aku coba ingat itu. Terima kasih, Alya!"

Alya menggaruk kepalanya yang tidak gatal, “Tara memang pintar, bahkan lebih pintar dari aku kadang-kadang. Tapi, ini juga tantangan besar buat aku. Kalau aku nggak bisa jawab pertanyaannya dengan baik, dia pasti merasa kecewa. Setelah ini aku harus lebih siap. Ini bukan hanya soal merawat anak, tapi juga soal terus belajar, beradaptasi, dan tidak pernah merasa puas dengan jawaban yang sudah ada.” batin Alya.

Alya merasa seperti berada dalam ujian tanpa ujian, di mana setiap hari membawa tantangan baru yang harus ia hadapi dengan penuh kesabaran dan ketekunan. Tapi satu hal yang pasti—Tara sudah mulai mengajaknya berinteraksi dengan cara yang membuatnya merasa lebih dekat dengan anak itu. Meskipun penuh dengan pertanyaan yang sulit, Alya tahu bahwa inilah awal dari hubungan yang akan semakin berkembang.

Bersambung

Happy reading

Terpopuler

Comments

Entin Fatkurina

Entin Fatkurina

Tetap semangat Alya, tunjukkan pesonamu.

2024-12-04

1

yuning

yuning

ayah dan anak sama y,sama sama banyak omong 😁

2024-12-04

0

SRI JARWATI

SRI JARWATI

Semangat alya , kamu bisa

2024-12-28

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1, Si anak CEO
2 Bab 2, Aditya Wijaya
3 Bab 3, Tara Alina
4 Bab 4, syarat yang harus di penuhi
5 Bab 5, pertanyaan yang mematikan
6 Bab 6, Tara yang kesepian
7 Bab 7, Tara yang Rapuh
8 Bab 8, Terlalu dingin
9 Bab 9, gosip yang beredar
10 Bab 10, makan malam yang menegangkan
11 Bab 11, Kotak kayu
12 Bab 12, Dunia anak
13 Bab 13, Mulai mencair
14 Bab 14, butuh kebersamaan
15 Bab 15, Ada perasaan yang aneh
16 Bab 16, Perasaan canggung
17 Bab 17, Terjebak dalam perasaan
18 Bab 18, undangan pesta
19 Bab 19, acara pesta
20 Bab 20, kedatangan tak terduga
21 Bab 21, dari hati ke hati
22 Bab 22, rencana rahasia Tara
23 23, permintaan Tara
24 24, Curahan hati Tara
25 25, Ingin tetap tinggal
26 26, Rencana piknik
27 27, Kekacauan di dapur
28 28. Kedatangan Nadia bersama pengacara
29 29. pembahasan tidak terduga
30 30. Menghubungi pengacara
31 31. Meyakinkan Alya
32 32. Gosip dari Nadia
33 33. Tim terbaik
34 34. Rasa bersalah Tara
35 35. Dengan caraku sendiri!
36 36. kejutan untuk Alya
37 37. Moment romantis
38 38. ancaman dari Nadia lagi
39 39. Kekhawatiran Aditya
40 40. keraguan Alya
41 41. perhatian Aditya
42 42. Sidang pertama
43 43. Menculik Tara
44 44. Saran dari pengacara
45 45. pernikahan sederhana 1
46 46. pernikahan sederhana 2
47 47. Status baru
48 48. Masakan Aditya
49 49. serangan balik Nadia
50 50. kecurigaan Alya
51 51. Alya menyamar
52 52. Mendekati kemenangan
53 53. Sedikit lega
54 54. rasa insecure Alya
55 55. Menghibur Alya
56 56. Keputusan sidang di tunda
57 57. Akhirnya menang
58 58. Kencan keluarga
59 59. Liburan keluarga
60 60. Villa keluarga
61 61. Moment romantis
62 62. Kembalinya Nadia
63 63. Mencoba memanipulasi
64 64. Kemarahan Aditya
65 65. Mendekati Tara lagi
66 66. Pesta perusahaan
67 67. Ungkapan cinta Aditya
68 68. Merasa kehilangan
69 69. Rencana Tara
70 70. Merasa terasing
71 71. Dukungan Tara
72 72. Kerjasama baru
73 73. Aditya semakin sibuk
74 74. Keputusan yang salah?
75 75. Kata-kata pedas Nadia
76 76. Tekanan dari klien
77 77. Untuk menjatuhkan Aditya
78 78. Kemenangan dan ungkapan cinta
79 79. Liburan ke pantai
80 80. Rahasia di masa lalu
81 81. Memutuskan kerja sama
82 82. Bisnis online
83 83. Ketika Ego dan Cinta Bertemu
84 84. Kebahagiaan yang sempurna (END)
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Bab 1, Si anak CEO
2
Bab 2, Aditya Wijaya
3
Bab 3, Tara Alina
4
Bab 4, syarat yang harus di penuhi
5
Bab 5, pertanyaan yang mematikan
6
Bab 6, Tara yang kesepian
7
Bab 7, Tara yang Rapuh
8
Bab 8, Terlalu dingin
9
Bab 9, gosip yang beredar
10
Bab 10, makan malam yang menegangkan
11
Bab 11, Kotak kayu
12
Bab 12, Dunia anak
13
Bab 13, Mulai mencair
14
Bab 14, butuh kebersamaan
15
Bab 15, Ada perasaan yang aneh
16
Bab 16, Perasaan canggung
17
Bab 17, Terjebak dalam perasaan
18
Bab 18, undangan pesta
19
Bab 19, acara pesta
20
Bab 20, kedatangan tak terduga
21
Bab 21, dari hati ke hati
22
Bab 22, rencana rahasia Tara
23
23, permintaan Tara
24
24, Curahan hati Tara
25
25, Ingin tetap tinggal
26
26, Rencana piknik
27
27, Kekacauan di dapur
28
28. Kedatangan Nadia bersama pengacara
29
29. pembahasan tidak terduga
30
30. Menghubungi pengacara
31
31. Meyakinkan Alya
32
32. Gosip dari Nadia
33
33. Tim terbaik
34
34. Rasa bersalah Tara
35
35. Dengan caraku sendiri!
36
36. kejutan untuk Alya
37
37. Moment romantis
38
38. ancaman dari Nadia lagi
39
39. Kekhawatiran Aditya
40
40. keraguan Alya
41
41. perhatian Aditya
42
42. Sidang pertama
43
43. Menculik Tara
44
44. Saran dari pengacara
45
45. pernikahan sederhana 1
46
46. pernikahan sederhana 2
47
47. Status baru
48
48. Masakan Aditya
49
49. serangan balik Nadia
50
50. kecurigaan Alya
51
51. Alya menyamar
52
52. Mendekati kemenangan
53
53. Sedikit lega
54
54. rasa insecure Alya
55
55. Menghibur Alya
56
56. Keputusan sidang di tunda
57
57. Akhirnya menang
58
58. Kencan keluarga
59
59. Liburan keluarga
60
60. Villa keluarga
61
61. Moment romantis
62
62. Kembalinya Nadia
63
63. Mencoba memanipulasi
64
64. Kemarahan Aditya
65
65. Mendekati Tara lagi
66
66. Pesta perusahaan
67
67. Ungkapan cinta Aditya
68
68. Merasa kehilangan
69
69. Rencana Tara
70
70. Merasa terasing
71
71. Dukungan Tara
72
72. Kerjasama baru
73
73. Aditya semakin sibuk
74
74. Keputusan yang salah?
75
75. Kata-kata pedas Nadia
76
76. Tekanan dari klien
77
77. Untuk menjatuhkan Aditya
78
78. Kemenangan dan ungkapan cinta
79
79. Liburan ke pantai
80
80. Rahasia di masa lalu
81
81. Memutuskan kerja sama
82
82. Bisnis online
83
83. Ketika Ego dan Cinta Bertemu
84
84. Kebahagiaan yang sempurna (END)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!